Hari ini aku sudah diperbolehkan pulang. Untungnya luka juga tidak terlalu berat. Tangan kiri ku juga sudah mulai sembuh.
"Selamat ya, katou. Ah ibu jadi tidak sabar merayakannya dirumah. Pasti kamu terkejut." Ucap ibu ku yang sedang berbicara di dalam mobil.
Aku pun masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah kiri kursi supir. Eee...maksudku kursi ibu.
"dasar, kalau sudah diberitau sekarang namanya bukan kejutan."
Mobil pun menyala. Ibu langsung mengijak gas dan maju secara perlahan.
"jadi katou, sekarang mau kemana dulu? Apa mau langsung pulang saja?"
"Fujita..."
"Hah? Apa? suara mu kecil."
"Ke rumah Fujita."
"katou...kamu yakin?"
"ya, aku sudah siap."
Disaat itu, Ibu ku mengambil jalan memutar dan berjalan mencari rumah fujita. Karena mencari rumah itu akan sedikit sulit, aku bertanya ke wali kelas ku. Awalnya aku sangat ragu.
Aku ingin mengatakannya lewat pesan. Tapi kalau lewat pesan pasti dia tidak cepat meresponnya. Jadi akhirnya aku memutuskan untuk menelpon saja.
Karena tidak ingin dibanjiri oleh seribu pertanyaan dari guru, aku memberikan ponsel ku ke ibuku. Ya, ibu ku yang akan bertanya alamat rumah fujita.
"Halo? Katou?"
"ah ini ibunya katou, nama ku sayuki utaha."
"oh ibunya katou ya, ada apa?"
"bapak tau alamat rumah Fujita?"
"oh ya, saya tau. Alamatnya di...."
"ok terimakasih."
Ibu ku menutup teleponnya dan memberikan hpnya ke aku. Aku pun menyimpan hp itu ke dalam saku ku.
Mobil kembali di nyalakan dan kita kembali berjalan. DIperjalanan, jalan terasa sangat lancar. Mobil yang berada di jalan sangat sedikit. Itu disebabkan karena di jam segini orang orang pergi bekerja dan sekolah.
Seharusnya ibu ku juga bekerja di jam segini. Namun dia memutuskan untuk ambil cuti karena aku.
Beberapa menit berlalu, kita akhirnya sampai di rumahnya Fujita. Aku sangat gugup. Karena akulah yang sangat bertanggung jawab pada kematian Fujita.
"Katou, jangan jangan kamu ingin masuk sendiri ya?"
Aku yang kaki kirinya sudah menyentuh tanah berkata:
"Ya, aku tidak ingin ibu ikut campur lebih jauh lagi."
"Tapi aku mau ikut."
"Tapi bu..."
"Aku mau ikut! Tanggung jawab anak adalah tanggung jawab ibu sendiri!"
"Ya ampun. Yaudah terserah ibu saja."
Akhirnya aku dan ibu ku keluar dari mobil dan mengunci mobil. Aku berjalan duluan ke arah rumah fujita. Saat aku ingin menekan bel rumah, tangan ku bergetar. Ibu ku pun memgang tangan ku yang sedang bergetar.
Aku menoleh ke arah ibu. Ibu pun mengangguk. Sudah kuputuskan! Aku akan bertanggung jawab bersama ibu ku. Aku pun menekan bel.
[....]
Saat ini aku sedang dalam perjalanan pulang. Tadi aku dan ibu ku benar benar di marahin abis abisan.
Ternyata, Fujita selama ini mendapat didikan yang sangat keras dari orang tua. Ayahnya tidak segan segan memarahi kita yang sedang bertamu. Namun ibunya mencoba untuk menenangkan ayah yang sedang marah.
Sebenarnya mereka itu sangat sayang kepada anaknya hingga tidak segan segan membentak kita. Namun mereka juga tidak mengerti cara mendidik yang baik ke anak.
Mungkin sebaiknya aku tidak perlu banyak memikirkannya. Yang penting kita sudah meminta maaf.
"huwaaa.. jahat! Dia tidak segan segan membentak gadis cantik seperti ku."
"eh?...."
Dia menangis?
"Sudah lama sekali aku tidak di bentak. Terakhir aku di bentak bentak itu oleh Kanata*. Tapi kenapa dia berani sekali terhadapku."
*Kanata yang dimaksud itu bapaknya katou
"sudahlah, tenang kan pikiran ibu. Kalau tidak tenang nanti fokus mengendarainya bisa hilang."
"huu.. kamu baik seperti biasanya katou."
Beberapa menit pun berlalu. Kita akhirnya sampai di rumah.
"Akhirnya sampai juga. Ah! Pegalnya!"
Aku dan ibuku pun melepaskan seatbel dan keluar dari mobil. Aku berjalan menuju pintu dan mengetok pintu. Saat aku mencoba membuka pintu, ternyata pintunya tidak terkunci.
Aku pun membukanya dan masuk ke rumah.
"Aku pulang."
"oh, selamat datang kakak."
Eh...bukannya kosaki seharusnya sekolah? Kok ada di rumah?
"kosaki, kenapa kamu bolos?"
"hah? Sekarang sudah jam 1 loh kakak, teman teman ku juga sudah pulang duluan. Aku malah yang pulang terlambat karena piket."
Hah??....oh iya aku lupa aku tertidur sampai jam 11 siang dan dijemput jam setengah 12.
"daripada itu mari kita rayakan pulangnya kato!"
"eh ibu kenapa terlihat seperti habis nangis?"
Ibu pun melirikku
"eh kenapa ya? Aku juga ga tau kok."
Kosaki setelah melihat ibu melirikku pun ikut ikutan melirikku dengan mata tajam. Mata nya seolah olah berkata 'apa yang kamu lakukan ke ibu?'
"hmm.."
"bukan salahku kok! Aku serius."
"hmm... muka kakak tidak terlihat mencurigakan."
Aku pun berjalan ke arah ruang makan. Di meja sudah di persiapkan banyak sekali makanan.
"liat liat! Siapa dong yang buat?" ibu menyombongkan diri.
"Itu aku yang buat, ibu kan cuma ngebuat ayam goreng. Cuma 1 lagi abis itu pergi. Bilangnya mah ingin menjemput kakak."
"Ta...tapi kan yang penting udah ngebantu...hmph"
"udahlah yang penting kosaki sudah berusaha keras membuat semua ini."
"kalau aku gimana?"
"hmm goreng 1 ayam goreng gimana ya?..."
Ibu pun murung dan memojokkan diri di sudut ruangan.
"kamu meledekku kan? Pasti kamu meledekku."
"bercanda! Bercanda doang!"
Ibu pun kembali duduk di kursi.
"Selamat makan!" 3X
Kami bertiga pun menyantap makanan yang tersedia di meja makan. Saat sedang makan, ibu ku melihat ke arah ku dan tersenyum.
"ada apa ibu?"
"ah tidak, ibu hanya berfikir kamu ganteng mirip dengan ayah mu."
Seketika aku pun mengingat disaat pemakaman ayah, ibu juga mengatakan hal yang sama di depan makam ayahku.
"hentikan! jangan katakan itu!"
"eh kenapa? Aku cuma memuji mu. Kamu juga baik kok mirip ayahmu."
Aku pun mengingat kejadian di saat ayahku terbunuh dan dilarikan ke rumah sakit.
Aku pun memukul meja makan.
"SUDAH CUKUP!"
"kenapa katou?"
"JANGAN BICARAKAN ORANG YANG SUDAH TIDAK ADA! KALAU BEGINI TERUS KITA AKAN TERUS MURUNG DAN TIDAK PERNAH MAJU!" bentakku.
Saat aku kecapekan karena bentak bentak, kepalaku mulai pusing. Tiba tiba aku merasakan sedih yang luar biasa dan menyebabkan kepala ku mulai berputar kencang. Aku pun memegang kepala ku sambil meringis kesakitan
Tanpa mengucapkan 1 kata pun, aku langsung berjalan masuk ke kamar.
Disaat itulah suasana langsung menjadi sunyi. Ibu ku murung. Makanan yang sedang di pegang di sumpit jatuh ke meja.
Kosaki yang tidak bisa apa apa pun ikut diam. Dia tidak tau harus berbuat apa.