"kenapa di waktu seperti ini!" keluhku sambil berlari.
Dengan cepat, aku pun berhenti dari berlarinya dan mencoba untuk mengobrol agar dapat meluruskan kesalahpahaman tersebut.
"oi oi. Tunggu sebentar. Aku tidak akan memberontak."
"Apa mau mu?!"
"hoi santai sedikit lah, liat aku, sudah terdapat banyak luka begini masih ingin mengincar ku? Kalian tidak punya rasa peka ya?"
Mereka pun melambat. Wajahnya terlihat kebingungan. Lalu salah satu dari mereka pun berkata dengan tegas,
"ini perintah atasan. Kita tidak boleh menolaknya."
"hah? Atasan? Atasan kalian bodoh apa bodoh? Masa kecelakaan begitu bisa disalahkan ke saya? Jelas jelas aku tidak...."
Tiba tiba aku mengingat kejadian kemarin sore. Dalam pikiranku, aku teringat akan suatu hal yang tidak dapat aku dapatkan kembali. Suara hatiku mulai berisik, kalau saja aku tidak terjatuh, kalau saja aku tidak menatap orang itu. Kalau saja aku tidak melamun.
Aku tiba tiba terdiam dengan wajah pucat. Para polisi pun tiba tiba langsung berada di posisi siap dan dalam keadaan hormat ke suatu orang.
Aku pun kepikiran, "oh iya, orang itu! Orang itu terlihat sangat mencurigakan. Dia terlihat tertawa sebelum insiden kecelakaan itu terjadi, tatapannya mengerikan, dan seperti penjahat yang merencanakan sesuatu."
Saat aku terdiam, ternyata atasan polisi tersebut sedang berjalan ke arah aku. Karena pikiranku kemana mana, aku tidak menyadari akan kedatangan atasan polisi tersebut.
Aku harus menyalahkan orang itu! Menyalahkan ku benar benar suatu kebodohan.
Lalu tanpa sadar, atasan para polisi telah berada tepat di depanku.
"siapa yang kamu sebut atasan bodoh?" dia pun perlahan lahan menunjukan mukanya.
Aku yang melihatnya pun terkejut. Ternyata wajah nya dengan yang ia lihat saat kecelakaan fujita sama persis. Aku pun langsung merinding melihatnya.
"Tidak salah lagi! Dia itu orangnya!" ucapnya dalam hati.
"kamu...jangan jangan!"
"ya benar. Wah menyedihkan sekali. Kamu sampai terjatuh melihat kematian teman mu. Wajah ketakutan mu sangat bagus! Aku suka itu!"
Mendengar itu, aku sangat takut.
Di tengah ketakutan, aku tersenyum.
"jangan jangan target selanjutnya itu aku ya? Kamu mau bunuh aku disini ya?"
"benar sekali!" bos polisi tersebut pun mengeluarkan pisau lipat dari sakunya.
Dengan cepat, salah satu polisi tersebut menembakkan stun gun ke arah bos para polisi dan berlari ke arahku.
Dia pun langsung mengangkat aku dengan 1 tangan dan membawanya lari. Para polisi yang melihat aksinya langsung beraksi. Namun ada beberapa polisi yang bingung memihak ke aku atau atasan.
Para polisi terpecah menjadi 2 bagian. Polisi yang sangat mengabdi ke atasan mereka mengejarku. Dan para polisi yang masih memiliki rasa iba yang tinggi merasa kebingungan dan tidak melakukan apa apa.
"Hentikan! Atasan mu itu yang membuat kecelakan itu!"
"Aku tau itu."
"hah?"
"ssst! Tutup mulut mu! Mereka akan lewat sini."
"Dari suaranya, sepertinya dia seorang perempuan. Lincah juga dia." ucapku dalam hati.
Mereka berdua pun bergegas bersembunyi dan mengintip sedikit para polisi lain yang sedang mencari mereka berdua.
"fiuh syukurlah"
"ngomong ngomong apa maksud mu aku sudah tau? Jangan jangan kamu termasuk komplotan orang itu?"
"nanti aku akan memberi tahu. Sekarang ikuti aku. Kaki mu tidak apa apakan?"
"ya, aku baik baik saja, jangan khawatirkan aku."
"ok ayo!"
Mereka pun dengan cepat berlari menjauhi tempat tersebut. Perempuan yang memandu jalan tersebut berlari dengan sangat cepat dan gesit hingga aku kesusahan untuk mengejarnya. Sudah berkali kali aku kehilangan jejaknya.
Aku berlari sambil memegang tangan kirinya. Karena tangan kirinya sangat sakit, aku sempat berfikir bahwa tangan kirinya patah.
"oi, kamu beneran tidak apa apa nih? Kamu lari sambil memegang tangan kiri mu tuh."
"tidak apa apa. Mungkin ini cuma terbentur biasa."
"yaudah jangan banyak basa basi, ayo lanjutkan!"
Jalur mereka berdua dengan para polisi sangat berlawanan. Mereka yang mengejar aku menuju ke barat sedangkan aku dan polisi perempuan tersebut berlari ke arah timur.
Namun anehnya polisi perempuan yang memanduku menyuruh aku berlari sangat cepat. Atasan para polisi tersebut juga terlihat tidak mengejarku sama sekali.
Bercampur dengan seribu pertanyaan, aku menuruti perintah polisi pemandu tersebut. Mungkin diakhir aku akan mendapat jawaban dari beberapa pertanyaan.
09.17
Kali ini aku benar benar tidak masuk sekolah. Namun aku berfikir dari awal untuk pergi dari tempat itu dan menuju ke tempat dimana orang orang tidak mengenalinya.
"oi bocah kita sudah hampir dekat dengan tujuan. Percepat diri mu."
Aku yang sudah kewalahan pun memaksakan diri untuk berlari dengan sekuat tenaga.
Beberapa menit pun berlalu.
"oi bocah kita sudah sampai."
Aku pun melambatkan jalan. Dan saat aku melihat tempat tujuan polisi tersebut pun sangat terkejut.
Entah harus ketawa atau kaget. Ternyata tujuan tempatnya adalah tempat latihan bela diri yang sudah lama tutup dan tidak di huni oleh 1 orang pun. Namun terlihat dari jauh, barang barang peninggalan masih terdapat disana.
"kenapa orang orang yang berada disisi ku selalu suka tempat kumuh"
"jangan banyak mengeluh! Ayo masuk."
Secara perlahan lahan aku memasuki tempat kumuh tersebut. Karena terlalu lambat, aku pun ditegur.
"hoi jalannya yang cepat! Jangan malas."
"berisik ah"
Aku pun mempercepat jalannya. Sambil melihat keadaan tempat bela diri tersebut. Kayu yang masih kokoh menahan bangunan yang besar. Jalanan yang sudah retak dan tumbuh tanaman liar.
Tapi anehnya, di dalam tempat bela diri yang sudah kumuh tersebut, sama sekali belum ada kerusakan yang terlihat. Kayu yang menjadi dinding dari bangunan belum lembab atau dimakan rayap.
Tampak luar seperti sudah lama ditinggal orang dan dalam nya seperti baru saja ditinggal orang. Tempat itu seperti tempat orang pengurung diri. Padahal jelas jelas itu tempat untuk bela diri.
Sesampainya di tengah bangunan kuno, polisi tersebut pun membuka maskernya dan melepas topinya. Dan ternyata benar, dia seorang gadis yang bekerja sebagai polisi.
"lalu, tempat apa ini?"
"ini adalah tempat bela diri ayah mu dulu."
"kamu juga tau ayah ku?"
"aku tau segalanya tentang mu."
Aku pun terkejut. Kenapa orang tidak dikenal sepertinya bisa mengetahui identitas dirinnya.
"tapi boong ehe"
"cepat sekali mengaku nya!"
"teman ku yang bernama hugo menyuruh ku membawa bocah yang sedang di cegat polisi ke sini."
"syukurlah kamu bukan polisi jahat. Ngomong ngomong apakah hugo baik baik saja?"
"tidak sopan sekali. Seharusnya kamu memakai kata "pak" saat memanggil namanya"
Lalu tiba tiba lampu ruangan sebelah menyala. Pintu pun bergeser. Dan ternyata orang tersebut adalah hugo.
"ada apa nih ribut ribut? Oh ada kanata ya. Halo"
Aku pun terkejut dan kesal.
"kamu bilang kamu menyerahkan diri. Gimana sih!"
"hahaha. Itu untuk mengecoh mu saja. Yang penting semua nya sudah sesuai rencana ku. Ngomong ngomong perkenalkan polisi perempuan ini namanya sakura. Akrab lah dengannya."
"bentar hugo, tadi kamu bilang anak ini kanata? Dia anak kandung kanata?"
"benar. Namanya kanata kato."
Perempuan itu pun tiba tiba terkejut dan melihat kearah wajahku. Dia pun memasang wajah menyedihkan.
"apa apaan ini?" ucap aku keheranan.
Suasana pun berubah menjadi suram
To be contiuned....