Reyna mengunyah basonya sambil menunggu Pak Burhan datang. Padahal Ia satu ruangan, tetapi Pak Burhan barusan di panggil untuk meeting oleh supervisor mengenai datangnya produk baru yang akan di produksi secepatnya.
Tiba-tiba Beni datang memesan dan melihat Reyna sedang memakan basonya.
"Lu di sini Rey?" tanya Beni tersenyum tak sengaja bertemu, Ia duduk di sebelah Reyna.
"Eh, iya, lagi nunggu Pak Burhan!" Jawab Reyna.
"Pak Burhan? Memang ada apa?" Tanya Beni penasaran.
"Entahlah! Ada sesuatu yang ingin di bicarakan katanya, tapi sampai sekarang belum nongol juga!" jawab Reyna kedua pundaknya di angkat.
"Ooh." Bibir Beni membulat datar.
Pesanan baso Beni telah siap di atas meja di hadapannya, ditengah-tengah meja terdapat air botol mineral lalu di ambilnya dan meneguknya, menaruh kembali ke meja sebelah mangkuk baso.
Beberapa detik datanglah Pak Burhan dengan tergopoh-gopoh.
"Maaf telat, Rey! Bapak baru selesai Meeting dengan Pak Ujang!" Pak Burhan langsung duduk berhadapan dengan Reyna, tetapi di dapati Beni juga ada di sebelah.
Dengan muka yang terkejut, mengapa Beni di sini? Apakah Ia juga ingin mengetahui tentang cerita Pak Burhan?
Pak Burhan menatap Beni bingung.
"Beni di sini juga?" tanya Pak Burhan.
"Eh iya Pak, pas mau beli baso ketemu Reyna di sini!" Beni cengar-cengir.
Pak Burhan hanya mengangguk. "Oh."
"Pak Ali baso satu seperti biasa ya, minumannya es jeruk!" ucap Pak Burhan.
Pak Ali dari sebrang berkata, "Oke!"
Beberapa detik baso sudah datang di tata oleh pak Ali pemilik baso dengan es jeruk sebagai minumannya.
"Terima kasih," ucap Pak Burhan pada Pak Ali dan Pak Ali pun berlalu.
"Gak masalahkan Beni ada di sini Pak?" ucap Reyna.
Kedua tangan Beni melambai tanda tak enak hati, "Eh kalo penting, mending saya duduk di tempat lain saja kalau begitu."
Buru-buru Reyna menggenggam tangan Beni yang ingin beranjak pergi. "Tanggung Ben!"
"Gak usah pergi Ben, udah di sini aja, gak apa-apa," ucap Pak Burhan mencegah Beni pergi dan tidak keberatan bila Beni ikut nimbrung pembicaraan mereka yang penting.
"Ada hal penting apa Pak, sampai Bapak menyuruh saya datang kemari?" tanya Reyna langsung pada intinya tanpa basa-basi.
Pak Burhan menyeruput es jeruknya lalu memulai bercerita, "Istri saya mengalami sakit yang aneh, beberapa tahun belakangan ini, batuk darah, kadang-kadang demam mendadak, mimpi buruk berulang-ulang katanya seram sekali, seperti ada yang mengganggunya dalam mimpinya, sudah ke Dokter tetapi tidak ada diagnosa dari Dokter, Dokter hanya mengatakan bahwa Istri saya kelelahan, tapi anehnya tak kunjung juga sembuh."
Reyna dan Beni memperhatikan Pak Burhan berbicara dengan seksama. Mereka saling menatap satu sama lain lalu kembali tertuju pada cerita Pak Burhan.
"Saya bingung harus bagaimana, sepertinya ada sesuatu dalam diri istri saya itu, penyakit yang aneh dan sekarang berbaring di tempat tidur dengan lemas, tak bisa apa-apa, bergerak pun tak bisa," lanjut Pak Burhan. "Maksud saya hal yang penting di bicarakan pada Nak Reyna, Bapak minta tolong untuk memastikan apakah Istri saya terkena ilmu hitam atau tidak, karna sebagian tetangga mengatakan seperti itu pada saya."
Reyna mengerutkan kening, menarik nafas panjang.
"Sebenernya saya kurang faham akan hal ilmu hitam itu, tetapi memang ada yang seperti itu, saya rasa saya harus menemui Istri Bapak untuk mengetahuinya. Tapi saya hanya manusia biasa juga Pak, tanpa pertolongan dari Tuhan dan doa pasti semua tak akan mampu di pecahkan dan di selesaikan," ucap Reyna.
"Iya Nak Reyna, Bapak sampai pesimis dengan keadaan Istri Bapak yang seperti itu, tiba-tiba dan mendadak," ucap Pak Burhan.
"Kasihan saya melihatnya Nak Reyna," lanjut Pak Burhan mulai berkaca-kaca, di ambilnya tisu di atas meja dan mengusap air matanya.
"Sudah Pak sabar." Beni mencoba menenangkan Pak Burhan.
Beni menatap Reyna dan mencolek lengan tangannya sebagai kode untuk membantu masalah yang tengah di alami Pak Burhan.
"Gue takut Ben, ini masalahnya serius, gak main-main!" Reyna berbisik pada telinga Beni. Rasanya Ia punya masalah besar jika harus kecimplung ke dalam hal gaib lagi. Diri Reyna tak sepenuhnya kuat untuk menghadapi semua itu, masalahnya harus butuh fisik dan kekebalan tubuh yang maksimal untuk membantu Istri Pak Burhan.
Taruhannya nyawa, dan membuat Reyna merasa terancam akan hal itu.
Se umur-umur Ia belum pernah mengalami hal semacam ini, Ia hanya bisa menolong makhluk-makhluk gaib itu ketika kesusahan, membantunya ala kadar yang Ia miliki.
Contohnya ketika waktu SMP, Ia berkunjung dan menginap di rumah sepupunya Bonita, berkumpul untuk acara perayaan besar dari keluarga Ibunya.
Itu benar-benar menurut Reyna hal yang paling mengerikan yang pernah Ia jumpai. Ber mimpi makhluk halus ber Sosok besar tinggi hitam, dengan mata merahnya Genderuwo itu menatap Reyna dengan tatapan yang mengerikan dan menakutkan. Dengan taring panjangnya di kedua sisi gigi atasnya, wujudnya manusia mirip sekali dengan kera, tubuhnya besar dan kekar, dengan di tutupi rambut lebat di sekujur tubuhnya. Genderuwo itu menampakan dalam mimpi Reyna dalam sebuah hologram. Sungguh sangat terlihat jelas, Genderuwo itu mengatakan bahwa dulu rumah ini adalah tempat tinggal Ia sebelum menjadi rumah yang sebagus dan se besar ini. Merasa terganggu oleh penghuni rumah ini.
"Saya akan mengganggu penghuni rumah ini jika mereka tak keluar dari tempat tinggal saya!" Genderuwo itu bergumam serius.
Dengan hati yang berat, bergemetar ke dua tangannya Reyna memberanikan diri dan Reyna berkata, "Manusia dan makhluk halus sepertimu saling berdampingan, kenapa tak mencari tempat lain saja."
Makhluk halus Genderuwo itu hanya mengatakan bahwa dimana lagi harus Ia tinggal, sedangkan Pohon dan hutan sering kali di babat habis oleh manusia untuk kepentingan mereka.
Apalah daya, makhluk sejenis mereka hanya ingin tempat mereka kembali lagi.
Menyakinkan makhluk halus tak kasat mata itu tidak mudah, malah sulit. Tetapi ketika kita menjelaskannya dengan rasa iba mereka pun bisa mengerti dan memahami itu.
Kembali Reyna menatap Beni yang tak henti menepuk pundaknya.
"Eh iya!" ucap Reyna gugup.
"Kalau Lu merasa tidak mampu lebih baik tidak usah Rey," ucap Beni tersenyum.
Pak Burhan berharap Reyna mau membantunya, raut wajahnya melihat Reyna seakan berharap banyak dari seorang anak gadis tomboy berusia 20 tahun ini.
"Saya akan kabari Bapak jika saya siap untuk membantu Istri Bapak, saya doakan semoga Istri Bapak sembuh sedia kala," ucap Reyna.
Pak Burhan menghela nafas panjang, sedikit kecewa dengan perkataan Reyna barusan, Pak Burhan tak bisa memaksakan kehendaknya. Semoga saja Reyna dapat mengubah keputusannya.