Chapter 10 - Telah Hilang?

Setelah berhasil mengalahkan dua puluh ekor Wolfhun, membuatku naik ke level 20, itu adalah awal yang baik.

"Itu lumayan, hah … hah — [Status!]"

*

[STATUS]

[Name: Nishimiya Haruto]

[Age: 17 th]

[Gender: Male]

[Level: 20]

[Health Poin: 4000 HP]

[Energy/Mana: 500 energy]

[Sex Appeal: 50%]

[Luck: 72%]

[Increase Poin: 80]

Skill: [Mesmerize]

[Reflexions]

Weapon: Light Saber

[Job: Not Have]

*

Semuanya tercantum di sini, tetapi mengapa energi atau manaku tidak meningkat sama sekali? jika untuk Sex Appeal, bodo amat!

Bahkan melawan Wolfhun sesulit ini, memiliki keterampilan tidak berguna semua, apa gunanya Mesmerize melawan serigala lapar? lalu Reflexions, bisakah untuk mendengar suara hati serigala?

Tidak berguna sama sekali! malah senjata ini lebih bagus dari semua keterampilan, ah sudahlah saatnya mengejar Miya ....

Aku berjalan kembali sembari meletakkan pedang di punggungku.

"Waktunya untuk jalan."

Aku berjalan dengan memasang gerakan mata, siapa tahu ada Wolfhun yang mengawasiku, tapi kurasa tidak ada? tapi di mana Miya, aku menyuruhnya pergi dulu, bukan berarti dia harus meninggalkanku.

Kalau aku teriak di tengah hutan seperti ini, lucu atau tidak? sialnya semua pohon ini bentuknya sama, jangan sampai aku tersesat.

Sial, apakah Miya benar-benar meninggalkanku? bahkan aku berjalan dari tadi masih belum menemukan pangkal hidungnya sama sekali.

Apa boleh buat, teriak saja.

"Oi Miya dimana kamu!!"

Sayang sekali tidak ada jawaban darinya, apa dia beneran pergi meninggalkanku?

"Miya!!"

Kampret masih belum ada jawaban darinya. Apa dia tersesat, tidak mungkin ... pasti karena dia pergi duluan meninggalkanku.

Aku berjalan lurus lagi, dan mengamati semak belukar yang menutupi jalan setapak. Dengan berani, segera membuka semak itu dengan kedua tanganku.

"Miya kau disana-"

"Kyaaaa!!!"

Teriakan Miya, tapi sudah dekat.

"Miya!"

Apa yang dia lakukan, eh ungu?!

"Jangan lihat, mesum!"

"Aku tidak melihat ungu kok ...."

"Hei, kamu melihatnya sialan!"

"Maaf aku tadi salah bicara-"

"Mati sana, [Spark!]"

Eh?!

'Jederr!'

"Anjir ....!"

Agh tubuhku berdarah lagi, aku terbaring kesakitan disini. Apa yang dia lakukan setengah telanjang di sungai ini? mencuci luka tidak harus melepas celananya juga kan, mana warnanya ungu lagi.

Bentuk segitiga sempurna dengan warna ungu, ahh feminin — guoblok Haruto, kenapa kamu menjadi karakter cabul.

"Sialan kau Haruto! betapa beruntungnya kau melihatku yang setengah telanjang ini!"

Aku mengangkat kepalaku yang masih terbaring di tubuh ini.

"Mungkin karena keberuntunganku ...."

"Jangan mengintipku, aku belum memasangnya kembali ... [Spark!]"

"Lagi!"

'Wush'

Bergulir!!

'Jeder!'

"Huh, untungnya aku tidak tersambar itu ...."

"Beraninya kamu menghindar, pengecut!"

"Ayolah Miya cepat pakai kembali celanamu, kita masih dalam pengejaran!"

"Ya, aku tahu, sangat rumit untuk memakainya kembali jika ada kamu ...."

Tapi kenapa ada sungai di sini, sepertinya membentang jauh di setiap sisi jalan, apa salahnya jika aku berjalan di sepanjang sungai ini?

"Sudah!"

"Sudah kenapa?"

"Aku sudah selesai memakainya lagi bodoh!"

Cepat sekali?! apa karena aku tidak fokus melihatnya tadi ya?

"Maafkan aku, bolehkah aku berdiri?"

"Tidak, tidur saja di sana!"

"Baiklah kalau begitu."

"Jangan bercanda idiot! sekarang kita harus pergi lagi!!"

Cih, gadis ini, lagipula dia menyuruhku untuk tiduran. Jadi mengapa aku terdengar bodoh disini ya?

Aku berdiri lagi, berjalan mendekati Miya, wajah Miya masih merah karena menahan malu.

"Ba-baik ayo pergi lagi!"

"Siap kapten!"

"Jangan memberi hormat padaku seperti itu! Apa ini lelucon lagi?"

"Aku tidak sedang bercanda, kamu ini sangat bodoh!"

"Beraninya kau menyebutku bodoh, aku akan memberimu pelajaran! Spa-"

"Eit tunggu Miya! — pepatah tua mengatakan, waktu adalah harga, jadi semakin cepat lebih baik."

"Ah itu benar, ini karena kamu sialan!"

Untung saja dia mudah dibodohi.

Sebelum kami berjalan, Miya melakukan keterampilannya lagi.

"[Find!]"

Ah keterampilan itu ya, keterampilan yang paling berguna untuk menemukan orang lain sekaligus mendeteksi lawan.

Eh kenapa tubuh Miya tiba-tiba bergetar?

"Mi-Miya ada apa?"

"Sudah hilang ...."

"Apanya?"

"Tidak ada tanda-tanda anak itu."

"Oh begitu."

'Greet!'

"Sialan kamu, kenapa kamu begitu tenang, kamu tidak mengerti bahwa kita dalam masalah!"

"Ya-ya, lepas dulu kerahku...."

"Hei Haruto, jika paman ini mengetahui tentang keberadaan putrinya yang dibawa pergi oleh para goblin, dia pasti akan kaget ...."

"Memang, kamu benar sekali ...."

Sial kenapa jadi seperti ini, bukankah aku juga terlihat melanggar janji.

"Jadi Miya, apakah mereka sudah keluar dari hutan?"

Miya mengangguk, dengan wajah putus asa.

"Maafkan aku Miya, kalau saja aku punya keterampilan sepertimu, aku bisa dengan mudah mengusir Wolfhun."

"Tidak, kamu tidak salah, yang salah adalah aku ... karena aku lah menghambat dalam pelarian ini, aku hanya seorang Sorcerer yang lemah, sihir seranganku juga hanya Water dan Spark, dan juga Electric ... tidak seperti Vio yang pandai menyerang menggunakan pisau."

"Tidak juga, aku terkejut ketika kamu tiba-tiba memanggil namaku, haha ​​kamu biasanya selalu memanggilku petualang pemula, yah kurasa ...."

Eh Electric kayaknya aku belum melihatnya?

Sebenarnya juga pertama kali kita bertemu, dia memanggil namaku. Hanya saja, mungkin karena aku terlihat lemah di matanya, dia meremehkanku.

"Miya tidak ada gunanya menyalahkan diri kita sendiri, dan berdebat tentang hal yang tidak berguna ini, yang terpenting sekarang adalah keluar dari hutan ini, dan bantu putri paman itu ...."

"Ya kamu benar, anak itu pasti menangis meminta tolong di sana."

"Jadi Miya, jalan mana yang harus kita pilih sekarang? ini di tengah sungai, kanan, kiri, atau lurus melalui sungai ini?"

"Langsung, kita akan menyeberangi sungai!"

"Kalau begitu aku akan memperpendek celanaku dulu, dan melepas sepatuku ...."

"Ya lakukan dengan cepat."

Aku melepas sepatu dan kaus kaki, memasukkannya ke dalam sepatu, lalu mengangkat celanaku menjadi sedikit pendek.

"Oke Miya ayo pergi ...."

"Hei, apakah kamu serius membawa sepatu itu, mereka akan hilang di sungai, kamu tahu?"

"Diam, lagian kalau aku pergi nanti malah hilang ... lagipula aku tidak mau terluka berjalan tanpa alas kaki."

"Begitu ... yah kita harus menemukan anak itu sesegera mungkin dan kembali ke kota ...."

Miya dan aku berjalan di sungai, melewati bebatuan satu per satu, aku hampir terpeleset karena bebatuannya licin.

Hah-hah, hampir saja jatuh, bikin kaget saja.

"Hup, akhirnya kita bisa melewatinya ... yah Miya apakah kita langsung saja?"

"Kurasa begitu."

"Jangan bilang 'kurasa', itu kata yang sama dengan mungkin!"

"Aku tahu, tapi bagaimana kalau kita-"

"Ah, akhirnya kutemukan kalian!"

Sepertinya aku pernah mendengar suara ini?

Miya dan aku sama-sama menoleh ke sumber suara, yang tak lain adalah Vio dan paman yang digendongnya.

"Vi-Vio!"

"Kenapa kamu datang ke sini, membawa paman itu lagi?!"

"Karena ada pembicaraan serius, kemarilah kita kembali ke kota!"

"Iya! ... nah Haruto, apa kamu siap menerima emosi paman itu?"

"Ah mungkin ...."

Ini pertama kalinya aku ingkar janji, kenapa kamu memberikan ujian ini kepadaku dewi ....

Aku mengikuti Miya, dan berjalan lagi di atas batu yang licin. Tepat di tengah batu, aku kehilangan keseimbangan dan jatuh ke sungai, Miya menertawakanku, karena dia sudah jauh di depan.

'Splash!'

"Hah-hah sial, ah sepatuku hilang!?"

"Itu sepatumu lagi berenang disana!"

"Hah?!"

Karena aku memegang sepatu sembari berjalan di atas batu yang licin, setelah kehilangan keseimbangan sebelumnya, tidak hanya seragam dan celanaku yang basah, tetapi sepatuku juga terbawa oleh air sungai dan pergi berenang jauh, ketika aku tidak sengaja melemparkannya karena terpeleset tadi.

"Sepatuku, sial Miya kenapa kamu tidak menolongku?!"

"Haruto, kau sangat lucu fufufufuhaha!!!"

"Jangan malah tertawa di tengah kesialan orang lain!"

"Kamu sangat lucu ... fuahahaha!(ngakak)"

"Cewek biadab."

"Kak kita pergi sekarang, tinggalkan saja kura-kura itu di sana."

"Kura-kura? ah memang benar dia bergaya seperti kura-kura, ups ...."

"Sepatuku ... sepatuku ...."

Ah biarlah, bagaimanapun juga, itu adalah sepatu di duniaku, setelah semua nanti aku akan mendapatkan sepatu yang lebih baik.

'Splash!'

Tapi kenapa aku ingin menangis, aku benar-benar ingin menangis ... ada apa denganku?!

Wajahku menangis karena air sungai, bukan karena air mata kan?

"Haruto! sampai kapan kamu akan menangis? kita tinggal nih!"

"Hah?! itu semua salahmu gadis sialan!"

"Hei kak, apakah kamu baru saja memanggil namanya?"

"Ya, karena-"

"Apakah Miya kakakmu, Viopsiko?!"

"Viopsiko?"

Miya memiringkan kepalanya seolah dia bingung.

"Ada apa petualang, yang terpenting sampai kapan kamu akan menjadi kura-kura disana?"

Ah ya, lagipula karena aku membusung, dengan mencelupkan wajahku ke dalam air, aku terlihat seperti kura-kura.

Aku kemudian berjalan di air yang agak dalam, airnya mungkin sekitar 130 cm atau 1,3 meter.

Daripada berjalan di bebatuan licin lagi, aku lebih suka berjalan di air, toh aku sudah basah.

"Hah-hah Miya tolong bantu aku berdiri?"

"Aku?"

Miya berkata sembari menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung.

"Ya, siapa lagi!?"

"Merepotkan, kamu ini bocah manja, eh-"

'Byuuur!'

Wahaha mampus!

Aku menarik lengan Miya, agar balas dendamku selesai, rasakan itu gadis sialan, sekarang satu sama kan.

"Petualang! apa maksudmu dengan menjatuhkan saudariku!?"

"Ah maaf Vio, serius tanganku licin, jadi aku tidak sengaja menarik kakakmu ke bawah, tehee..."

Heh, padahal sengaja, yang penting balas dendamku berhasil, saatnya naik ke daratan.

Kakiku naik satu, tapi Miya meraih bahuku, aku menoleh ke belakang dan melihat wajah dendam Miya, tampak dingin dan mematikan, seperti ancaman Yandere.

"Mi-Miya kenapa kamu memegangi bahuku?"

"Karena ada serangga di bahumu."

Dia tersenyum seolah ingin membalas dendam!?

"E-eh di mana itu, kamu mengarangnya ya?"

"Serangga itu adalah kamu!"

"Eh jangan gitu lah Miya?"

Loh, kenapa aku merasa seperti tersengat listrik?

"[Electric!]"

Tangan Miya seperti mengeluarkan listrik, dengan tegangan yang setara dengan belut listrik, tapi sejak kapan seseram ini?!

'Bztt ... crtt!!'

"Gyaaaaa!!!!"

'Byuur!'

Aku bahkan langsung jatuh masuk ke air lagi, betapa menyedihkannya ....

Ah bukan ini yang kumau!

"Hah-hah, itu tadi membuat sesak nafas, untung ada udara segar disini."

Untung saja aku hidup di dunia lain, jadi serangan ini terasa biasa saja, meski menyakitkan, bahkan sampai mengguncang otot.

Tapi kenapa arus listrik ini berjalan agak cepat, jika aku manusia biasa, pasti bisa terkena serangan jantung.

Sekarang aku baru tahu bahwa kekuatan ini mengerikan.

Sialan, ini tidak dihitung sebagai satu sama, tapi dua satu! awas kau bakalan kubalas lebih kejam.

Aku melirik ke belakang sembari memasang senyum sinis, dan melihat baju basah Miya menembus bra yang dipakainya.

"Ungu lagi?"

Eh dia melihatku ini buruk!

"A-ada apa Miya?"

"K-kau, kubunuh kau!"

Posisi tangan itu, jangan-jangan?!

"[Spark!]"

"Aaaaa!!"

Dan begitulah aku mendapat hukuman dari Miya lagi, jadi skornya tiga satu.

Ngenes kali dah ....