Fahira menatap ke arah sang umi dan menunggu jawaban dari pertanyaannya tetapi setelah melihat perubahan raut wajah sang umi membuatnya sedikit khawatir. Dia merasa takut jika sang umi akan menekankan dirinya menjadi seorang wanita yang sudah bersuami dan mengharuskan selalu ada di rumah untuk menunggu suaminya pulang dari kerjanya.
Umi menatap Fahira lalu berkata, "Tentu saja boleh karena Umi dan abi tidak akan pernah melarangmu untuk bekerja."
Mendengar jawaban sang umi membuat Fahira bahagia dan dia pun langsung memeluk umi yang ada di sampingnya, dia tidak mengira jika sang umi memberikan izin padanya untuk bekerja. Dia hampir saja berpikir jika dirinya tidak bisa kembali melakukan apa yang diinginkannya setelah menikah tetapi semua yang dia dapatkan ini sangat membuatnya beruntung menjadi menantu dari umi dan abi.
"Apakah dia akan memberikan izinnya juga padaku?" tanya Fahira pada sang umi.
"Azmi, pasti akan memberikan izinnya karena dia juga tidak akan mengekang istrinya untuk bekerja," jawab umi yang tahu siapa dimaksud dia oleh Fahira.
Umi tersenyum melihat Fahira bahagia, dia pun kembali berkata pada Fahira tidak akan mengekangnya untuk melakukan apa yang diinginkannya. Namun, Fahira juga harus mengerti apa yang seharusnya dilakukan sebagai seorang istri jika suaminya sudah kembali ke rumah.
Fahira menganggukkan kepalanya dan dia akan melakukan tugasnya sebagai seorang istri jika sudah berada di rumah, dia tidak akan membuat umi kecewa. Karena dia juga tahu apa yang harus dilakukan sebagai seorang istri.
"Baiklah apa ada yang kamu perlukan lagi sebelum Umi pergi?" tanya umi pada Fahira.
"Tidak ada, Um," jawab Fahira dengan tersenyum.
Umi pun membalas senyuman Fahira lalu dia beranjak dan mendorong meja dorong lalu dia berjalan ke luar dari kamar Fahira. Dia kembali berpikir apa sebenarnya pekerjaan yang dilakukan oleh menantunya itu dan dia melupakan akan hal itu. Dalam benaknya berkata jika dia nanti akan tanyakan tentang pekerjaan menantunya itu.
***
Hari berjalan dengan sangat cepatnya dan Fahira pun terus melakukan terapinya, dia berusaha dengan sangat keras untuk bisa berjalan kembali agar dia bisa kembali bekerja serta tidak membuat umi dan abinya kerepotan karena mengurusnya. Hari pernikahan Almira pun semakin dekat dan Fahira harus segera mulai mempersiapkan semuanya.
"Sayang, apakah kamu ingin kembali ke rumah?" tanya umi pada Fahira.
"Sepertinya tidak Umi karena aku tidak ingin membuat umi di rumah kesulitan," jawab Fahira yang memutuskan tidak kembali ke rumah menjelang pernikahan Almira.
Umi menganggukkan kepalanya dan dia paham dengan apa yang sudah diputuskan oleh Fahira yang tidak ingin kembali ke rumahnya saat ini. Dia pun mengatakan jika di hari pernikahan Almira nanti mungkin akan menghadirinya lebih awal karena untuk menghormati kedua orang tua Fahira.
Fahira menyetujui apa yang sudah di putuskan oleh sang umi dan dia sama sekali tidak keberatan, sebenarnya dia ingin kembali ke rumah dan bertemu dengan uminya tetapi dia tidak ingin melihat Almira. Karena dia sudah tahu dengan pasti apa yang bisa di lakukan oleh kakaknya itu terhadap dirinya.
Di sisi lain Almira yang sedang berada di dalam kamarnya sedang menikmati hari-hari yang sudah ditunggu-tunggunya, dia merasa jika apa yang diinginkannya bisa berjalan dengan semua rencana yang ada di dalam pikirannya. Dia sama sekali tidak mengira akan semudah ini menemukan pria yang sangat tampan dan juga memiliki kekayaan yang bisa memenuhi semua keinginannya.
"Sayang, di luar sudah ada temanmu. Apa Umi suruh masuk saja?" tanya sang umi pada Almira yang masih sibuk dengan lamunannya.
Umi membuka pintu kamar Almira lalu dia kembali bertanya pada putrinya itu, Almira tersadar dari lamunannya dan mengatakan pada sang umi untuk menyuruh teman-temannya langsung ke kamarnya. Umi pun langsung pergi dan menyuruh teman-temannya Almira untuk masuk ke dalam kamar.
"Bagaimana kabar calon pengantin kita hari ini?" tanya seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam kamar Almira.
Tidak begitu lama muncul dua orang ragi wanita dan mereka langsung berjalan mendekat ke arah Almira yang sedang duduk di atas tempat tidur. Mereka pun langsung menghempaskan tubuh di atas tempat tidur sembari bertanya tentang rencana pernikahan Almira.
Mereka semua sangat bahagia dengan pernikahan Almira yang akan diselenggarakan dua hari lagi, Almira sangat senang dengan kedatangan ketiga sahabatnya itu. Almira pun beranjak dan berjalan menuju sebuah almari lalu dia mengeluarkan tiga gaun yang sangat indah untuk ketiga sahabatnya itu.
"Cobalah dan semua ini untuk kalian," Almira berkata pada ketiga temannya itu dan menyuruh mereka untuk mencobanya.
"Wow keren banget," timpal seorang sahabat lalu dia bangun dari posisi tidurnya dan langsung mendekat pada Almira lalu mengambil salah satu gaun yang ada di tangan Almira.
Mereka bertiga pun langsung mencoba gaun yang diberikan oleh Almira, mereka terlihat sangat senang dengan pemilihan gaun sahabatnya itu. Semua terlihat sangat indah dan berkelas setelah di kenakan, setelah semuanya selesai mereka pun langsung melepaskannya dan merapikannya kembali.
"Apa kalian akan menginap di sini?" Almira bertanya pada ketiga sahabatnya itu.
"Tentu saja kami akan menginap," jawab seorang sahabat lalu dia kembali duduk di atas tempat tidur.
Mereka memang sudah merencanakan untuk menginap di rumah Almira hingga waktu acara pernikahannya selesai. Salah seorang sahabat sedang berjalan melihat-lihat kamar Almira dan dia melihat ada foto Fahira yang menempel di dinding kamar Almira.
"Al, bukannya kau sangat membenci adikmu itu?" tanya seorang sahabat yang melihat foto Fahira lalu melepaskannya dari dinding kamar Almira.
"Aku sangat benci padanya dan ingin rasanya membuatnya hilang dari muka bumi ini," timpal Almira dengan nada yang penuh kebencian.
Mereka bertiga memang sudah tahu tentang rasa benci Almira pada Fahira tetapi mereka tidak tahu apa alasannya sehingga Almira sangat membenci adiknya itu. Meski mereka pernah bertanya tetapi Almira tidak pernah menceritakan apa yang sudah terjadi.
Namun , yang mereka dengar adalah semau kebencian dan rencana busuk Almira untuk membuat Fahira dibenci oleh semua orang. Dan juga selalu mengambil apa yang sudah seharusnya menjadi milik Fahira, terkadang mereka juga memberikan masukkan untuk membuat rencana yang bisa membuat Fahira menderita.
"Sudah jangan bicarakan dia itu bisa membuatku menjadi kesal saja," ujar Almira untuk mengalihkan pembicaraan.
Almira tidak mau membicarakan tentang adiknya itu karena hari ini dan selanjutnya hanya akan ada kebahagiaan baginya. Dia juga mengatakan pada sahabatnya jika dia sudah menghubungi Fahira agar tidak datang ke rumah karena semua itu akan merepotkan dirinya dan sang umi.
"Serius kau menyuruh adikmu untuk tidak datang ke rumah?" tanya seorang sahabat saat mendengar apa yang tadi di katakan oleh Almira.