Chereads / My Mafia Boy / Chapter 28 - MMB [27]

Chapter 28 - MMB [27]

Cella melangkahkan kakinya menuju ke perpustakaan sekolah. Ia harus belajar fisika sebelum remidial fisika dimulai.

Setelah sampai di perpustakaan, Cella mengambil beberapa buku fisika dan duduk. Ia juga membawa alat tulis serta buku tulisnya.

Cella pun mencoba mengerjakan salah satu soal tentang listrik statis. Butuh beberapa menit hingga Cella menemukan jawaban dari soal tersebut.

"Salah tuh hasilnya bukan segitu," ucap Alfian yang tiba-tiba ada di belakang Cella sehingga membuat Cella terkejut dan mengelus dadanya pelan.

"Nggak usah sok tau lo," ucap Cella.

Alfian pun beranjak duduk di kursi samping Cella.

"Ini 16 dibagi 8 dulu baru lo pangkat 2," ucap Alfian menunjuk ke penyelesaian yang ditulis Cella.

Alfian pun mengambil buku tulis Cella dan mengerjakan soal yang dikerjakan Cella barusan. Cella pun melihat dengan seksama yang ditulis oleh Alfian.

"Nah ini kalau udah tinggal 50 dibagi 4 jadi hasilnya 12,5 Newton," ucap Alfian menggaris bawahi jawaban yang ia tulis.

Cella mengangguk-anggukkan kepalanya paham dengan penjelasan Alfian barusan.

"Wih lo pinter juga ternyata," ucap Cella bertepuk tangan sejenak memuji Alfian.

"Iya lah emang gue pinter," ucap Alfian bangga.

"Lo remidial fisika?" tanya Alfian yang membuat Cella membelalak terkejut. Bagaimana Alfian bisa tahu bahwa ia remidial fisika?

"Al," panggil Cella yang belum menjawab pertanyaan Alfian.

"Kenapa?" tanya Alfian menaikkan salah satu alisnya.

"Lo cenayang ya?"

---

"Lo masih inget rumah Aysha kan?" tanya Luna saat bel jam pulang sekolah berbunyi.

"Masih, tenang aja," jawab Cella menganggukkan kepalanya.

Cella dan Luna pun berjalan beriringan menuju mobil Cella. Dan setelah itu Cella melajukan mobilnya dengan kecepatan normal menuju rumah Aysha. Namun sebelum itu mereka berdua ingin membelikan beberapa buah untuk Aysha.

"Kok chat gue nggak dibales ya sama Aysha," ucap Luna melihat ke arah layar handphone miliknya.

"Ya iyalah kan dia lagi sakit," ucap Cella dibalas dengusan kecil dari Luna.

"Siapa tau aja dia gabut terus mainan hp," balas Luna.

"Itu mah elo," ucap Cella membuat Luna meringis kecil.

Beberapa menit kemudian, mereka berdua sudah sampai di rumah Aysha. Cella pun menekan bel rumah Aysha dan langsung keluar seseorang yang sepertinya asisten rumah tangga di rumah Aysha.

"Temen-temennya non Aysha ya?" tanya art tersebut yang bernama Ira.

"Iya bu," jawab Cella tersenyum kecil.

"Panggil bi aja jangan bu," ucap Ira membuat Cella hanya mengangguk kecil.

"Ya sudah bibi antar ke kamarnya non Aysha," ucap Ira dan berjalan menunjukkan jalan menuju kamar Aysha.

Setelah sampai di depan kamar Aysha, Ira langsung meninggalkan Cella dan Luna.

Tok tok tok.

Cella pun mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kamar Aysha.

Cklek.

Setelah Cella membuka pintu kamar Aysha, terlihat Aysha yang tengah diinfus dan sepertinya baru selesai makan.

Mendengar pintu kamarnya terbuka, Aysha pun mengalihkan pandangannya ke arah Cella dan Luna.

Cella dan Luna pun tersenyum kecil dan berjalan mendekat ke arah Aysha. Terlihat Aysha berusaha untuk duduk dari tidurnya.

"Eh nggak usah Sha, lo tiduran aja gapapa," ucap Cella yang melihat Aysha hendak duduk.

"Maaf ya," ucap Aysha meringis kecil.

"Nggak perlu minta maaf kali Sha lo kan masih sakit," ucap Luna dan diangguki kepala oleh Cella.

"Lagian kita yang harus minta maaf karena udah ganggu istirahat lo," ucap Cella membuat Aysha langsung menggelengkan kepalanya.

"Enggak kok," balas Aysha membuat Cella dan Luna tersenyum kecil.

"Oh ya lo sakit apa Sha?" tanya Cella, ia sendiri bingung mengapa Aysha tidak dirawat di rumah sakit saja?

"Cuma tipes kecil kok," jawab Aysha. Saat ini ia sudah bisa lebih terbuka dan santai dengan Cella dan Luna.

"Ya udah cepet sembuh ya Sha, ini gue sama Luna cuma bisa bawain lo buah doang," ucap Cella meletakkan parsel buah yang tadi ia beli bersama Luna di atas meja dekat dengan kasur Aysha.

"Iya kalian juga nggak usah repot-repot," ucap Aysha menganggukkan kepalanya.

"Kita pulang dulu ya Sha," ucap Luna.

"Kalian udah mau pulang?" tanya Aysha.

"Iya lagian juga udah hampir gelap Sha," jawab Cella melihat ke jam tangannya.

"Hati-hati ya makasih," ucap Aysha dan dibalas anggukkan kepala oleh Cella dan Luna.

Setelah itu, Cella dan Luna pun langsung pulang. Cella melajukan mobilnya menuju ke rumah Luna terlebih dahulu karena ia harus mengantar Luna.

"Cel lo lagi deket sama Alfian ya?" tanya Luna membuat Cella yang sedang menyetir menjadi terkejut.

"Enggak kata siapa," jawab Cella menggelengkan kepalanya.

"Ya habisnya akhir-akhir ini gue lihat lo sering sama Alfian.Terus Alfian juga kelihatan perhatian banget sama lo," ucap Luna membuat Cella mengerjapkan matanya. Apakah benar Alfian perhatian dengannya?

"Enggak ada ya, yang ada Alfian nyari masalah mulu sama gue," ucap Cella menolak keras perkataan Luna.

"Hati-hati Cel lama-lama ntar bisa jadi cinta," ucap Luna dan tertawa kecil.

"Ngaco lo."

Setelah mengantar Luna pulang, Cella juga bergegas untuk segera pulang ke rumahnya. Apalagi kejadian akhir-akhir ini membuat ia takut saat sendirian.

Tiba-tiba ada sebuah panggilan masuk di handphone miliknya. Cella pun memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dan mengangkat telepon yang ternyata dari Alfian.

"Halo Al ada apa?" tanya Cella begitu sudah menjawab panggilan dari Alfian.

"Lo dari mana aja dari tadi gue telepon nggak diangkat?" ucap Alfian membuat Cella mengernyitkan dahinya.

"Tadi hpnya gue silent, ada apa emangnya?" tanya Cella, ia penasaran mengapa Alfian menelponnya berkali-kali?

"Lo sekarang dimana?"

"Gue lagi di jalan mau pulang," jawab Cella sembari dengan nada bingung.

"Lo belum di rumah?" tanya Alfian yang terdengar terselip sedikit nada khawatir.

"Gue tadi habis nganterin Luna, emangnya kenapa sih Al?" tanya Cella.

"Sekarang lo langsung pulang, jangan lewat jalan yang sepi," ucap Alfian membuat Cela bertambah bingung.

"Tapi ada apa Al?"

"Udah lo nurut aja ya Cel, kabarin gue kalau lo udah sampai rumah," ucap Alfian.

Tut tut tut.

Belum sempat Cella membalas perkataan Alfian, Alfian sudah memutuskan panggilannya.

Cella pun melihat ke sekelilingnya dan segera kembali melajukan mobilnya menuju rumahnya dengan segera. Cella berpikir mungkin tidak ada salahnya mendengarkan perkataan Alfian.

Jalanan yang Cella lewati saat ini terbilang cukup ramai, sehingga ia menghela napas lega.

"Sebenernya ada apa sih? Kenapa Alfian tiba-tiba bilang kayak gitu tadi?" tanya Cella pada dirinya sendiri.

Cella menggelengkan kepalanya, lebih baik ia tidak memikirkan hal itu untuk saat ini.

Cella pun fokus menyetir dan menambah sedikit kecepatannya. Namun tiba-tiba

BRAKK...

To be continued.