Siang itu matahari tampakkan cerianya dengan sinarnya yang menyengat kulit. Bus rombongan bertolak dari hotel menuju waduk bedugul sebagai objek wisata setelah pantai sanur dan tanah lot.
Sebagian dari rombongan itu bergerombol membentuk kelompok-kelompok kecil untuk menyewa sebuah perahu. Sabda, Doni, Syifa dan Dewi memutuskan untuk menyewa sebuah perahu yan akan ditumpangi mereka untuk berlayar di tengah danau.
Suasana yang romantis dan nyaman lewat canda dan tawa mereka membuktikan mereka bahagia.
Langit yang cerah tiba-tiba mendung, awan hitam menggumpal di atas cakrawala. Tiba-tiba terdengar suara lewat mikrophon dari kejauhan. Ternyata himbauan dari tour guide untuk segera menepi. Sabda dan rombongan segera mengarahkan perahunya ketepian. Tetapi apa lacur awan gelap menghalangi pandangan. Bruaaakkk. Tabrakan antar perahu tidak bisa dihindarkan.
kedua perahu itu pecah dan terbalik. Hanya teriakan tolong, tolong dari para penumpang diikuti hujan deras dan petir menyambar membuat teriakan itu semakin tidak terdengar. Semua penumpang mencoba cari selamat dengan mengais serpihan perahu dan barang-barang yang terapung sedapatnya.
Beruntung mereka memakai jaket pelampung ketika hendak naik perahu sesuai anjuran dari tour guide.
"Syifa! Doni! Dewi! dimana kalian?" Teriak Sabda dengan napas terengah-engah berenang kesana-kemari tidak ada jawaban. Pandangannya terhalang oleh mendung dan kabut hitam yang tebal.
"Tolong! tolong!" sayup-sayup terdengar suara orang minta tolong. Ia gerakan tangannya berenang mencari suara itu. Ia dapati orang berpelampung mendekap sebuah serpihan kayu. Ia pegang bahunya dan membalikkan bahunya untuk mengenali wajahnya. Ternyata orang itu adalah Doni.
"Doni! Doni!" Ia dapati lelaki gendut itu dengan badan yang mulai lemas.
"Sabda! Sabda! tolong aku." Suara Doni terdengar pelan.
"Doni! kamu baik-baik saja? dimana Dewi dan Syifa?" Tanya Sabda kepada Doni dan dijawab dengan gelengan kepala. Sabda pegangi Doni dan terus mencari dan berteriak manggil Dewi dan Syifa. Tetapi nihil tidak ada balasan suara diantara keduanya. Hanya teriakan tolong-tolong dari penumpang perahu yang satunya. Dia dekati dan menarik tubuh orang itu yang berpelampung dan mengumpulkannya dengan korban yang lain pada serpihan kayu yang hancur karena tabrakan.
Suara menjadi hening Sabda pun kehabisan tenaga mencari dari balik barang yang mengapung di tengah danau Dewi dan Syifa namun tidak menemukannya.
Tidak lama terdengar suara speed bod mendekat ke arahnya. Ternyata tour guide dan crew menghampirinya dan melemparkan pelampung kepada semua korban untuk kemudian dievakuasi.
Sabda dan korban yang lain telah berhasil dievakuasi dan diberi bantuan medis ke poliklinik terdekat. Hanya Dewi dan Syifa yang tidak kelihatan di tempat itu. Sabda terus mencari dan menanyakan kesana-kemari namun nihil, tidak ada berita keduanya.
Hingga sampai pada sore hari dan malam menjelang belum ada kabar keduanya. Sabda semakin panik dan cemas.
Sabda dan beberapa temannya yang lain kembali ke hotel sementara bagi yang luka-luka masih dalam perawatan di poliklinik.
Malam semakin larut, semua rombongan istirahat tidur di lobi masing-masing. Tidak demikian dengan Sabda. Mukanya pucat badan tampak lesu dan terbaring di atas dipan. Pikirannya menyimpan sejumlah persoalan.
Pagi menjelang semua rombongan bergegas mandi dan kemudian sarapan.
Demikian halnya dengan Sabda, matanya masih merah akibat lelah dan kurang tidur.
Semua rombongan berkumpul di lobi hotel untuk menerima arahan dari panitia dan tour guide. Mengingat adanya kejadian kemarin panitia memutuskan untuk tidak melanjutkan tour yang tinggal dua lokasi lagi. Dan bermaksud pulang ke rumah setelah korban dinyatakan pulih.
"Bagaimana dengan Dewi dan Syifa Pak?" Tanya Sabda kepada Panitia.
"Dewi, Syifa dan satu lagi Dian sedang dicari informasi keberadaannya, kalian istirahat dulu di hotel sambil menunggu teman kalian yang lain." Jawab panitia.
Setelah menunggu seharian di hotel, beberapa siswa yang terluka akibat kecelakaan kembali ke hotel bersama teman-temannya yang lain. Hanya Dewi, Syifa dan Dian dari penumpang perahu yang satunya belum kembali.
"Pak! tolong kasih tahu saya dimana Syifa dan dua temannya?" Tanya Sabda kepada panitia.
"Syifa dan dua temannya yang lain masih opname di rumah sakit. Ketiga orang itu yang mengalami luka cukup serius akibat benturan ketika terjadi tabrakan dan harus segera dilarikan ke rumah sakit." terang panitia kepada Sabda.
"Boleh saya menengoknya pak?" Pinta Sabda kepada Panitia.
"Tentu saja boleh, tetapi rencana hari ini semua rombongan akan bertolak dari hotel menuju sekolah dan rumah masing-masing. Sementara Syifa dan dua temanya menunggu pulih di rumah sakit dan akan diantar pulang setelahnya." Jelas panitia.
"Bolehkah saya menemaninya hingga pulih pak?" Pinta Sabda dengan nada tanya. Ketua panitia itu terdiam dan minta isyarat kepada panitia yang lain.
"Baiklah, tetapi cukup hanya satu atau dua orang saja yang boleh menemani mereka." Jawab ketua panitia itu kepada Sabda.
"Baik terima kasih pak." ucap sabda.
Sore itu rombongan sudah berkemas dan masuk bus sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Perlahan bus itu bergerak melaju meninggalkan hotel untuk tujuan pulang.
Sementara Sabda dan beberapa dari panitia harus tinggal dan mengurus korban yang berada di rumah sakit.
"Tolong ceritakan kapada kami kronologi kejadiannya Sabda!" Pinta ketua panitia kepada Sabda saat berada di lobi rumah sakit.
"Baiklah, waktu itu cuaca sangat cerah bahkan cenderung terik. Kami dan teman-teman sedang asyik naik perahu ke tengah danau ngobrol dan becanda bersama. Tiba-tiba cuaca berubah gumpalan awan hitam dan berkabut menghampiri kami. Kami mendengar dari kejauhan peringatan dari tour guide untuk segera menepi.
"Kami ikuti arahan dari tour guide dan kami arahkan perahu kembali ke pangkalan. Tidak lama hujan diiringi petir yang menyambar-nyambar membuat kami semakin takut dan mempercepat laju perahu kami. Tiba-tiba perahu kami ditabrak dari arah samping dan terguling. Setelah itu saya hanya mendapati beberapa teman sementara Syifa dan kedua temannya tidak saya temukan." Cerita sabda kepada ketua panitia.
"Lantas, siapa yang menolong Syifa dan kedua temannya hingga ke rumah sakit Pak?" Lanjut Sabda ganti bertanya.
"Ketika terjadi tabrakan itu ada perahu tidak jauh dari belakang parahumu. Namun rombongan itu hanya bisa menolong beberapa orang saja, khawatir perahu kelebihan muatan bisa terbalik dan membahayakan semua penumpang dan diprioritaskan wanita yang terluka serius. Rombongan itu berhasil membawa ketiga penumpang ke tepian dan melaporkan kejadian itu kepada tour guide. Lalu kami bagi tugas sebagian evakuasi korban di air dan sebagian mengantar korban luka ke rumah sakit terdekat." tutur panitia kepada Sabda.
"Bolehkah saya menengok Syifa Pak?" Tanya Sabda.
"Tentu saja boleh, keadaanya sudah mulai membaik." jawab Ketua panitia.
"Terima kasih Pak." Sahut Sabda.
Sabda bergegas menuju ruang dimana sabda Syifa dirawat dengan diantar oleh Ketua panitia.
"Syifa, bagaiman keadaanmu?" Tanya Sabda sambil menghampiri Syifa yang terbaring di tempat tidur.
"Sabda! keadaanku sudah membaik hanya tinggal kepala yang sedikit pusing kadang mau muntah." Jawab Syifa.
"Syifa! maafkan aku, tidak bisa menjagamu." kata sabda.