Chereads / Salju Di Korea / Chapter 29 - Bab 29 Kusimpan Rinduku Untukmu(6)

Chapter 29 - Bab 29 Kusimpan Rinduku Untukmu(6)

"Halo Assalamualaikaum jadi pulang hari ini Pa?" Tanya Nyonya Indah kepada Pak Karta dalam pesawat telephon.

"Jadi Ma, sekarang masih transit di qatar air line. Nanti kalau sudah sampai di Indonesia Papa telephon kembali." Kata Pak Karta mengakhiri percakapannya dalam telephon dengan Nyonya Indah.

"Bapak Jadi pulang hari ini Bu?" Tanya Bi Inah kepada Nyonya Indah.

"Jadi Bi, masih transit di Qatar, nanti akan kasih kabar kalau sudah samapai di Indonesia." Terang Nyonya Indah kepada Bi Inah.

"Hari ini Ibu berangkat kerja apa sudah cuti?" Tanya Bi Inah kepada Nyonya Indah.

"Saya cuti dua hari Bi, hari ini dan besok. Rencana mau jemput Bapak hari ini tetapi Bapak belum sampai di Indpnesia. Ya, akhirnya kita tunggu dulu telephon dari Bapak, baru kita berangkat jemput Dia." Kata Nyonya Indah kepada Bi Inah.

"Mau Saya buatkan minuman Bu?" Tanya Bi Inah kepada Nyonya Indah.

"Ya, teh hangat saja Bi." Kata Nyonya Indah kepada Bi Inah.

Bi Inah langsung pergi ke dapur untuk membuatkan teh hangat untuk Nyonya Indah. Dan beberapa saat kemudian kembali dengan membawa secangkir teh dengan lepek di bawahnya.

"Ini tehnya Bu." Kata Bi Inah kepada Nyonya Indah yang sedang duduk di kursi ruang keluarga sambil membaca majalah.

"Iya Bi, taruh saja di meja!" kata Nyonya Indah kepada Bi Inah.

"Raja sudah dibuatkan minum Bi?" Kata Nyonya Indah kepada Bi Inah.

"Sudah Bu, Segelas susu segar seperti biasanya sebelum sarapan pagi." Jawab Bi Inah.

Bi Inah kembali ke dapur untuk mempersiapkan sarapan pagi mereka. Semementara Raja duduk di ruang belakang sambil menonton siaran televisi. Mungkin itu salah satu cara bagi dia untuk mengusir kejenuhan dalam kesehariannya di atas kursi roda.

Di lain hal Syifa masih sibuk dengan rutinitas di pagi hari sebelum berangkat kuliah. Dari depan rumah ada tetangga yang datang dan menghampirinya.

"Pagi Neng!" Sapa Bapak Itu kepada Syifa.

"Pagi Pak, eh Pak Wardoyo. Ada apa ya Pak?" Tanya Syifa kepada Pak Wardoyo yang berada di teras rumah dengan baju ala kadarnya seperti hendak pergi ke sawah.

"Itu padi dari sawah punya Kakek Syifa sudah siap panen. Padinya mau dijual sama tukang tebas padi apa kita panen sendiri Neng?" Tanya Pak Wardoyo kepada Syifa.

"Bagaimana baiknya menurut bapak?" Tanya Syifa kepada Pak Wardoyo.

"Kalau menurut Saya dijual sama tukang tebas saja neng. Biaya tenaga dan transportasinya mahal, lagi pula saya tidak punya uang untuk bayar tenaga dan transportasinya. Tetapi barangkali Neng Syifa punya pendapat lain juga tidak apa-apa." Kata Pak Wardoyo kepada Syifa.

"Bagaiman kalau padi kita panen sendiri dan padinya langsung kita jual ke pengepul uangnya buat ongkos tenaga dan transportasi sisanya baru bagi dua Pak?" Kata Syifa kepada Pak Wardoyo.

"Apa tidak repot Neng?" Kalau panen sendiri kita harus mengawasi pekerja dari awal sampai akhir, mencari mobil untuk transportasinya." Kata Pak Wardoyo kepada Syifa.

"Baiklah Pak, kita jual langsung ke tengkulak juga tidak apa-apa." Kata Syifa kepada Pak Wardoyo.

"Kalau begitu Saya pamit ke sawah dulu Neng. Menjaga padi dari serangan burung." Kata Pak Wardoyo kepada Syifa.

"Saya ambilkan minum dulu Pak." Kata Syifa kepada Pak Wardoyo.

"Terima kasih Neng, lain kali saja." Kata Pak Wardoyo kepada Syifa.

Dulu semenjak Kakek Syifa sakit-sakitan hingga meninggal, Pak Wardoyolah yang dipercaya membantu pekerjaan di sawah, hingga Nenek Syifa jatuh sakit dan meninggal Sawah yang mengelola Pak Wardoyo dengan sistem bagi hasil.

Syifa kembali masuk rumah dan meneruskan pekerjaannya yang tertunda. Tidak berapa lama terdengar suara ketukan pintu dari luar "Syifa!" Suara itu tidak asing bagi Syifa. Segera Ia menghampiri suara itu dari balik pintu.

"Oh, Bi Jum, Ada apa Bi?" Tanya Syifa kepada Bi jum tetangga sebelah itu.

"Ini mohon di terima sedekah dari saya untuk ulang tahun cucu pertama saya yang tinggal di jakarta." Kata Bi Jum sambil memberikan sepiring nasi urap lengkap dengan lauknya.

"Terima kasih Bi, nasinya." Jawab Syifa.

"Kok belum berangkat kuliah Nak Syifa?" Tanya Bi Jum kepada Syifa.

"Belum Bi, hari ini jadwal kuliah agak siang, sambil menunggu waktu Syifa beres-beres rumah dulu." Jawab Syifa.

"Udah ya Bibi mau meneruskan cuci baju dulu." Kata Bi Jum.

"Iya Bi." Jawab Syifa.

Suara handphon berdering, Nyonya Indah segera terima telephon itu.

"Iya Pa! Mama segera berangkat" Jawab Nyonya Indah dari telephon itu ternyata adalah Pak Karta yang mengabarkan kedatangannya di bandara soekarno Hatta cengkareng.

Segera Nyonya Indah berkemas dan ambil mobil dari carport.

"Bi, Saya mau jemput bapak dulu sekarang, jangan lupa urus Raja." Kata Nyonya Indah kepada Bi Inah sambil membawa mobil keluar dari carport dan berhenti sejenak untuk menunggu Bi Inah membukakan pintu gerbang.

"Sendirian Bu?" Tanya Bi Inah kepada Nyonya Indah.

"Iya Bi." Jawab Nyonya Indah kepada Bi Inah.

Segera mobil itu melunjur dari rumah menyusuri jalan komplek hingga jalan utama menuju kota.

Sementara Pak Karta setelah turun dari pesawat berjalan menuju lobi untuk menunggu koper dan barang bawaan yang ia taruh di kabin pesawat bersama barang bawaan penumpang yang lain.

Dan setelah mendapati barang bawaanya Pak Karta berjalan menuju ruang tunggu penjemputan. Setelah beberapa lama Ia duduk kemudian ia mengambil ponsel untuk menelepon Nyonya Indah.

"Halo, Assalamualaikum Ma, sampai di mana?" Tanya Pak Karta kepada Nyonya Indah komunikasi lewat ponsel.

"Waalikum salam, ya Pa baru setengah perjalanan." Jawab Nyonya Indah kepada Pak Karta.

"Papa Sudah tunggu di ruang penjemputan, hati-hati jangan ngebut Ma." Kata Pak Karta.

"Iya Pa." Jawab Nyonya Indah sambil menutup ponselnya.

Sambil menunggu penjemputan Pak Karta berjalan di sisi ruang tunggu dan berhenti di sebuah kafe. Ia duduk di table dan melihat menu yang tersedia. Kemudian Ia panggil pelayan kafe untuk memesan beberapa menu makanan dan minuman.

Dari sebelah ada wanita setengah baya berkulit putih dan bermata sipit datang mendekat.

"Boleh saya ikut duduk di sini?" Kata wanita itu.

"Silakan." Jawab Pak Karta kepada Wanita itu.

"Apakah sebelumnya kita pernah bertemu?" Tanya wanita itu kepada Pak Karta.

"Kita belum pernah bertemu bahkan saya tidak kenal siapa anda." Jawab Pak Karta.

"Kalau boleh saya tahu Bapak kerja di mana?" Tanya wanita paruh baya itu.

"Saya kerja di holding jawab Pak Karta kepada wanita itu.

"Saya punya bisnis peternakan ayam di Jawa Timur, market bagus tetapi tidak tahu kenapa setelah usaha itu saya serahkan kepada menantu saya sekarang bangkrut, hutang menumpuk cashflow seret. Saya harap Anda mau akuisisi perusahaan itu." Terang wanita itu kepada Pak Karta.

"Bagaimana Anda tahu tentang diri saya?" Tanya Pak Karta kepada wanita itu.

"Ada teman suami saya yang mengantarkan saya kepada anda. Bertahun-tahun Saya dan Suami saya merintis usaha itu hingga menjadi besar dan akhirnya suami saya meninggal. Sementara anak saya perempuan dan menikah kemudian aku percayakan usaha itu kepada suaminya dan apa yang terjadi usaha itu bangkrut. Aku datang kepada teman suami saya untuk minta solusi. Dia menyarankan saya temui anda untuk akuisisi perusahaan tersebut dan akhirnya secara tidak sengaja bertemu anda di sini." Terang wanita itu kepada Pak Karta.