Fanfiksi ini didedikasikan untuk FIRST EVENT BJYXinaSZD dan mendapatkan juara 2 ๐๐
Terima kasih dukungannya!
Terima kasih yang sudah pernah membacanya selama event!
Aku posting ulang di profil setelah event ini selesai kok ๐โ๏ธ biar pengikutku yang belom baca bisa baca juga.
Semoga kalian suka~
Selamat membaca~
Cast: Wang Yibo x Xiao Zhan
Username Wattpad: Om_Rengginnang
Username instagram: renji_isamu
Prompt: Canon Verse (YiZhan Timeline/Rumour)
Genre: Romance/Slice of Life
.
.
.
.
Warning!
Ada adegan yang agak dewasa di dalam :D
.
.
Prolog
29 tahun lalu...
Kecantikan bangsawan, pesona berlian, senyum bunga, perawakan kokoh dan hati lembut seteguh perwira.
Xiao Zhan membawa begitu banyak gambaran baik pada hari kelahirannya. Sampai-sampai ramalan itu membuat sang ayah mengerutkan dahi.
"Ah, coba kuperiksa sekali lagi..."
Pria itu berjongkok di depan istrinya yang duduk di bangku taman. Telinganya mendekat ke perut besar di balik dress putih selutut itu. Mereka berpandangan.
"Kenapa?" tanya istrinya.
Ayah Xiao Zhan memandangi wajah cantik wanita itu. Rautnya yang lembut dan rambut lurus sebahu yang berkibar pelan diterpa angin. Dia menggeleng pelan. "Bukankah prediksi dokter dia laki-laki?" katanya retoris. "Dan sekarang kau mau percaya kata Omma tadi malam?"
Omma yang dimaksud adalah ibu istrinya. Nenek Xiao Zhan, yang percaya tak percaya memang bisa meramalkan sesuatu dengan tepat meski hanya dalam kondisi tertentu.
"Tentu saja..." kata istrinya dengan senyuman. "Itu kan ramalan baik. Bukankah kalau diyakini akan bagus? Semakin yakin, maka semakin dekat dengan kenyataan nanti. Kau sendiri yang mengajariku berpikir begitu."
"Tapiโ"
"Sayang..." sela istrinya. Wanita itu meraih pipinya dan kemudian menepuk pucuk kepalanya dua kali. Senyumnya mengembang lebih indah. "Kau protes begini hanya karena takut dia jadi perempuan, hm?"
Ayah Xiao Zhan tak menjawab. Istrinya pun menggeleng dan terkekeh kecil.
"Kau tahu... Omma memang bilang anak ini akan terlihat sangat cantik. Aku sendiri menginginkan bayi laki-laki setampan dirimu. Tapi, siapapun yang benar diantara mereka... bukankah dia tetap buah hati kita?"
Ayah Xiao Zhan lagi-lagi tak menjawab. Rautnya pias, kebingungan, dan berdehem seolah tenggorokkannya sedang kering. Istrinya sampai gemas dan menyatukan hidung mereka hingga bergesekan beberapa kali.
"Ya Tuhan... kalau cemberut imut sekali... hihi..."
"Iya..." desah Ayah Xiao Zhan. Lalu menggamit tangan istrinya. Menyatukan keduanya. Dan mengecup sayang bagian punggungnya yang sangat mungil. "Kau benar. Sangat benar. Zhan-Zhan kita tidak harus laki-laki. Tapi ingatlah untuk berjuang sebaik mungkin pada hari kelahirannya nanti. Aku ingin kalian tetap bersamaku sampai kapan pun, mengerti?"
Kata-kata itu sangat dalam. Istrinya tahu, semuanya terangkai dengan baik dari sudut hati yang paling tulus. Sebab tidak hanya ramalan baik yang menyertai, dokter juga bilang kondisi kandungan yang sekarang sangat rapuh. Sebab wanita itu pernah keguguran dua kali sebelum akhirnya bisa mempertahankan janin yang ketiga. Sekarang pun belum genap 8 bulan, tapi dokter sudah memberi beberapa tanda kurang baik untuk prosesi persalinan nanti.
Ayah Xiao Zhan sangat bahagia saat istrinya bisa mempertahankan janin ketiga ini selama empat bulan. Sebab sebelumnya, paling lama tiga bulan sudah terjadi pendarahan yang tak wajar. Antara percaya dan tak percaya... keduanya pun mulai memiliki harapan besar untuk menimang buah hati.
Sesibuk-sibuknya Ayah Xiao Zhan, pria itu pasti menyempatkan waktu untuk mengantar istrinya ke dokter kandungan setiap bulan. Dia menandai kalender meja dengan spidol dan menyobek kalender gantung setiap pagi sebelum berangkat kerja.
Nama Xiao Zhan sudah dipikirkan sejak hari pertama pengecekan. Keduanya juga menyiapkan satu nama perempuan, tetapi janin itu tetap dipanggil dengan Zhan-Zhan sebab keduanya kompak mengharapkan bayi laki-laki. Tentu, tangis haru pecah saat dokter bilang memang itu jenis kelamin yang tampak jelas dalam proses USG.
"Aku mengerti. Bukan hanya kau yang ingin kita bertiga tetap bersama, hm?"
Mata mereka mulai berair. Sebab sudah hampir tiba pada waktunya. Janin yang mereka panggil Zhan-Zhan melihat keindahan dunia ini.
Semula, keduanya ingin kelahiran normal, tapi dokter tidak memperbolehkan karena itu terlalu berbahaya. Mereka pun mengatur caesar dalam kondisi paling baik. Dan tanggalnya pun telah diputuskan.
Hitung mundur...
Lima hari lagi dari sekarang...
.
.
.
.
Happy Birthday
By Renji Isamu
.
.
.
.
Flashback End
"Tapi tiga hari kemudian aku sudah tak sabar melihat dunia," kata Xiao Zhan. Di apartemennya, hampir pukul 12 malam, dia menoleh ke kanan dan mendapati wajah Wang Yibo ada disana. Senyum tipis lelaki 23 tahun itu berubah nakal. "Kenapa? Kau geli dengan cerita proses kelahiranku?"
Wang Yibo mengeratkan pelukkannya. "Tidak," katanya. Lalu menenggelamkan hidung di bahu Xiao Zhan. Matanya terpejam saat meresapi aroma khas dari sana. "Aku justru sangat senang. Meski dokter bilang ini itu... kenyataannya Zhan Ge selamat, benar-benar tumbuh cantik, memiliki senyum bunga dan sekarang aku bisa memelukmu seperti ini."
Mendengar kata-kata itu, telinga Xiao Zhan samar-samar terbakar.
"Bocah nakal... apa tadi kau bilang?"
"Bilang apa?" kata Wang Yibo. Lengkap dengan tatapan minta dielus melebihi Jiang Guo. "Aku hanya sedikit mengulang ramalan dari Omma."
Xiao Zhan diam. Dia hanya berkedip ketika Wang Yibo mencuri satu kecupan dari bibirnya.
"Aku bercanda... aku bercanda..." kata Wang Yibo. "Zhan Ge itu tampan. Sangat tampan. Bahkan melebihi seorang Wang Yibo."
Xiao Zhan menatap raut jahilnya, merengut sebentar, tapi mendadak tersenyum lebar tanpa kendali. "Sejak kapan kau mengaku kalah dengan orang lain?"
"Baru saja."