Chereads / Sleepy Bookmaster / Chapter 3 - Tukang Tidur yang Gak Laku

Chapter 3 - Tukang Tidur yang Gak Laku

Seminggu telah berlalu sejak Bayu membaca buku tentang Hamish Adofo. Tentu saja dia tidak membaca semua masa kehidupannya, hanya bagian yang anggap ia penting saja. Kini Bayu sedang berada di dalam sebuah mobil terbang. Mobil yang ia sewa untuk pergi ke kampusnya, Universitas Sunda.

Pagi tadi, Bayu menerima pesan di akun LIFE-nya kalau teman kampusnya ingin bertemu. Katanya ada pekerjaan yang ingin dia tawarkan. Bayu tahu kalau sulit mendapat pekerjaan baginya, mengingat kondisinya yang dapat tertidur secara tiba-tiba. Oleh karenanya, menerima pesan tersebut, Bayu langsung mengiyakan lalu keduanya berjanji bertemu di kantin dalam kampus siang harinya.

Ada suatu alasan tersendiri yang membuat Bayu setuju untuk menemui temannya yang menawarinya pekerjaan.

Bayu duduk di kursi depan mobil terbang sambil meninjau aktivitas kenalan-kenalannya di LIFE. Bayu hanya sendiri dalam mobil terbang. Kebanyakan taksi saat ini telah memiliki supir otomatis, di mana dia hanya tinggal memesan mobil, masuk, lalu memberikan alamat tujuan, dan tinggal menunggu sampai tujuan. Setelah itu barulah ia membayar dengan uang virtual yang ada di ponselnya.

Mobil terbang merupakan salah satu inovasi dari seorang Hamish adofo. Sebelum benua Mu muncul, Hamish dianggap sebagai bapak teknologi pada zamannya, tetapi setelah temuannya akan artifak, dia lebih dikenal sebagai pemberi malapetaka. Orang yang kini dianggap masyarakat dunia sebagai pemicu terjadinya kiamat.

Dari yang paling dicintai menjadi yang paling dibenci. Dialah Hamish.

Bayu setelah membaca kehidupan Hamish, dia hanya bisa terdiam. Bagi Bayu orang yang bernama Hamish hanyalah otaku gila yang terobsesi dengan dunia anime. Keinginannya menciptakan kekuatan super secara tidak sengaja membuatnya menjadi bapak teknologi. Temuan-temuannya adalah hasil ketidaksengajaan dari penelitiannya. Inilah jadinya ketika seorang jenius digabung dengan penyakit eight-grade syndrome. Dunia hancur!

Tidak lama, dari jendela depan mobil, terlihat gerbang Universitas Sunda yang cukup megah. Dihiasi oleh sepasang gapura dengan tinggi sekitar sepuluh meter, yang dibuat layaknya sepasang kujang berdiri tegak mengarah ke langit.

Sesampainya di tujuan, mobil berhenti lalu dari ponselnya muncul pemberitahuan dari penyedia layanan mobil. Bayu langsung membayar lalu pintu mobil pun terbuka dengan sendirinya. Bayu keluar kemudian berjalan menuju Fakultas Ilmu Mahluk Fantasi, tempat di mana ia masih belajar dua bulan lalu.

Bayu belajar di jurusan Sejarah dan Mitos Dunia. Biasanya alumni dari jurusannya banyak diminati oleh berbagai kalangan, dari institusi pemerintah negara hingga guild dari berbagai kelas. Sayangnya, kondisi Bayu membuatnya diacuhkan oleh banyak orang.

Ketika acara bursa kerja datang ke kampusnya, Bayu yang saat itu baru seminggu lulus, mencoba melamar ke berbagai institusi, bahkan ke iron guild yang baru saja dibuat pun ia coba lamar. Tapi hasilnya nihil, semuanya menolak dengan alasan yang hampir sama.

Jurusan Sejarah dan Mitos Dunia yang ia dalami merupakan jurusan yang termasuk penting dan bersaing di peringkat atas dengan jurusan terkenal lain seperti Avonturir dan Monsterologi. Ketiga jurusan ini merupakan hal paling diminati di zaman sekarang. Sialnya bagi Bayu, sampai saat ini tidak pernah ada lulusan dari jurusan yang ia ambil menjadi pengangguran. Mungkin dialah yang pertama!

Sejarawan mitos dipandang dengan derajat tinggi oleh khalayak umum. Kenapa? Karena dari pengetahuan merekalah artifak-artifak yang dipakai para avonturir ditemukan dan diaktifkan. Mereka merupakan inti dari keberlangsungan umat manusia dalam menghadapi berbagai serangan mahluk fantasi. Setelah lulus Bayu juga menjadi salah satu dari mereka yang terpandang elit, kecuali tidak ada yang menginginkan dirinya.

Sesampainya Bayu di gedung fakultasnya, ia langsung berjalan menuju bangunan kantin. Masuk ke kantin, Bayu melihat kalau kantin tidak terlalu ramai, hanya empat dari dua puluh meja yang ditempati. Bayu berjalan ke arah konter dan melihat perempuan paruh baya sedang merapikan makanan kecil di meja konter.

"Teh Ika, pesan satu es kopi sama batagor kuah satu,"

Perempuan bernama Ika itu pun menoleh ke arah bayu, dan seketika teringat nama lelaki dengan raut muka datar di hadapannya.

"Bayu! Sudah sebulan kayaknya gak ketemu, bukannya kamu sudah lulus? Dapat kerja di mana?"

"Sudah lulus Teh, tapi masih pengangguran." jawab Bayu dengan santai.

"Eh! Kirain sudah kerja…"

Raut muka Teh Ika tampak melukiskan rasa khawatir. Bayu yang melihat itu, tersenyum sedikit lalu menjelaskan kalau kondisinya saat ini sudah ia perkirakan. Dia yakin banyak institusi yang akan menolaknya, jikalau memang ada yang menerima seorang narkolepsi seperti dia, maka mereka adalah orang gila.

Semasa ia kecil, Bayu pernah bermimpi untuk mendirikan guild-nya sendiri dan membuat kehidupan orang tuanya damai di tengah kejamnya dunia. Sayang, ketika dia mulai menderita penyakitnya. Mimpi itu memanglah akan menjadi mimpi belaka.

Menjelang satu tahun setelah Bayu diidentifikasi akan narkolepsinya, ayahnya mengajukan cerai lalu pergi dengan wanita lain dan menjalin keluarga baru. Bayu yang masih kecil tidak tahu alasan ayahnya itu pergi. Kakak perempuannya sampai sekarang masih membenci lelaki yang pergi meninggalkan mereka begitu saja.

Tahun-tahun setelah itu ibunya susah payah menafkahi Bayu serta kakak perempuannya. Pengobatannya pun dibayar oleh ibunya. Oleh karena itu mimpinya pun sedikit demi sedikit sirna, bahkan ia hampir lupa akan mimpinya hingga saat ini. Bayu selalu bersyukur terhadap ibunya. Sekarang kakak perempuannya telah bekerja sebagai dokter dan keluarga mereka menjadi keluarga yang berada.

"Teh Ika, aku di meja biasa ya,"

Sambil mengambil ponsel dari sakunya. Teh Ika yang melihat ponsel Bayu, langsung memasukkan harga pesanan Bayu di mesin pemindai. Bayu membayar, lalu berjalan ke meja di pojok kiri kantin, bersebelahan dengan jendela yang mengarah ke taman. Meja ini sudah menjadi tempat dia makan dan tidur selama dia berkuliah di sini.

Mayoritas mahasiswa dan staf kampus sudah mengetahui tentang kondisi Bayu, dan jikalau ia tertidur, tidak akan ada orang yang mengganggunya. Bahkan saat Bayu masuk ke kantin ketika penuh dengan pelanggan, orang yang duduk di meja-nya akan berdiri dengan sendirinya. Oleh karena itu Bayu akan selalu dapat tempat untuk makan (tidur).

Bayu yang sudah duduk di mejanya, membuka aplikasi LIFE lalu mengirim pesan ke temannya yang bernama Rizki kalau dia sudah sampai. Tidak lama Bayu menerima balasan kalau temannya masih dijalan. Bayu menyimpan ponselnya di meja lalu mengambil sebuah buku dari tasnya. Buku bersampul putih tanpa gambar dan tulisan. Buku yang dihasilkan dari kemampuannya setelah ia mewarisi perpustakaan misterius.

Bayu menyimpan buku itu di tasnya daripada memanggilnya di udara seperti biasa, hal ini ia lakukan agar tidak menarik perhatian orang lain. Setelah buku itu ia genggam, Bayu menyelinapkan buku itu ke bawah meja lalu bergumam, "[Fath] Heri Sandonar!"

***

Di lain tempat, di dapur kantin, Teh Ika menyampaikan pesanan Bayu ke suaminya. Suaminya yang bernama Bambang, bersiap untuk memanaskan kuah batagor. Teh Ika yang masih berada di dapur dengan raut simpati berkata ke suaminya,

"Kasihan Bayu ya pak, biasanya sejarawan mitos sudah dapat kerja bahkan sebelum lulus, tapi dia sudah sebulan loh!"

Bambang mendengar itu mengernyitkan dahinya, "Bayu? Oh! Si tukang tidur!"

"Hush! Tuh anak tidur bukan karena ingin loh pak!"

"Iya, bapak juga tahu. Tapi mau bagaimana lagi, kondisinya itu…haaa… Bu, profesinya itu akan sering keluar tembok, kalau tuh anak masih kayak gini, susah! Yang ada malah jadi beban bagi rekannya, dari dulu bapak heran sama petinggi kampus. Kok, bisa dia diterima?"

"Karena dia pinter sama berbakat juga kali?"

"Hahahaha! Pinter sama bakat saja gak cukup! Kalau gak bisa bertahan hidup, dia akan sama saja dengan jutaan mayat di luar tembok sana!"