Chereads / Sleepy Bookmaster / Chapter 4 - Tabu

Chapter 4 - Tabu

Siang hari, sekitar jam sebelas, di dalam satu mobil terbang, seorang lelaki memandangi ponsel di tangannya. Lelaki itu bernama Rizki Howen. Setelah membalas pesan dari Bayu, Rizki mencoba mengontak salah satu temannya. Pada kolom chat akun bernama Adi Hamerfid, pesan-pesan yang dikirim oleh Rizki sejak tiga hari lalu tidak pernah dibaca. Rizki agak cemas tapi mobil yang ia tumpangi telah sampai ke tujuan.

"Sebaiknya aku kunjungi saja guildnya nanti," pikir Rizki sembari membayar dengan ponselnya.

Rizki berjalan menuju ke kantin di Fakultas Ilmu Fantasi. Berbeda dengan Bayu, Rizki adalah alumni mahasiswa satra di Universitas Sunda. Dia hanyalah orang normal biasa yang tidak memiliki kekuatan sama sekali, dan tidak mau terjun ke dalam dunia yang berbahaya seperti para avonturir ataupun sejarawan mitos.

Terkadang ia bertanya-tanya alasan Bayu masuk ke jurusan yang cukup menyeramkan baginya. Apalagi mengingat penyakit narkolepsinya. Dia gila. Hanya hal itu yang ada dalam pikiran Rizki ketika pertama kali ia bertemu dengan Bayu.

Kuliah Kerja Nyata di desa Bojong Beurit menjadi kegiatan kampus yang mempertemukan keduanya. Keseharian Bayu yang lebih sering dihabiskan untuk tidur dan membaca buku, membuat rasa simpati bagi teman-temannya saat itu. Salah satu temannya pernah bertanya kepada Bayu tentang alasan ia masuk ke dalam jurusan sejarah dan mitos dunia.

"Pertamanya aku hanya merasa tertarik mempelajari berbagai macam mitos, lalu mendaftar tanpa pikir panjang. Tapi setelah pulang ke rumah ibuku marah besar. Besoknya aku mencoba untuk mengganti jurusan yang telah terdaftar, tapi aku tertidur dan sewaktu terbangun aku merasa sudah mengganti jurusannya. Barulah kusadar kalau ternyata aku belum sempat menggantinya setelah diterima kuliah di sini," jawab Bayu dengan nada yang santai.

Teman-teman sekelompok Bayu tidak dapat berkata apapun ketika itu. Jurusan sejarah dan mitos dunia merupakan jurusan yang tersulit untuk dimasuki. Perbandingannya hanya satu dari sejuta orang yang bisa diterima masuk.

Di tempat itulah Rizki bertemu dengan Bayu, seseorang yang bisa dibilang secara tidak sengaja masuk ke jurusan elit dunia. Seseorang ini jugalah yang sekarang masih belum mendapatkan pekerjaan dari ijazahnya sebagai sejarawan mitos. Begitu ironi.

Namun situasi ini menjadi sangat menguntungkan bagi Rizki. Kantornya yang merupakan salah satu portal berita digital terbesar di Nusa, yakni Vertikal. Membutuhkan ahli sejarawan mitos yang tidak terikat oleh guild atau institusi lain. Vertikal ingin mengontrak Bayu sebagai penulis ulasan di kolom baru mereka yang mengulas artifak-artifak yang terkenal di Nusa maupun dunia.

Dalam pikirannya, Rizki sudah merasa kalau Bayu pasti akan menerima tawarannya. Karena pekerjaan yang ia tawarkan akan membuat Bayu dapat menuangkan ilmunya tanpa harus ke luar tembok. Penyakitnya tidak menjadi faktor yang membebani, asalkan Bayu bisa menyelesaikan tugasnya tepat waktu, mau dia tertidur seharianpun tidak akan menjadi masalah.

Tidak lama Rizki berjalan, ia sampai ke tempat pertemuaanya. Masuk ke kantin, ia memindai seluruh ruangan kantin sebelum mengernyitkan dahinya. Rizki lalu berpalih ke konter dan bertanya ke seorang perempuan paruh baya di sana.

"Bu, tahu yang namanya Bayu gak?"

Teh Ika di konter melihat lelaki di depannya dengan seksama lalu menunjukkan lokasi meja Bayu dengan jempolnya,

"Di meja paling pojok sana," ucapnya.

Rizki kemudian menoleh ke tempat yang ditunjuk oleh penunggun konter, seketika kepalanya agak pusing. Dia menoleh kembali ke Teh Ika yang sedang menulis di sebuah buku dengan judul HUTANG terpampang di bagian atas halaman.

"Bu, dia tidak apa-apa tidur di situ?"

"Dia sudah biasa tidur di situ. Kamu temannya? Tunggu aja satu atau dua jam, nanti juga bangun,"

Rizki yang mendengar perkataan perempuan di hadapannya mulai sedikit cemas. Mungkin penyakit temannya lebih merepotkan daripada yang ia kira. Berpikir kalau ia harus menunggu hingga dua jam di sini membuat kepalanya pusing.

Tidak lama ia merasa ada orang yang terus menatapinya. Rizki menoleh ke sepasang mata di depannya. "Eee, bu?"

"Mau pesan apa? dua jam di sini, kan? Kursi itu gak gratis loh,"

"…"

***

Di lain tempat, atau tepatnya di dalam perpustakaan yang ada dalam alam bawah sadar Bayu.

Bayu sedang duduk di sofa di salah satu ruangan pada lantai pertama perpustakaan. Ruangan ini merupakan kamar pribadi miliknya di perpustakaan ini. Pintu di sebelah meja pustakawan ternyata mengarah ke ruangan ini. Di dalam kamar terdapat dua kursi sofa, satu panjang untuk tiga orang dan lainnya hanya untuk satu orang. Terdapat pula satu tempat tidur dan rak-rak buku di sekeliling ruangan.

Kali ini Bayu tidak habis pikir setelah melihat kasur di kamarnya. Dia yang telah banyak tidur selama bertahun-tahun sekarang harus tidur dua kali kalau ingin bisa tidur. Tidur di dunia nyata, lalu tidur di kasur kamar ini jika ia ingin benar-benar tidur. Bayu yang beberapa minggu lalu menyadari ini hanya bisa tertawa kaku.

Beberapa menit sebelum, Bayu tidak menyangka kalau dia akan tiba-tiba tertidur tidak lama setelah membaca buku di kantin. Dia sedikit kasihan pada Rizki yang harus menunggunya bangun, tapi mau bagaimana lagi?

Kalaupun temannya memilih pergi, pekerjaan yang akan ditawari temannya tidak akan terlalu mempengaruhinya. Mungkin sebelum ia mewarisi perpustakaan, Bayu akan menerima tawaran pekerjaan dengan apapun caranya, walau ia sadar akan resiko yang akan dihadapi. Tapi sekarang Bayu telah memiliki rencana lain.

Di kamarnya, Bayu melanjutkan membaca buku tentang Heri Sandonar. Bayu cukup tertarik setelah mendengar berita tentangnya di kota Atlas. Tidak lama kemudian, pintu kamarnya diketuk. Lalu masuk seorang wanita cantik dengan rambut merah dan mata biru. Pada satu tanganya terdapat satu buah buku bersampul cokelat.

"Tuan, teman anda yang bernama Rizki telah datang di dunia nyata,"

"Apa dia pergi atau menunggu?"

"Dia menunggu, Tuan." Ucap Ayu sembari mangajukan buku dengan judul Rizki Howen yang telah ia bawa.

"Kenapa kau membawa bukunya kemari? Aku sedang membaca buku ini."

"Oh, mohon maaf. Saya pikir tuan mau mempersiapkan diri untuk pembicaraan setelah bangun nanti."

Ayu menundukkan kepalanya lalu menaruh buku ke meja bundar di samping sofa yang diduduki oleh Bayu.

Bayu menoleh ke buku yang terbaring di atas meja. Bayu berpikir mungkin pembicaraan akan lebih cepat jika memang dia sudah tahu akan topiknya. Walaupun tanpa membaca buku, Bayu setidaknya sudah memiliki ide akan pekerjaan yang ingin ditawarkan oleh temannya.

Bayu tahu kalau temannya bekerja sebagai jurnalis, sedangkan dirinya adalah sejarawan mitos yang pengangguran. Kemungkinan besar temannya ingin Bayu untuk menulis soal artifak, berpikir karena sangat jarang sejarawan mitos menulis di media massa.

Alasan seorang sejarawan mitos tidak menulis untuk publik, karena besar kemungkinan dia akan menjadi musuh bagi para guild dan institusi lainnya. Memangnya siapa yang bersedia untuk mengekspos kelemahan avonturir para guild ke publik? Tidak akan ada satupun yang mau.

Sejarawan mitos yang telah dikontrak oleh guild akan terikat oleh guild itu selamanya. Hal ini dikarenakan sejarawan mitos-lah yang tahu akan kelemahan guild. Jika seorang sejarawan mitos mengekspos kelemahan artifak avonturir guild lain. Maka perang antar guild pun akan terjadi.

Bayu yang sekarang tidak memiliki guild, jika ia menerima pekerjaan yang Rizki tawarkan, seluruh avonturir mungkin akan menjadi musuhnya. Bayu mulai berpikir kalau temannya ini sedikit naïf. Menutup buku yang sedang ia baca, Bayu meraih ke buku tentang temannya. Bayu langsung mengarah ke halaman terakhir buku dan membacanya.

"Sudah kuduga, tampaknya dia memang naïf,"

Setelah membaca tentang pekerjaan yang ingin ditawarkan oleh Rizki, dugaannya memanglah tepat. Bayu semakin yakin untuk menolak. Namun, setelah membaca beberapa jam terakhir kehidupan Rizki. Ada satu hal yang cukup menarik minatnya.

Pada buku dijelaskan kalau Rizki sangat cemas terhadap orang bernama Adi Hamerfid. Nama ini sudah tidak asing bagi Bayu. Karena Adi dan dirinya belajar di fakultas yang sama. Hanya saja jurusan yang ditekuni Adi adalah jurusan Avonturir.

Bayu dan Adi masuk kuliah pada tahun yang sama. Selama Bayu berkuliah, nama Adi Hamerfid cukup terkenal dikalangan mahasiswa. Rupanya yang tampan dan kemampuannya yang dapat mengontrak dua artifak kelas normal, membuatnya bagai batu berlian di mata mahasiswa lain. Jarang ada Avonturir yang telah mengontrak sebuah artifak semasa ia kuliah, apalagi dua artifak. Hal inilah membuat Adi terkenal dan menjadi seorang pria idaman di mata para perempuan.

Salah satu perempuan yang tergaet oleh karisma Adi, adalah salah satu teman sekelasnya. Rika Liliannete. Dari sedikitnya mahasiswa di jurusan sejarah dan mitos dunia, Rika merupakan satu-satunya orang yang selalu menyapanya setiap hari.

Hingga dua bulan setelah dia berpacaran dengan Adi, pada tahun kedua mereka kuliah, Rika keluar dari Universitas Sunda. Tidak ada yang tahu alasan akan keluarnya Rika, bahkan pacarnya Adi pun saat itu selalu terlihat dengan mata sembab, seperti ia selalu menangis sepanjang malam atas kepergian pacarnya.

"Hmm, mungkin aku akan membaca bukunya deka-dekat hari," pikir Bayu setelah teringat tentang teman masa kuliahnya.

"Ayu! Tolong ambilkan buku Adi Hamerfid!" perintah Bayu kepada Ayu yang berdiri di samping pintu kamar.

"Baik, Tuan."

Ayu membungkukkan badannya sebelum keluar ruangan. Bayu sebenarnya tidak terlalu tertarik terhadap Adi, baginya orang yang bernama Adi ini terlalu arogan. Hanya karena dia mampu mengontrak dua artifak di masa ia kuliah, dirinya telah merasa sebagai jenius. Padahal kedua artifak yang ia kontrak hanyalah artifak kelas normal. Di mata sejarawan mitos, situasi Adi merupakan awal yang bagus bagi karirnya sebagai calon avonturir, tapi masih sangat jauh dari kata jenius.

Saat ini alasan Bayu ingin membaca tentang Adi Hamerfid, karena dia merasa agak kasihan dengan Rizki yang harus menunggunya di kantin. Bayu berpikir akan memberinya sedikit info tentang Adi untuk mengurangi kecemasan temannya itu.

Tidak lama pintu kamar terbuka kembali. Ayu masuk dengan satu buku bersampul cokelat di tangannya. Buku itu lalu diserahkan ke Bayu. Sama seperti ketika membaca buku Rizki, Bayu langsung membaca ke halaman terakhir buku.

Pada buku, keberadaan Adi saat ini sedang berada di luar tembok kota Kembang. Tepatnya sekarang ia berada di reruntuhan kota Pangirutan.

Bayu yang masih merasa kalau dirinya masih lama untuk bangun ke dunia nyata, merasa tertarik membaca kehidupan si jenius Adi Hamerfid sebagai avonturir pemula. Jadi Bayu pun mulai membaca kehidupan Adi secara terbalik. Dari hari sekarang ke kemarin lalu ke selumbari, tapi ketika Bayu membaca tentang tiga hari sebelumnya. Mukanya yang selalu tampak masa bodoh itu, menjadi serius.

"Ayu, ambilkan buku Lesti Nastion dan Rika Liliannete."

Ayu yang merasakan nada dan aura dari tuannya sedikit berbeda segera berjalan keluar. Bayu yang masih di dalam kamar menutup matanya, ia tampak sedang berpikir akan sesuatu. Hanya selang tiga menit, Ayu kembali ke dalam kamar. Di pelukannya terdapat dua buku, satu bersampul biru muda, dan satu lagi bersampul abu-abu. Melihat kedua buku itu, mata Bayu seketika menjadi dingin.