Chereads / Sleepy Bookmaster / Chapter 14 - Virgin Killer (1)

Chapter 14 - Virgin Killer (1)

"Kau tahu Ayu, bacaan di perpustakaan semuanya biografi! Aku muak dengan biografi, aku butuh fiksi! Fantasi, aksi, horror…misteri…"

Bayu yang masih telungkup di sofanya terdiam sejenak untuk berpikir tentang dunianya yang selalu diambang kekacauan.

"Bisakah kau tidak menghancurkan semangatku."

<… bukankah tuan sebaiknya mempersiapkan kedatangan Hakam?>

"Memangnya dia bakal kemari?"

<… tidak. Union memperintahkan dia untuk berjaga di perbatasan Benua Mu,"

Bayu membalikkan badannya di sofa lalu menyalakan TV. Dia pindahkan ke saluran berita, yang masih banyak memberitakan tentang kasus Adi Hamerfid. Dari latar belakang, fakta tentang dia adalah adik Hakam hingga konspirasi dia sebagai sandera penting bagi Nusa.

"Tujuan Union adalah membinasakan mahluk fantasi agar manusia kembali berkuasa di Bumi, mereka tidak akan bertarung dengan sesama. Besar kemungkinan yang datang adalah keluarga Justicien atau mungkin Hamerfid,"

"Tidak punya? Oh, tentu saja. Aku tidak pernah mengenal mereka, tunggu sebentar."

Bayu lalu menjulurkan tangannya untuk mengambil ponselnya yang berada di atas meja. Kemudian di layar pencarian internet, dia mencari biodata kepala keluarga Justicien. Setelah mendapati identitas kepala keluarga mereka yang bernama William Justicien, Bayu mencari tempat dan tanggal lahirnya. Setelah mengetahui nama lengkap dan tempat tanggal lahir, di perpustakaan dalam dirinya, kemudian terbentuk dari partikel-partikel cahaya yang melayang di udara sebuah buku bersampul cokelat. Buku itu berjudul 'William Justicien'.

Terdapat tiga cara agar Buku dalam perpustakaan dapat dibentuk. Pertama, jika Bayu sebagai Bookmaster mengetahui nama asli dan tempat tanggal lahir seorang individu. Dari informasi itu perpustakaan akan mengidentifikasi individu itu dari database alam semesta dari masing-masing administrator. Jika individu itu berada di bumi, maka perpustakaan akan mengakses database yang dikendalikan oleh Gaia. Setiap individu yang lahir, nama asli mereka akan dijadikan file oleh Gaia yang nantinya file itu akan memiliki semua informasi tentang si individu.

Kedua, jika Bayu dan individu lain sudah saling mengenal selama kurang lebih satu tahun. Dalam hal ini perpustakaan akan memindai tali takdir individu itu ketika keduanya saling kontak. Dari tali takdir ini, perpustakaan dapat mencari informasinya pada database milik Gaia. Cara ini merupakan cara yang lama, dan biasanya buku terbentuk secara tidak sengaja. Hal ini biasanya dikarenakan Bookmaster yang tidak aktif dalam mengetahui tanggal lahir individu itu.

Ketiga, mengambil darah dari individu lain. Bookmaster dapat mengambil setetes darah dari individu lain, lalu membiarkan kulitnya menyerap darah itu. Nanti perpustakaan akan memindai informasi dari darah itu, lalu mencari informasi individu itu di database Gaia sesuia dengan informasi yang didapat dari darah.

Bayu pada awalnya memiliki banyak pertanyaan ketika mendengar penjelasan ini dari Ayu sewaktu dia baru memiliki perpustakaan. Namun bisa disimpulkan kalau perpustakaan ini menyalin informasi dari database Gaia, lalu membuatnya menjadi sebuah buku novel atau yang biasa Bayu sebut sebagai biografi.

Lalu siapa Gaia? Ayu berkata kalau Gaia adalah dewi administrator yang diciptakan Tuhan untuk mengawasi keseimbangan Bumi dan seluruh Bima Sakti.

"Sudah ada?"

Ayu lalu mengambil buku yang masih melayang di tengah perpustakaan.

"Hm,"

Bayu menyimpan kembali ponselnya di meja, lalu dengan perasaan bosan dan mengantuk dia pandangi diskusi di televsi tentang kemungkinan hubungan Nusa dan Union.

***

Kota Mode, Kerajaan Hexagone.

Dalam suatu studio, seorang perempuan cantik sekitar dua puluhan akhir sedang bernyanyi dengan suara yang merdu dan powerful. Perempuan itu memiliki mata hijau bersinar seperti zamrud, alisnya panjang dan lentik, rambutnya panjang digaya kepang perancis yang dibaringkan ke bahu kirinya. Perempuan itu memakai baju kemeja biru muda yang dipadukan dengan celana capri putih di kakinya yang jenjang.

Perempuan ini adalah penyanyi internasional yang sedang popular beberapa tahun terakhir, ia bernama Vanessa Blumunt. Vanessa sudah berkarir sebagai penyanyi sejak ia kecil, namun baru dua tahun terakhir ini namanya mulai naik di kancah dunia. Suara dan lagunya yang lembut menenangkan saat ini sudah biasa terdengar ketika para avonturir beristirahat. Beserta paras cantiknya, ia kini menjadi idaman para lelaki di dunia.

"Vanessa, sepertinya kita akan batalkan konser kita di Nusa minggu depan," ucap seorang wanita paruh baya yang agak gemuk dengan rambut pirang yang dicempol ke belakang.

Vanessa yang baru saja selesai menghangatkan suaranya berpalih ke manajernya, "Kenapa?"

"Nusa dan Union tampaknya akan berseteru, disebutkan kalau adik dari The Goliath mati terbunuh di Nusa, tidak lama ini mungkin tempat itu akan jadi medan perang."

Vanessa lalu menggelengkan kepalanya, dia tersenyum kepada manajernya.

"Union tidak akan melakukan itu, daripada membatalkan lebih baik kita tunggu satu minggu lagi, jika dirasa aman kita akan pergi satu minggu berikutnya."

"Tapi…"

"Tidak ada tapi, kita ada karena fans kita, saya bernyanyi untuk mereka, dan jika mereka dalam kesedihan dan ketakutan, saya akan datang dan bernyanyi untuk mereka. Walaupun perang memang terjadi satu minggu kemudian, saya akan tetap datang dan menyuarakan suara kedamaian bagi mereka,"

Melihat cahaya mata di kedua mata Vanessa, sang manajer hanya bisa bernafas panjang. Dia sudah memperkirakan ini sebelumnya, Vanessa tidak akan melanggar janji, apalagi terhadap fans-nya di dunia. Setidaknya manajernya berhasil mengundurkan jadwal konser mereka dan memberi mereka waktu untuk mengamati kondisi Nusa. Manajer hanya berharap kalau tidak akan terjadi apa-apa pada Nusa, karena dia tahu benar, perang atau tidak Vanessa Blumunt akan datang dengan suaranya yang seperti malaikat.

***

Apartemen Bayu, Kota Kembang.

Lima hari berlalu sejak artikel dari Pikiran Masa yang memberitakan kebenaran kasus Lesti dan Adi. Bayu sedang membaca buku dari perpustakaannya, di tangannya kini terdapat buku bersampul abu dengan judul 'Bendara Raden Mas Mustahar'. Bayu membaca buku ini untuk persiapan jika sewaktu-waktu dia harus mengontrak [Nogo Siluman]. Setidaknya Bayu merasa kalau dia harus tahu tentang pengguna orisinil artifak pusaka yang ada padanya.

Waktu di jam menunjukkan pukul 12 siang tepat. Bayu lalu menutup bukunya, menghilangkannya di udara.

"Oke, aku sudah benar-benar muak dengan biografi," ucapnya dengan nada lemas.

"Sekarang tidak, aku mau pergi ke toko buku dan membeli fiksi, ingat ya! fiksi!"

<…>

Bayu kemudian beranjak dan bersiap dengan memakai kaos hitam polos dengan jeans biru tua. Bayu lalu mengambil jaket dari gantungan dan berjalan keluar apartemennya.

Langkah kaki Bayu lalu terhenti, mukanya kusut mengingat kartu yang harus selalu ia bawa setiap keluar rumah. Bayu kembali ke apartemennya lalu mengambil kartu pasien yang sudah dibuat seperti kartu identitas seorang jurnalis. Dia masukkan ke saku dan akhirnya berlalu keluar.

Sesampainya ia dipinggir jalan, bayu mengeluarkan sebuah benda oval berwarna perak dari saku jaketnya. Benda ini adalah peta digital yang akan mempelihatkan peta sekitar dia tanpa batas radius disekitar titik pemakai. Bayu sebagai seorang yang jarang keluar, agak memiliki kekurangan dalam menentukan arah. Oleh karena itu, kakaknya memberinya peta digital ini ketika dia masuk kuliah.

Bayu menyalakan peta, lalu proyeksi cahaya memperlihatkan peta di sekitar Bayu dalam radius satu kilometer.

"Tujuan! Toko buku terdekat dan buka," ucap Bayu.

Pada peta lalu muncul lima garis yang mengarah ke lima toko buku yang berbeda. Bayu melihat-lihat letak toko yang ditunjukan oleh peta-nya. Dia lalu memilih jalur yang mengarah ke utara dengan jarak sekitar tujuh ratus meter dari tempat dia berdiri. Bayu bersiap untuk memesan mobil terbang sebelum suara Ayu kembali terdengar di kepalanya.

"

"…"

Bayu dengan berat hati memasukkan kembali ponselnya ke saku. Bayu merasa semakin hari Ayu benar-benar menjadi asisten pribadinya, yang selalu ngomel mengingatkan dia akan segala hal. Makan, mandi, sikat gigi, kabar musuh, kabar Nusa, kabar keluarga dan kerabatnya, hingga tidur pun Ayu mengingatkannya. Padahal hampir seharian dia tertidur. Tapi apa yang bisa dia perbuat? Bayu hanya bisa pasrah dengan kehadiran perempuan di dalam dirinya.

Sekitar satu jam Bayu berjalan, betul dia berjalan bukan lari. Bayu merasa kalau berjalan sudah cukup untuk olah raga. Bayu melihat kerumunan orang di depan gerbang SMA. Di sana bahkan terdapat beberapa reporter dan jurnalis yang mencoba memaksa masuk garis kuning polisi.

'Apa yang terjadi?'

Bayu lalu mendekati seseorang pria tua dari kerumunan.

"Kenapa pada kumpul di sini, pak?"

Tanpa menoleh ke Bayu, pria tua itu menjawab dengan muka takut yang masih tertuju ke dalam gerbang SMA.

"Mayat kang! Ada mayat yang kemutilasi di dalam SMA!"

"Mutilasi?"

Lalu Bayu mendengar samar-samar suara yang ada di sekitarnya.

'Siswi – mayat – potongan – seram – Virgin Killer – pagi…'

Bayu lalu berjalan menjauh dari kerumunan, di pikirannya dia sudah mengerti garis besar kejadian.

"Jadi dia masih berkeliaran. Aku pikir beberapa minggu terakhir ini dia sudah tertangkap, karena tidak ada berita lagi."

'Tidak, pertama-tama aku tidak tahu identitas Virgin Killer, dan sejujurnya aku tidak mau berurusan dengan dia. Dia sudah menjadi kriminal, biarkan polisi dan avonturir yang mengurusnya'

Bayu pun berjalan pergi kembali ke toko buku yang menjadi tujuannya. Bayu sudah membuang kejadian yang tadi ia lihat dari dalam pikirannya.

Tidak jauh dari Bayu, di dalam kerumunan. Seorang perempuan jurnalis sedang bernegosiasi dengan polisi untuk meliput situasi di dalam TKP. Nama perempuan tersebut kini sudah sangat dikenal masyarakat karena artikelnya yang membeberkan kebenaran kasus Lesti Nastion. Perempuan tersebut tidak lain adalah Fara Blairheel.

Sekitar tiga minggu lalu, Fara sebenarnya ditugaskan oleh pimpinan redaksinya untuk pergi ke Kembang. Fara ditugaskan untuk menginvestigasi dan meliput kasus pembunuhan Virgin Killer yang saat itu sedang membludak. Namun sudah dua minggu Fara tidak menemukan hal berarti pada kasus ini. Malah pada suatu hari, secara tidak sengaja dia menemukan kasus bunuh diri Lesti Nastion. Walaupun dia sudah menjadi bintang pada kasus Lesti, namun karena tugas awalnya belum selesai, Fara masih belum bisa pulang ke Sentral.

Lalu tiba hari ini, Fara terkejut dalam pencariannya yang buntu, tiba-tiba seorang korban ditemukan kembali. Fara segera ke TKP, dan saat ini dia sedang bernegosiasi agar bisa melihat kondisi tubuh korban yang termutilasi.

Saat Fara masih berbicara dengan pihak kepolisian di depannya, ujung matanya tidak sengaja melihat siluet yang tidak bisa Fara lupakan. Siluet itu berjalan menjauh dari kerumunan.

'Bayu? Kenapa dia ada di sini?'

Fara seketika merasa kalau Bayu mungkin mempunyai petunjuk untuk kasus ini. Fara merasa walau kerjaan Bayu hanya tidur dan baca, tapi entah bagaimana lelaki itu selalu mempunyai informasi penting. Fara berpikir untuk mengerjar siluet yang menjauh itu sebelum suara polisi terdengar di telinganya.

"Bu? Bu Fara? Anda baik-baik saja?"

"Ah! Iya maaf, saya baik-baik saja, hanya kepikiran sesuatu."

"Baiklah kalau begitu, kapten memperbolehkan Bu Fara untuk masuk. Kapten berpesan kalau ini spesial, karena yang meminta adalah Ibu Fara,"

Fara mendengar itu terpaksa mengurungkan niatnya untuk mengejar Bayu. Dia pun bersama petugas polisi di depannya masuk ke pekarangan SMA, berjalan ke tempat tubuh siswi itu ditemukan.