Utara Kota Kembang, di sebuah perumahan yang sepi, Bayu sedang memakai pakaian yang pernah ia pakai sebaga Panji. Jas, saru tangan, topi dan tidak lupa dengan topeng panji.
"Tak perlu khawatir, dia akan kemari."
"Dia setidaknya akan aman sebelum Virgin Killer menidurinya, dia dipanggil Virgin Killer karena orang ini mengambil keperawanan korbannya sebelum dimutilasi."
Bayu lalu berjalan menuju ujung perumahan, di mana terdapat lima rumah berdampingan di sana. Tempat ini merupakan ujung Kota Kembang, dari tempat ini Bayu dapat melihat tembok megah yang menjulang sangat tinggi. Lalu dia kembali melihat lima rumah itu kembali. Hanya tiga dari lima yang berpenghuni. Mungkin pantas bagi perumahan ini jika hanya sebagian yang terisi. Tidak ada orang yang mau tinggal bersebelahan dengan tembok. Bagaimanapun tidak ada yang menjamin tembok ini tidak akan hancur di masa depan nanti.
"Tidak semua rumah Ayu, kita hanya perlu tahu dari lima rumah di depan kita,"
"Cara dia masuk. Dia tidak mungkin terbang dan juga melewati gerbang. Besar kemungkinan dia masuk melalui jalur bawah tanah. Walau ada lapisan pelindung juga di bawah sana, tapi dengan sedikit waktu, dia bisa membuat lubang di lapisan pelindung itu. Dan jika itu benar, maka dia akan memilih rumah yang paling dekat dengan tembok."
"Lapisan pelindung kota memang kuat, bahkan hingga saat ini belum ada mahluk fantasi yang berhasil menghancurkannya. Hamish memanglah jenius, artifak buatan yang diciptakannya mampu menandingi artifak-artifak legendaris yang ada di luar sana."
Bayu lalu menyeringai setelah mengingat sesuatu dari buku Hamish di perpustakaan.
"Tapi Hamish tetaplah Hamish. Otaku gila ini tidak hanya membuat lapisan pelindung tapi juga membuat sebuah artifak bernama [Rat Hole]. Artifak buatannya ini berfungsi untuk membuat lubang sementara pada lapisan kota."
"Daripada membuatnya dengan sengaja, dia lebih ke 'Oh jadi aku bisa membuat artifak seperti ini' lalu dengan senyum dia lempar ke asistennya, berikutnya asisten ini akan memproduksi artifak gagal yang 'dibuang' oleh Hamish. Jadi kalau ditanya alasan otaku gila ini membuat artifak? Dia tidak memiliki alasan sema sekali. Dia gila. Alasan itu sudah cukup."
Bayu lalu berhenti di salah satu rumah yang berpenghuni. Dia dapat mendengar suara berita televisi dari dalam rumah. Berita tentang perburuan pembunuh berantai, The Virgin Killer. Tampaknya Kota Kembang sedang begitu panik mendapati seorang pembunuh dengan kelas platinum berkeliaran.
"Memang bukan, kita tidak tahu di mana rumahnya, jadi bukankah lebih baik bertanya langsung pada tetangganya?"
Tok tok tok
Bayu mengetuk pintu, lalu tidak lama pintu terbuka dan seorang wanita paruh baya dengan perawakan gemuk pendek mengintip dari balik pintu.
"Siapa ya—!"
Wanita itu membatu, mulutnya menganga tidak percaya setelah melihat lelaki dengan topeng panji berdiri di depan pintunya. Bagaimana dia tidak kaget? Tidak ada masyarakat di Kembang yang tidak mengenal Panji The Killer. Orang gila yang menantang pilar Union. 'Kenapa dia ada di sini?!' Pikiran itu mengiang berkali-kali di dalam kepala wanita pemiliki rumah. Lalu tidak lama terdengar juga suara seorang laki-laki yang mendekat.
"Ada siapa bu? Kok di—!"
Dan lelaki tua itu pun sama mematungnya seperti wanita di pintu.
"…"
Tik!
Bayu lalu menjetikkan jarinya di depan wajah wanita pemilik rumah. Wanita itu lalu agak tersadar dari lamunannya, namun mulutnya masih terbuka menutup bingung dengan situasi yang sedang ia alami.
"Apa anda tahu tempat orang yang kurus kering dengan mata kuning tinggal?"
"Ku-ku-ku-kurus? Ma-ma-mata ku—mata kuning?"
"Ya,"
Wanita itu lalu terdiam sesaat. Sewaktu Bayu bertanya barusan, suara yang dihasilkan olehnya telah diubah oleh mic kecil yang terpasang di balik topeng panji. Sebenarnya Bayu sudah memasangnya ketika dia membunuh Adi Hamerfid, hanya karena tidak ada orang lain di sana, ini pertama kalinya Bayu menggunakan pengubah suara. Dan suara yang dihasilkan merupakan gabungan dua suara, satu suara bernada cempreng dan satu suara bernada dalam. Hasilnya, kedua suara tersebut membuat suara panji terdengar lucu dan menyeramkan.
"Apa maksudmu itu Pa-Pa-Pak John?"
'John? Apa itu namanya?'
Bayu hanya mengangguk mengiyakan.
"Ma-mau a-apa kau de-dengannya?!" Wanita itu agak menaikan suaranya, Bayu dapat melihat ketakutan dari matanya, walau dia membuat raut muka yang menantang.
'Hee… sikap yang baik sekali'
Bayu kemudian melihat lelaki tua tidak jauh di belakang wanita masih mematung, namun tangan kanannya yang terdiam di udara itu seperti berusaha memberikan tanda untuk tidak keluar pada orang lain. Bayu lalu melihat foto keluarga yang tergantung di dinding ruang tamu. Keluarga dengan dua orang anak. Keduanya lelaki. Wanita itu dengan sikap agak menantang melihat Panji di depannya tidak berkata apapun. Dia kemudian melihat tatapan Panji yang tertuju pada sesuatu di belakangnya, Wanita itu pun mengikuti arah tatapan Panji, dan dia terbelalak mendapati foto keluarganya yang tergantung. Tubuhnya semakin gemetar ketakutan. Keringat terus mengalir dari seluruh tubuhnya. Wanita itu bahkan merasa jantungnya berhenti sesaat.
"Beritahu saja aku di mana dia tinggal,"
"…"
"Setidaknya aku tidak akan melakukan apapun pada keluarga anda,"
"Ta-ta-tapi…"
"Mana yang akan anda pilih? Nyawa kedua anak anda? Atau nyawa tetangga anda?"
"!"
Wanita itu kembali terdiam. Wajahnya kini telah begitu pucat. Suara nafasnya yang berat terdengar jelas oleh telinga kiri Bayu yang tidak memakai earphone.
"Rumah kedua di kanan dari sini!"
Teriak lelaki tua yang sedari tadi mematung. Bayu menyeringai dari balik topengnya.
"Terima kasih banyak," Bayu membalikan badannya, perlahan menjauh dari rumah itu. Namun sebelum itu Bayu kembali menoleh pada pasangan yang masih terlihat dari pintu yang terbuka.
"Oh ya, kalian boleh menelpon polisi ketika matahari telah terbit. Katakan pada mereka kalau saya akan ada di rumah itu. Ingat! Hanya telpon mereka pada pagi hari, kalau tidak? Aku tidak akan menjamin nyawa kedua putra kalian." Ucap Bayu sambil menunjuk rumah yag ditunjukkan oleh lelaki tua itu. Kedua pasangan itu hanya bisa mengangguk setelah mendengar peringatan yang diberikan oleh Bayu.
***
Bayu telah berada di depan rumah yang ditunjukkan oleh lelaki tadi. Rumah ini tidak memakai kunci canggih yang biasa ia lihat. Rumah ini hanya memakai kunci biasa. Bayu sedang berpikir cara untuk masuk sebelum Ayu dalam pikirannya bertanya.
"Tentu saja tidak, aku hanya mengancam mereka agar tidak membuang-buang waktu."
"Karena saat ini dia sedang bergegas kemari,"
Dari telinga kanannya, Bayu dapat mendengar posisi terkini Virgin Killer yang diberitahukan pada berita. Namun, berita terkini menyatakan kalau kepolisian kehilangan jejak Virgin Killer di bagian barat Kembang. Hanya saja Bayu tahu kalau Virgin Killer berlari ke barat hanya untuk mengalihkan perhatian polisi, Bayu yakin kalau pembunuh kejam ini mempunyai jalur rahasia tersendiri untuk dapat kemari tanpa diketahui.
"Hm… tidak, mari masuk. Sejujurnya aku tidak mau menggunakannya, tapi mengingat lawan kita berkelas platinum, serangan tiba-tiba tidak akan berpengaruh padanya."
"Tidak ada cara lain, aku paling akan meminta bantuan Fara setelah semua ini selesai. [Kitab]!"
Sebuah buku bersampul putih tiba-tiba muncul melayang di udara depan Bayu.
"[Fath] Bayu Rivertale," Buku bersampul putih itu kemudian seperti terlukis corak emas yang mengelilingi sampul dengan permata hijau tertempel di tengah sampul buku. Ini adalah buku tentangnya sebagai Bookmaster. Belum sampai di situ, Bayu kembali memanggil artifak terakhir yang dia dapat bersamaan dengan perpustakaan dan buku putih.
"[Sloth Page]," Sebuah buku bersampul hitam tipis tanpa corak dan tulisan muncul di udara depan Bayu. Buku hitam ini hanya memiliki enam halaman. Setiap halaman adalah representasi kekuatan setiap Bookmaster yang terbentuk ketika mewarisi perpustakaan. Setiap halaman inilah yang merupakan kekuatan Bookmaster dalam melindungi dirinya sendiri. Hanya saja, efek samping dari penggunaan kekuatan ini membuat Bookmaster jarang menggunakannya.
Dalam perpustakaan di alam bawah sadar Bayu. Ayu yang sedang duduk di meja resepsionis melihat ke arah timer yang muncul di dinding menara tepat di belakang meja resepsionis. Timer ini muncul bersamaan dengan dipanggilnya [Sloth Page] oleh Bayu. Saat ini timer menunjukkan angka 00:00:00.
"Halaman dua, [Yazmak] 'buka pintu',"
Bayu menempatkan tangannya di gagang pintu rumah, lalu menyebutkan kekuatan dari halaman kedua [Sloth Page]. Ketika dia berkata 'buka pintu', pada halaman buku 'Bayu Rivertale' tiba-tiba tertulis 'buka pintu' di kalimat yang saat ini sedang terjadi. Dan pintu yang terkunci itu pun terbuka dengan mudahnya.
[Yazmak] merupakan salah satu kekuatan Bookmaster di mana dia dapat menuliskan pikirannya ke dalam buku yang ada di perpustakaan. Sehingga apa yang dia tulis pada buku maka akan terjadi pada kenyataan. Namun semakin besar efek tulisan terhadap realita dunia maka semakin besar efek samping yang didapatnya.
"Ini seharunya tidak terlalu berpengaruh terhadap realita, berapa lama efek samping yang kudapat?" Tanya Bayu kepada asistennya.
Ayu melihat timer yang kini menunjukkan 00:00:10. Sepuluh menit yang dikatakan oleh Ayu adalah efek samping dari [Sloth Page]. Nantinya Bayu terpaksa tertidur selama sepuluh menit setelah hari ini berganti. Mungkin tidur sepuluh menit tidaklah suatu masalah, namun jika kekuatan dari [Sloth Page] terus digunakan pada hari itu, maka akan mungkin waktu itu akan bertambah hingga hari, bulan, bahkan tahun. Semua ini hanya bergantung pada realita yang dipengaruhi oleh Bayu.
Misal, jika Bayu menuliskan 'bunuh diri' pada suatu buku. Maka efek samping yang dia dapat mungkin bukan menit lagi, tapi bulan. Hal ini dikarenakan Bayu sudah mengubah takdir seseorang yang seharusnya hidup dengan kekuatannya.
"Haa… hanya sepuluh menit. Aku tidak tahu bagaimana buku ini menghitung, tapi memakai buku ini benar-benar menakutkan. Ini pertama kalinya aku mendengar kekuatan artifak yang memakai tingkat kesadaran pemakai bukannya aura."
Bayu lalu masuk dan dengan [Yazmak] Bayu kembali menulis 'kunci pintu' yang menambah waktu pada timer menjadi dua puluh menit. Bayu lalu memandangi dalam rumah yang terlalu sederhana. Tidak terdapat perabotan apapun pada ruang tamu, hanya karpet yang terbuat dari bambu terbaring di lantai. Bayu lalu berjalan ke ruang tengah, mendapati hanya sebuah televisi dan meja plastik di sana. Bayu lalu menoleh ke dua ruang kamar yang berdampingan.
"Semoga saja ada kartu identitas yang bisa kita pakai untuk membuat buku di perpustakaan."