"Kenapa kau menjadi semakin kurang ajar meminta bertemu seperti ini, Gwang?" tanya Ji Kang yang sangat kesal dan marah karena Ji Kang pemimpinnya, dia yang dibutuhkan dan dia yang tahu segalanya dan yang memegang kunci yang Gwang inginkan.
Namun dengan sangat amat tidak sopan juga Gwang meminta bertemu dengan Ji Kang bahkan di tengah malam seperti ini. Pukul dua pagi sekarang, dan menurut Ji Kang, ini sangat merepotkan baginya.
"Maaf, tuan. Saya ingin ingin memperjelas saja, apakah keponakanku benar-benar denganmu atau tidak, dan aku juga hanya ingin tahu dan butuh sesuatu untuk dipertegas jika Eun Ra yang ku bicarakan denganmu benar keponakanku, tuan." Benar. Ji Kang turut setuju dan mengajui kecerdasan yang dimiliki Gwang, paman Eun Ra.
Ji Kang pikir Gwang meminta bertemu karena dia ingin membahal lelucon atu bahkan apa saja yang dia ingin dan apa saja yang dia butuhkan. Namun melihat seberapa dan sebijak apa Gwang meminta padanya, Ji Kang wajib memberi apresiasi yang baik untuk pria ini.
"Kau ingin aku menujukkan apa?" tanya Ji Kang pada Gwang saat dia tahu dan paham apa yang dibutuhkan pria tua itu, Gwang menggigit bibirnya dalam.
Dia bingung, haruskan dia berbicara kurang sopan? Meminta hal mengerikan yang bahkan dia sendiri saja tahu jika nyawanya bisa saja melayang saa itu juga, Gwang memang sangat berani, dia sudah kentara benci pada kakak laki-lakinya. Melupakan seberapa buruk dan menyebalkannya seorang Tae Joon, Tae Gwang butuh Eun Ra.
Itu saja.
"Bisakah aku melihat wajah Jeon Eun Ra keponakan perempuanku? Bisakah aku berbicara dengannya hanya untuk sebatas jika aku percaya padamu, tuan?" Ji Kang terdiam, dia menatap tajam Gwang dengan mata yang tidak menggunakan kacamata walaupun wajahnya masih tertutup dengan masker wajah yang sengaja dia pakai. "Kau tidak tahu diri, Gwang." Ji Kang menimpalinya, hanya saja pria bernama Gwang itu tidak memiliki jawabaan dan pengalihan yang perlu Ji Kang berikan adalah apa yang dia miliki sekarang.
Eun Ra adalah kunci bagi Jo Kang menjauhkan masalah keluarga Min dengan Tae Jung. Dan Gwang juga kunci dimana Eun Ra akan pergi dari masalah yang baik, hanya saja Ji Kang harus pintar-pintar mengeluarkan kartu yang dia miliki sewaktu-waktu.
"Kau ingin apa? Salah satu saja, kau ingin melihat fotonya agar dia dikatakan masih hidup atau kau ingin mendengar suaranya untuk menandakan jika dia masih hidup?"
"Pilih salah satu, bodoh!" Gwang bingung, mana yang lebih akurat, foto bisa saja jika itu bukan, diambil dihari ini juga, dan jika suaranya, haruskan Gwang juga percaya pada Jo Ka jika seperti ini?
Wajah khawatir dan berpikir dengan serius membuat Ji Kang terkekeh, pria itu mengambil ponselnya dari saku dan mulai menyambungkan telefonnya pada ponsel wanita merepotkan itu.
Ji Kang tahu jika wanita itu akan mengangkat telfonnya, mereka baru saja saling mengirim pesan, bahkan dua hari yang lalu. Dan yang membelikan ponsel saja Ji Kang, Ji Kang percaya diri, dia tahu jika panggilan darinya akan dijawab cepat oleh wanita itu.
Wanita yang mencintai Ji Kang secara sepihak dengan bodohnya.
"Dengarkan aku," ucap Ji Kang meminta Gwang fokus padanya, Gwang tidak tahu jika Jo Ka akan berbaik hati padanya, sebab pria itu memperlihatkan foto pada Gwang dimana itu foto profil milik Eun Ra yang asli. Jeon Eun Ra milik Gwang. "Aku akan mencoba menelfonnya."
Satu kali sambungan telefon, bahkan satu kali nada sambung saja sudah ada jawaban dengan sangat cepat. Ji Kang tersenyum sinis dan miring dibalik masker penutup mulut dan hidungnya.
"Ya, bukankah kau baru saja mengatakan padaku jika kau akan bekerja? Lalu apa lagi sekarang?" ucap Eun Ra dengan nada kurang sopan pada Ji Kang membuat Gwang sedikit menegang di tempat duduknya sekarang.
"Sopankah begitu kau, Eun Ra?" tanya balik Ji Kang membuat Eun Ra menghela nafasnya berat, terdengar suara ranjang perbindahan. Mungkin yang awalnya Eun Ra rebahan memilih duduk.
"Tuan, tidak bisakah kau baik padaku sedikit saja?" Gwang menatap penuh pertanyaan pada Jo Ka karena pembicaraan yang mereka bicarakan benar-benar sedikit mencurigakan.
"Aku bersama dengan pamanmu, katakan sesuatu sebelum aku membunuhnya." Ji Kang mengatakannya dengan cepat dan lancar, Gwang yang mendengarnya bahkan sampai terkejut dan menelan ludahnya sukar. Apa secepat itu?
"Kau bersama pamanku?" tanya suara Eun Ra berbalik pada Ji Kang membuat Gwang sedikit lega mendengarnya. Keponakan perempuannya masih hidup, bayi yang dia ajak hidup bersama masih hidup, dan Gwang tidak tahu harus melakukan apapun sekarang.
"Bicaralah," minta Ji Kang walaupun tujuannya pada Gwang, tapi Eun Ra berbicara dengan cepat.
"Paman, aku Eun Ra mu. Aku wanita kecil yang kau jual dan kau janjikan jika kau memiliki uang lebih kau akan menebusku lagi, Paman Tae Gwang." Air mata Gwang menetes tanpa dia minta, Ji Kang tersenyum.
Dia tahu kuncinya, Ji Kang tahu kelemahan mereka satu sama lain. "Kau percaya sekarang, Gwang?"
○○○
"Senang kau meneror adikmu sendiri, Min Su Ri?" Pertanyaan yang Yoon Gi berikan pada istrinya berhasil membuat Su Ri yang baru saja akan mengambil posis tidurnya menjadi berhenti dengan pertanyaan mengerikan semacam ini.
"Apa yang kau katakan?" tanya balik Su Ri pada suaminya, Yoon Gi tersenyum miring melihatnya. Mata tajamnya menatap istrinya dengan serius, bahkan sekarang gerakan tangan setelahnya Yoon Gi memilih menaruh tas yang dia bawa dari kantor ke meja dekat sofa dan memuka dasi kerjanya.
"Kau menelfon Ji So kan? Kau menelfonnya." Yoon Gi kembali menyalahkan istrinya karena apa yang istrinya lakukan, berulang kali, beberapa kali, dan menyalahkannya lagi, berulang-ulang tanpa bosan.
"Yoon Gi, kau selalu menyalahkanku saat maksudku---" Yoon Gi memotong ucapan Su Ri yang akan memberikan pembelaan saat itu juga, jari telunjuknya dia tempelkan ke bibir untuk mengintrupsikan pada Su Ri jika dia masih belum selesai bicara.
Yoon Gi berjalan mendekat pada istrinya, menarik tangan istrinya untuk duduk dan berbicara serius dengannya sekarang. "Dengarkan aku."
"Kau memang bersalah, Su Ri." Wanita itu memilih menghela nafasnya berat, wajahnya terlihat sangat kelelahan, mereka menikah karena saling mencintai jika lupa, tapi mereka melupakan makna awal pernikahan mereka sendiri.
"Berikan aku beberapa point agar aku tahu apa maksudmu," minta Su Ri pada istrinya jika dia butuh alasan yang logis dengan apa yang suaminya maksudkan jika dia salah dan bersalah. "Harus ku jelaskan juga?" tanya balik Yoon Gi tidak menyangka, Su Ri menganggukkan kepalanya.
"Ya, berikan aku alasannya." Yoon Gi setuju, kali ini dia mulai membuka kancing kemejanya dua dari atas agar pembicaraan mereka semakin dewasa.
Walaupun tubuhnya kelalahan, walaupun isi kepalanya begitu berat mengurus pekerjaan dan memikirkan kenapa keluarganya begitu retak, Yoon Gi akan memulainya dengan baik kali ini.
"Datang untuk siapa kau ke rumah ayahmu?" Kali ini Yoon Gi bertanya, tentu sebabai mulut Su ri menjawab. "Tae Jung, Kim Tae Jung. Seharusnya sejak awal kau mempercayaiku, Yoon Gi. Aku datang hanya untuk Tae Jung, sangat tiba-tiba memang. Tapi aku memang sengaja datang untuk anak kita." Yoon Gi menghela nafasnya berat, dia memijit kepalanya yang pusing dengan arah pembicaraan mereka akan kemana.
"Tapi kenapa kau berbicara serius dengan mantan pacarmu? Dan, kenapa kau menginap dihari yang sama dimana pria itu juga menginap di sana? Untuk apa? Dan apa alasannya, Su Ri." Yoon Gi memintanya, dia tahu jika pertanyaannya terlalu banyak, bahkan keterlaluan, hanya saja bagi Yoon Gi, dia butuh, dia perlu, dan dia benar-benar ingin.
"Sayang, aku datang memang tidak direncana. Dan aku juga tidak tahu jika Woo Sik sedang di sana juga, aku tidak tahu apa yang dia lakukan. Hanya saja aku datang untuk melihat keadaan Tae Jung, melihat pria---"
"Kenapa kau meleset? Kenapa kau meloncat saat kau sedang diintrogasi, Su Ri?" Yoon Gi mendesak istrinya sendiri. Dia benci saat istrinya sedang dibicarakan disatu masalah, namun dia melemparkan masalahnya pada orag lain.
Yoon Gi membencinya, Su Ri sejujurnya memang tahu, tapi kenapa dia melupakannya? Kenapa dia tidak mengingatnya! Sesengaja itukah?
"Sayang, dengarkan aku. Aku datang untuk melihat wanita yang anak kita sukai juga. Tae Hyun meminta wanita pada kakaknya, dan aku datang untuk melihat Tae Jung dan melihat wanita itu. Wanita bernama Eun Ra itu, bukankah kau juga tahu apa yang anak lainmu inginkan juga?" Yoon Gi bingung, dia tidak tahu harus merespon apa. Namun kali ini masalahnya benar-benar tidak bisa diampuni.
Istrinya keterlaluan, berbicara dengan mantan pacarnya, diam-diam darinya dan memarahi adiknya sendiri hanya karena kebodohannya sendiri dan membuat Tae Hyun semakin membenci ibunya tanpa dia inginkan sendiri.
"Kau menyalahkan Ji So saat kau membuat kesalahanmu sendiri," ucap Yoon Gi kembali membahas kesalahan istrinya yang lain dan tidak bukan mengenai bagaimana Su Ri melampiaskan marahnya bukan pada orang yang salah.
Yoon Gi marah, dia melampiaskan kemarahannya pada istrinya. Memang istrinya yang salah, dia pergi tanpa pamit, dan mengunci rumahnya tanpa menitipkannya pada siapapun.
Lalu, semua kebodohan istrinya yang berbicara dan menangis dengan mantan pacarnya sebagai mantan pacarnya. Bukan sebagai kakak ipar perempuannya.
Shit! Yoon Gi tentu saja marah.
"Aku akhir-akhir ini sedang memikirkan perceraian kita, apa kau setuju jika saran Tae Hyun ku ajukan saja, Su Ri?"
Gila! Ini benar-benar gila. Kenapa harus sampai perceraian bahkan saat mereka saja masih bisa mempertahankannya, bodoh!
"Yoon Gi, kita bisa----"
"Tidurlah, aku akan mandi dulu. Nanti aku menyusulmu." Yoon Gi memotongnya, dia berjalan menjauh meninggalkan suaminya yang masih sangat terkejut di ranjang mereka.