Chereads / Gong Eun Ra : Contested Woman / Chapter 62 - 62. Masa laluku adalah kakakmu.

Chapter 62 - 62. Masa laluku adalah kakakmu.

"Aku akan menghubungi ayah jika aku mendapat masalah."

"Tenang saja, ayah."

"Aku tahu."

"Baiklah."

Pria yang baru saja mengatakan pada ayahnya mengenai keadaan dan bagaimana dia akan pergi dan kembali dengan keselamatannya. Dia Tae Hyun, pria yang selalu menjadi ancaman, bencana dan satu sisi buruk yang perlu orang-orang pahami bagaimana dan kenapa dia butuh perhatian yang sama seperti pada kakaknya.

Tae Hyun sengaja datang pagi-pagi sekali, sejak kemarin Tae Hyun memilih tidur di apartemen milik ayahnya yang letaknya tidak jauh dari perusahaan ayahnya tempat dimana dirinya bekerja.

Pria itu masih malas pulang, entah kenapa marah dan sebesar apapun bencinya terhadap ibunya memperjelas dan tegas bagaimana Tae Hyun benar-benar ingin berada diposisi Tae Jung saja.

Tae Hyun tidak tahu, dia tidak sadar dan tidak begitu memikirkan apa masalah dan beberapa hal yang perlu diperjelas dan dipertegas saja satu sama lain mengenai keadaan dan bagaimana mereka harus menjadi satu untuk keluarga.

"Aku sudah ada di mansion, Kak Ji Kang." Pria muda itu menghubungi kakak sepupu laki-lakinya, dia sengaja datang untuk Ji Kang saja.

Entahlah, yang awalnya mulai nyaman seperti biasa dengan kakaknya yang bernama Tae Jung, Tae Hyun menjadi kembali membencinya.

Sejujurnya diantara mereka dan satu sama lain dengan Tae Jung, seharusnya Tae Hyun baik-baik saja. Tapi entah kenapa dan mengapa Tae Hyun justru mempermasalahkan satu hal yang sejujurnya tidak perlu dipermasalahkan di dunia ini.

Ya, hubungan darah yang mengalir satu sama lain dengan Tae Jung.

"Aku sedang di luar, Tae Hyun. Tolong tunggu aku dua jam lagi, masuklah. Sarapan di mansion kakek dan tunggu aku dua jam lagi, aku akan sampai dengan cepat," jawab Ji Kang jika dia baru saja menyelesaikan masalahnya dengan seseorang dan pergi berbicara dengan orang yang sedang Ji Kang perjuangkan.

"Katakan saja jika tidak bisa sekarang, Kak. Karena aku juga sibuk, aku mengurus--"

"Dua jam itu tidak lama sama sekali," potong Ji Kang membuat Tae Hyun merasa sangat percuma datang lebih cepat, biasanya Ji Kang bukan tipe orang yang suka jika lawan mainnya terlambat, bahkan Tae Hyun juga sering mendapat marah dari Ji Kang karena terlambat.

Namun sekarang?

Kenapa menjadi lebih berbeda dan jauh lebih condong ke hal lain yang membuat Tae Hyun semakin curiga saja, apa dia dijebak sekarang?

Tapi untuk apa Ji Kang melakukan semua ini, Tae Hyun menghela nafasnya berat. "Aku menunggumu dalam dua jam, jika kau belum datang, aku akan mengeblok semua sosial media yang bisa kau mehubungiku karena kau membohongiku." Tae Hyun mengancam balik membuat Ji Kang terkekeh disambungan telefon tersebut bukan baik.

"Tunggulah, aku akan cepat." Ji Kang mematikan sambungan telefonnya sepihak, kali ini pria itu memilih untuk berjalan menjauh meninggalkan mobil ayahnya yang sengaja dia pinjam dengan supirnya.

"Paman, kau boleh kembali. Aku akan datang lagi nanti, katakan pada ayah aku akan diantar oleh Ji Kang." Pria yang Tae Hyun panggil paman itu menganggukkan kepalanya patuh, dan mulai memutar balik mobilnya menjauh menuju tempatnya bekerja lagi.

"Hati-hati, tuan." Pria itu berpamitan, Tae Hyun mengangguk dan berjalan menuju mansion kakeknya untuk menunggu kakak sepupunya.

Masih sama, banyak orang, dan semua mengenal Tae Hyun dengan baik. Bahkan baru limabelas langkah masuk saja Tae Hyun sudah mendapat puluhan orang menyapanya, Tae Hyun membalasnya pelan dan berjalan masuk menuju mansion dengan cepat sekarang.

Baru saja pintu terbuka, wajahnya sudsh harus melihat wajah orang lain yang seharusnya dia sayangi sejak lama. "Ada apa, Tae Hyun?" tanya Tae Jung sebagai kakak karena kedatangan adiknya terlihat sangat tiba-tiba karena adiknya sama sekali tidak pernah mau ingin datang ke mansion kakek mereka jika tidak memiliki masalah dengan ayahnya atau karena dipaksa untuk tunggal.

"Haruskan aku datang dengan sambutan seperti itu?" tanya balik dari Tae Hyun dengan wajah datar sanhat tidak ingin tersentuh sedikitpun oleh kakaknya.

"Siapa yang memintamu untuk datang? Aku sebagai kakakmu selalu memintamu untuk datang, tapi semua pesan dariku kau abaikan, siapa orang baik itu?" Tae Hyin memutar bola matanya malas menganaikan ucapan kakak laki-lakinya dan berjalan meninggalkan kakaknya dengan memilih masuk.

"Bukan urusanmu."

○○○

"Aku sudah meminta izin padamu, aku sudah mendapat perintah dari Kak Yoon Gi untuk datang ke mansion ayah karena ada suatu masalah yang ada di perusahaan ayah."

"Awalnya aku menolak, aku terus berdebat dua hari sebelumnya, bukankah aku sudah mengatakan semuanya padamu, sayang?" Ji So terlihat menganggukkan kepalanya pelan, dia mengingat suaminya mengatakan hal ini padanya.

Namun yang sedang dipermasalahkan bukan tujuan awalnya, tapi tujuan utama kenapa suaminya datang ke mansion ayahnya dan bertemu dengan kakak perempuannya, lalu Su Ri menuduhnya dengan alasan masalalu lagi.

Tidak tahukah Woo Sik jika Ji So sudah sangat kelelahan menahan semua masalahnya sejak lama sekali?

"Aku meminta alasan kau berbicara dengan Kak Su Ri, bukan keinginan dan masalah awal dimana kau dan Kak Yoon Gi membicarakannya," sangkal Ji So membuat Woo Sik menghela nafasnya berat sekali.

Astaga, salah paham ini lagi. Masih belum selesai sampai sekarang. Munafik dan bodoh jika Woo Sik ingin mempertegasnya juga, sebab yang sebenarnya terjadi juga sudah jelas.

Mereka seharusnya didudukkan di satu ruangan yang sama dengan dua orang yang saling salah paham (Yoon Gi dan Ji So) lalu dua orang yang perlu mempertrgas perasaan mereka (Woo Sik dan Su Ri) agar apa? Agar mereka bisa bahagia dan memulai rumah tangganya dengan baik dari awal yang sejaknya memang rusak dan kotor.

"Sayang, bukankah aku sudah memintamu untuk percaya padaku? Aku mencintaimu, sudah, bahkan sangat-sangat mencintaimu. Hubungan ini, keadaan ini, keluarga ini, adanya Ji Kang."

"Ji So, aku mencintaimu. Dan aku juga menyayangi rumah tangga kita." Ji So terkekeh mendengarnya, dia Woo Sik. Yang selalu menjadi pengecut yang sama dimana dia selalu menutupi masalah yang sama harapan, keinginan dan cinta yang seharusnya sudah kokoh bukan kuat saja.

"Apa aku harus mempercayai itu? Tigapuluh tahun bukanlah waktu yang singkat jika kau ingat itu, tapi?" Ji So terkekeh kecil mengingat bagaimana bodoh dan menyebalkannya suaminya melampiaskan masalah dan kekesalannya dengan harapan kosong sampai detik ini.

"Ku tanya lagi, apa kau masih mencintai Kak Su Ri? Jawab jujur saja, dia sudah menikah, dia sudah memiliki dua anak dengan Kak Yoon Gi, jawab pertanyaanku apakah kau masih mencintainya?" tanya Ji So mendesak suaminya untuk memberi penjelasan dari hubungan dan tanggung jawab sebagai suami untuk rumah tangga mereka yang seharusnya baik-baik saja.

"Sayang," panggil Woo Sik dengan lembut dan mengelus kedua tangan istrinya dengan pelan dan halus sekali. "Kau masih mencintai," balas Ji So dengan menghempaskan tangannya dari genggaman suaminya.

"Jadi tigapuluh tahun itu hanya angka?" tanya balik Ji So bahkan saat dia merasa begitu sakit dikhianati oleh suaminya yang memiliki masalalu baik dengan kakak perempuannya sendiri.

"Sayang, dengarkan aku," ulangi Woo Sik saat Ji So berjalan menjauh meninggalkan Woo Sik yang masih duduk di tempat sebelumnya, Ji So membuang wajahnya sama sekali tidak ingin melihat pada suaminya.

"Percuma kan?" Woo Sik memeluk istriny, dari depan, mengelus puncak kepala istrinya dan menciumi ubun-bun istrinya berusaha menyemangati dan memberi sedikit ketenangan pada istrinya.

"Aku tidak menyukai Su Ri, aku tidak mencintainya. Sulit ada diposisiku, sayang. Selain masalaluku adalah kakakmu, dan kita menikah lebih dulu darinya, semuanya menjadi sulit." Woo Sik memberi penjelasan pada istrinya jika posisi dsn keadaannya benar-benar tidak bisa diperjelas dan dipertegas sama sekali.

Jika sejak dulu sudah bisa dipertegas Woo Sik dan Ji So pasti sudah bahagia sejak dulu, dan rumah tangga Su Ri dengan Yoon Gi juga sama.

"Jadi kau masih mencintai kakak perempuanku?" Ji So menekan satu pertanyaan yang sama hanya untuk mendapat jawaban yang tidak mengecewakan lagi, hampir dari semua jawaban yang ada dan yang ingin Ji So dengar sejak lama sekali dari mulut Woo Sik, suaminya.

"Sayang, kau istriku." Woo Sik memperjelas jika hubungan mereka jauh lebih jelas dan perlu dipertegas daripada masalalunya dengan kakak dari istrinya sendiri. "Kau mencintainya?"

Woo Sik terdiam, dia sama sekali tidak menjawab apapun walaupun pelukan pada Ji So mengerat begitu jelas dan keras.

"Kau masih mencintai kakak permepuanku, ternyata." Anggap saja Ji So tahu jawaban dari pertanyaannya bahkan saat suaminya tidak mengatakan apapun padanya.

Ji So tahu, dia sadar diri sialan!

"Kau tetap istriku, Ji So." Wanita itu terkekeh, jika Woo Sik hanya menganggap Ji So istri namun tidak dengan hati, perasaan, kepercayaan dan fakta nyata yang ada karena fokusnya pada kakaknya.

Ji So tidak butuh Woo Sik juga kan?