Tubuh Sean bergetar hebat. Bahkan lututnya serasa tidak memiliki tulang, terasa lemah hingga ia tidak dapat menopang tubuhnya lagi.
Bersamaan dengan lambaian tangan Wanda dan senyum dari pria yang dimaksud adalah suami Wanda saat mobil mereka berlalu, Sean jatuh berlutut setelah sebelumnya mencari pegangan untuk tubuhnya.
"D-dia? Nggak mungkin, kan? Aku salah lihat, kan?" racau Sean sendirian. Dan saat ini wajahnya sudah pucat dengan keringat dingin yang bercucuran.
Pandangannya mulai meredup tapi Sean masih dapat meraih ponsel di sakunya untuk menelpon seseorang.
'Assalamualaikum, Kak? Udah selesai meetingnya?'
Suara Gita terdengar ceria di telinganya. Entah apa yang Sean rasa dan pikirkan sekarang, mendengar suara Gita membuatnya menangis.
'Kak? kamu kok diam aja, sih?'
Gita terus memanggilnya, tapi Sean masih terdiam dan hanya mendengarkan suara Gita sembari menutup mulutnya agar tidak melepaskan suara tangisnya.