'Bar, coba pikir seribu kali lagi untuk pilihan kamu. Ayah akan langsung bilang 'iya' seandainya perempuan yang kamu suka usianya sebaya kamu. Tolong pikirkan lagi ya, Nak!'
'Apa-apaan kamu, Barra? Kamu sudah gila, ya? Anak Pak Hasan itu masih kecil. Masih sekolah! Apa yang ada di pikiranmu sehingga mau melamarnya?!'
'Apa tidak ada perempuan lain yang bisa kamu jadikan istri? Coba pikirkan baik-baik, saat kamu bekerja bisa aja dia keluar rumah dan bermain bersama temannya. Bisa aja saat kamu kerja dia pergi sama laki-laki lain yang dikenalnya,'
'Coba kamu pikirkan, Barra! Dia itu masih kecil, masih perlu bermain, masih ingin bebas, masih baru mengenal dunia luar. Apa seperti itu yang ingin kamu jadikan istri?'
Barra tersenyum mengejek dengan matanya yang tertutup. Ingatan tentang penolakan keputusannya yang ingin melamar Gita dulu, kembali terputar di benaknya.
Barra membandingkan ingatan yang telah berlalu itu dengan situasi yang terjadi di dalam kelurganya sendiri.