Kevan berjalan menuruni anak tangga, dan langsung menangkap sosok mama yang tengah menjahit pakaian dengan wajah senangnya.
"Mama malem-malem gini kenapa menjahit?" tanya Kevan yang berjalan mendekatinya.
"Mama bikin dua kaos yang sama untuk Alina dan Alena, dan akan mama berikan ketika Alena sudah bertemu," jelas Meika tanpa menoleh, dan tetap menjahit.
"Apa mama sungguh menyesal?"
Mendengar pertanyaan dari sang anak membuat Meika perlahan menghentikan pergerakan tangan dan kakinya, kepalanya perlahan menoleh pada anak lelaki kesayangannya itu dengan tersenyum tak percaya kalau anaknya itu tidak mempercayainya.
"Kamu enggak percaya sama mama? Kamu enggak percaya kalau mama beneran sangat menyesal setelah kepergian Alena? Kenapa, Kev? Apa menurut kamu … selama ini mama berpura-pura?" tanya Meika dengan suara lirihnya, membuat Kevan tak bisa berkata apa-apa lagi.
Kevan merapatkan mulutnya, dengan perlahan menundukkan kepalanya. "Ma-maaf, ma. Bukan itu maksud Kevan."