"Halo, Bund."
"…."
"Oh, bunda enggak bisa nungguin aku?"
"…."
"Enggak apa-apa bund, aku bisa sendiri kok. Lagian ada suster di rumah sakit. jadi bunda nggak perlu khawatir sama aku. Aku bisa jaga diri."
"…"
"Iya, bund, hati-hati ya."
Pip! Sambungan telepon itu terputus, Zee yang tadinya membaca buka sejarah langsung menoleh pada Alena sambil bertanya, "Siapa?"
"Bunda."
"Kenapa?"
"Bunda ada acara di rumah temennya, dan selesai larut malem. Jadi bunda nggak bisa tungguin gue malem ini."
"Oh gitu? Ya udah, gue tidur sini."
"Heh, enak aja langsung mutusin gitu. Emangnya ini rumah sakit punya lo?"
"Iya! Kenapa? Ini punya ayah gue juga, kan?" tanya Zee dengan tersenyum bangga.
"Eh, iya juga ya. Ya udah lah, terserah."
"Gue ijin ke abang gue dulu, ya, ntar pada kangen kalo gue enggak pamit," ucapnya yang sambil turun dari brankar.
"Bukannya yang kangen entar lo, ya?" tanya Alena dengan tersenyum jahil. Zee hanya tertawa seraya berjalan keluar meninggalkan kamar Alena.