Yukiara masih diselubungi duka. Ia tidak mau makan atau minum apapun. Ia hanya menangis dan terus menangis atas meninggalnya sahabatnya itu.
Tring...
Terdengar pintu penjara itu dibuka. Yukiara benar-benar tidak perduli.
Sang raja Syarif dan seorang prajurit memasuki jeruji yukiara.
"Periksa lukanya". Ucap sang raja.
Dengan kasar prajurit itu merobek gaun yukiara. Tepat pada bagian punggungnya.
Luka bekas cambukan itu sudah kering. Hanya saja luka di telapak tangannya masih belum cukup kering.
"Sebagian besar lukanya sudah kering yang mulia. Hanya luka di telapaknya masih sedikit basah". Ucap sang prajurit.
"Bagus...purnama selanjutnya , ratu sudah bisa mengambil darahnya lagi". Ucap sang raja memandang bengis yukiara.

Yukiara tetap diam. Sepeninggalan raja, ruangan itu kembali sunyi dan kelam. Hanya beberapa cahaya lilin yang menerangi yukiara di jeruji.