Baik Nora maupun bapak, keduanya mendengar suara Tia yang kencang itu dari dalam kamar.
Keduanya hanya menggeleng dengan senyum yang tak luntur di wajah mereka, merasakan bagaimana antusiasnya Tia untuk hal ini.
Bapak yang berpakaian paling simpel, hanya berganti pakaian dan juga celana saja, keluar lebih dulu daripada Nora.
Seperti biasanya Nora akan lebih memperhatikan dandanannya, apalagi kalau mereka akan pergi keluar untuk mengunjungi sebuah tempat yang sangat penting.
Bagi Nora, rumah Bu Ratna itu begitu penting karena merupakan rumah bagi orang yang pernah menyelamatkan adiknya.
Lagipula, rumah beliau yang terlihat begitu mewah dan megah dari luar membuatnya tak ingin bertingkah atau berpenampilan memalukan.
Tak ingin menganggur di saat tenaganya masih begitu banyak, Tia pun pergi lagi ke dapur untuk memasukkan semua makanan yang tadi sudah disiapkan.
"Biar bapak bantu," bapak berjalan lebih dulu di depan Tia.