Piring kosong masih berada di depannya, sayangnya itu terlalu kotor karena merupakan bekas makan siangnya.
Deva belum bisa pergi untuk mmebersihkannya karena Pak Benu masih berada di depannya dan mengajaknya mengobrol.
Apalagi beliau berniat untuk berbicara serius, hingga Deva merasa tak enak kalau harus meninggalkan beliau dan menghancurkan pembicaraan yang serius itu.
Piring itu akhirnya disisihkan olehnya dan hanya diletakkan disampingnya agar kedua tangannya bisa ia letakkan di atas meja.
Masih dengan segelas es teh di dalam genggaman tangannya, Deva sedikit memainkannya dengan menghilangkan embun yang ada di sisi luar gelas tersebut.
Matanya menatap lurus ke arah Pak Benu karena ia ingin juga mendengar semuanya.
"Seperti yang bapak ceritakan malam sebelumnya, Tia tidak memiliki beberapa surat penting yang selayaknya dimiliki oleh seorang warga sipil, tapi ia tak memiliki semuanya," jelas Pak Benu.