"Dimana Nadya?"
"Dimana Nadya yang kamu temukan itu?"
"Kenapa kamu tak menghubungiku lagi?"
Suara-suara itu menggema di telinganya. Nama yang sudah hampir ia lupakan karena jarang disebutkan.
Tempat yang begitu berangin, sehingga membuat matanya kesulitan untuk terbuka.
Tapi suara yang terdengar itu terasa begitu dekat, seakan diucapkan di depannya.
"Deva!"
Kali ini ia merasakan kerah bajunya ditarik oleh orang di depannya dengan begitu keras.
Matanya akhirnya bisa terbuka saat udara tak begitu kencang berhembus. Dan seseorang yang berdiri di depannya adalah sahabatnya sendiri, Tony.
Kedua matanya terbuka lebar saat ia sendiri merasakan kalau kakinya hampir tak menapak ke tanah lagi.
Dengan keberanian yang ia miliki, Deva mencoba untuk melihat ke arah bawah, tepat di samping kakinya.
Hal yang membuat jantungnya berdebar adalah ketika Tony yang berada di depannya justru mendorongnya berulang kali meskipun tangannya masih tak lepas dari kerahnya.
"Tony! Sadar!"