Chereads / Plagiat Cinta / Chapter 44 - Membicarakan Plagiat

Chapter 44 - Membicarakan Plagiat

Jam makan siang pun tiba, seperti rencananya diawal tadi, Azam dan Kania kini berada disebuah tempat makan tak jauh dari kantor tempat Azam kerja. Keduanya masih sibuk dengan ponsel mereka masing-masing. Belum ada yang memulai pembicaraan apalagi makan, padahal makanan sudah mereka pesan dan sudah ada dihadapan mereka, tinggal mereka santap saja.

Azam sudah selesai dengan urusan ponselnya, saat ini dia fokus memperhatikan Kania yang masih saja sibuk dengan ponselnya. Entah apa yang sedang dia kerjakan sampai melupakan sesuatu disekitarnya.

"Ekhm ..." dehem Azam.

Kania langsung mengangakat kepalanya dan menatap Azam. Dia tersenyum polos seolah tidak melakukan apapun.

"Hehe ... Mas Azam, mari makan!" ajaknya. Azam hanya mengelengkan kepala, lalu mulai menyantap makanannya.

Beberapa saat kemudian makanan mereka telah habis tanpa sisa. Kini mereka fokuskan untuk berbincang bersama. Menanyakan kabar satu sama lain dan kehidupan mereka saat ini. Azam dan Isabel telah terpisah dari Kania sejak 3 tahun lalu. Jadi banyak sekali kejadian Azam dan Isabel yang terlewatkan oleh Kania.

"Hmm ... jadi gimana sekarang kehidupanmu, Kania?" tanya Azam lebih dulu.

"Ya, seperti yang terlihat oleh Mas Azam. Tidak ada yang berubah dariku. Semua masih terlihat sama. Aku masih Kania yang dulu," ujar Kania.

"Apa sekarang kamu sudah menikah dan punya anak?" tanya Azam kembali.

"Haha ... aku masih Kania, si gadis cantik yang masih ting-ting. Perawan manis dan suci," ucap Kania.

"Dasar, berlebihan," tutur Azam.

"Tak apalah, hanya sedikit berlebihan saja," sahut Kania.

"Kenapa belum menikah?"

"Belum bertemu jodohnya saja. Banyak yang mau sama aku, tapi aku tolak. Haha ..." tawa Kania.

"Sepertinya bukan kamu yang menolak mereka, tapi mereka yang menolakmu. Iya, kan?" tebak Azam.

"Hei ... sembarangan kalau ngomong. Lagian ya, kehidupan aku masih panjang, masa depanku cerah. Usiaku saja masih dua puluh empat tahun. Jadi untuk apa nikah buru-buru," ungkap Kania.

"Masa? Orang Isabel saja yang masih 23 tahun sudah menikah dan memiliki seorang anak. Bahkan Isabel sudah menikah dua kali," ucap Azam.

"Apa? Isabel menikah dua kali? Maksudnya apa? Emang Mas Arav ke mana? Bukankah Isabel dan Mas Arav saling mencintai? Mana mungkin mereka berpisah, lalu Isabel menikah kembali," kaget Kania tak percaya.

"Memangnya kamu tidak tahu?" tanya Azam.

"Tahu apa?"

"Kalau Arav sudah meninggal dunia sekitar satu setengah tahun lalu," terang Azam. Tubuh Kania lemas seketika, dia masih belum percaya kalau Arav telah tiada.

"Bagaimana mungkin? Secepat itu? Aku tidak tahu saat Mas Arav meninggal, aku tidak bisa melihatnya untuk yang terakhir kali," sesal Kania.

"Sudah, tidak usah difikirkan," pinta Azam.

"Lalu, Isabel? Bagaimana dengan dia? Pasti Isabel sangat terpuruk. Saat aku pergi, Isabel sedang mengandung," tutur Kania.

"Isabel sangat terpuruk dan sedih atas perginya Arav. Dia meratapi kepergian suaminya sampai satu tahun lamanya. Menelantarkan anaknya yang masih berusia sekitar satu setengah tahun saat itu. Nah saat anak Isabel berusia dua setengah tahun, neneknya, ibu Arav, membawa anak Isabel pergi jauh dari Isabel. Bahkan saat dia membawanya dia tidak minta izin terlebih dulu kepada Isabel. Kasihan sekali Isabel," jelas Azam.

"Kasihan sekali nasib, Isabel. Aku jadi tidak tega," sedih Kania. "Terus katanya Isabel sudah menikah kembali, memangnya dengan siapa dia menikah?" tanya Kania.

"Pasti kamu akan semakin terkejut saat mengetahuinya," ucap Azam.

"Memangnya dengan siapa?"

"Denganku," ucap Azam singkat, namun mampu membuat Kania tak berkutik.

"What? Isabel menikah dengan Mas Azam? Haha ... tidak mungkin! Mas Azam pasti bohong," ucapnya tak percaya.

"Ya sudah kalau tidak percaya, bentar ya, akan kuperlihatkan sesuatu yang akan membuatmu percaya," tutur Azam. Azam mengambil ponsel dari saku celananya dan membuka layar ponsel tersebut yang menampilkan potret dirinya bersama Isabel menggunakan gaun pernikahan diatas pelaminan. Kania sudah benar-benar dibuat terkejut dengan semua itu.

"Selama aku ga ada, kenapa banyak sekali kejadian tak terduga. Aku tidak bisa mempercayai ini semua," ungkap Kania.

"Tapi itu kenyataannya," terang Azam.

"Bukankah dulu Mas Azam juga pernah mencintai, Isabel?" tanya Kania sepontan. Azam langsung gelagapan mendapat pertanyaan semacam itu dari Kania.

"Mmm ... emm ...."

"Sudah, tak usah dijawab pun aku sudah tahu semuanya. Terus bagaimana pernikahan kalian? Kalian sudah menikah berapa lama?" tanya Kania.

"Kami sudah menikah sekitar tiga minggu. Pernikahan kami tidak seperti pernikahan pada umumnya," terang Azam.

"Maksudnya?" bingung Kania.

"Isabel tidak bisa menerimaku sebagai suaminya. Dia masih sangat mencintai Arav sampai tidak bisa melupakannya," tutur Azam.

"Uh, malang sekali nasibmu, Mas Azam. Aku sudah bisa menduganya. Akan sulit untuk menghapus rasa cinta Isabel kepada Arav," terang Kania.

"Aku tidak ingin menghapus rasa cinta Isabel kepada Arav, aku hanya ingin Isabel dapat menerimaku dan mencintaiku," ucap Azam.

"Mas Azam tenang saja, aku akan cari cara, dan akan kasih solusi sekarang juga untuk Mas Azam," tutur Kania.

"Bagaimana bisa?" ragu Azam.

"Ishhh ... sudah diam dulu! Aku akan berfikir dulu," ungkap Kania. Kania langsung terdiam memikirkan cara dan mengingat sesuatu tentang kisah cinta Isabel dan Arav dulu sewaktu masih pacaran. Lama Kania berfikir, sampai membuat Azam kesal.

"Hei ... apa sih? Ngelamun ga jelas kayak gitu. Lagi mikir apa?" tanya Azam.

"Mmm ... gimana ya caranya?" fikir Kania. "Aha ... aku ingat Mas Azam. Ada sesuatu yang bisa membuat Mas Azam dapat diterima oleh Isabel, bahkan Mas Azam pasti akan dicintai oleh Isabel," semangat Kania.

"Apa?" ragu Azam.

"Gini Mas, jadi dulu itu Isabel pernah cerita, bahwa dia sangat menyukai cara Mas Arav mencintai dirinya. Isabel juga sangat suka dengan gaya Mas Arav," terang Kania.

"Terus apa hubungannya?" kesal Azam yang merasa dipermainkan oleh Kania.

"Tunggu dulu, Mas Azam. Jadi gini, Mas Azam bisa menirukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Mas Arav. Mmm ... istilahnya Mas Azam plagiat saja. Iya, plagiat. Plagiat cinta. Mas Azam ikutin cara Mas Arav mencintai Isabel, kalau bisa Mas Azam ikutin juga gayanya Mas Arav. Pokoknya Mas Azam harus sama persis seperti Mas Arav. Namanya juga plagiat," usul Kania.

"Plagiat? Apa aku tidak akan mendapat masalah karena menjadi seorang plagiat?" takut Azam.

"Elah, ga akan ada masalah-masalahan. Ini hanya plagiat cinta. Semua hal adil dalam perang dan cinta. Jadi Mas Azam tidak mungkin mendapat masalah apapun. Ayo, Mas, ikutin saran dariku. Jadilah seorang plagiat cinta," kekeh Kania.

Azam mulai memikirkan ide dari Kania, dia masih ragu untuk melakukannya.

"Tapi, aku takut. Aku juga tidak tahu bagaimana cara Arav memberikan cinta untuk Isabel," ucap Azam.

"Aku tahu, jadi aku akan kasih tahu kepada Mas Azam. Sekarang Mas Azam tinggal nurut aja sama aku. Berikan cinta yang sama seperti yang Mas Arav berikan untuk Isabel," ungkap Kania.