Setelah mereka berdua masuk ke dalam mobil, Bima tak kunjung menghidupkan mesin mobilnya juga. Dia terdiam seribu bahasa, tapi itu justru membuat Kania semakin takut dan was-was. Sedari tadi Kania hanya menunduk saja, dia tidak cukup berani untuk menatap bosnya tersebut.
Bima menatap Kania dengan tatapan yang sangat mengerikan. Matanya mulai memerah, tangannya sudah mengepal, Bima menggertakan giginya sampai bibirnya ikut bergetar.
"Kenapa kamu bisa seceroboh itu? Apa kamu sudah bosan kerja dikantor saya? Kamu mau saya pecat? Kamu tahu, gara-gara kecerobohan kamu, saya hampir kehilangan kontrak kerja yang sangat penting. Memangnya ada urusan penting apa sampai kamu lupa akan tanggung jawabmu? Apa yang membuatmu jadi teledor seperti ini?" marah Bima.
Kania masih saja menunduk, dia belum berani untuk menjawab pertanyaan Bima. Memang dialah yang salah. Seharusnya dia tidak seteledor itu.
