Chereads / Plagiat Cinta / Chapter 22 - Melupakan Mas Azam

Chapter 22 - Melupakan Mas Azam

Setelah selesai dengan segala urusannya, Isabel ingin berpamitan kepada Icha dan Pak Amir. Tapi Icha melarang Isabel untuk pergi. Icha ingin Isabel tetap berada di sini. Karena tidak enak, akhirnya Isabel mau untuk berdiam diri dulu sebentar. Tapi dia kembali memikirkan sesuatu, Isabel merasa dia melupakan suatu hal yang sangat penting, tapi apa?

Isabel mencoba mengingat kembali apa yang telah dia lupakan, namun hasilnya tetap sama, dia sama sekali tidak mengingatnya.

'Apa yang aku lupakan? Seperti ada hal yang aku tinggalkan, tapi apa? Aku pusing memikirkan ini semua'. Batin Isabel.

Icha sedang asik memberikan asi kepada bayinya. Sedangkan Pak Amir pergi kesebuah mushola yang terdapat dirumah sakit untuk menunaikan ibadah shalat asar.

Icha menyadari ada sesuatu hal yang kurang di sini. Dia baru sadar bahwa suami Isabel tidak ada bersama dengan Isabel. Icha menjadi kebingungan.

"Mbak," panggil Icha. Dia ingin menanyakan tentang Azam kepada Isabel. Isabel yang merasa dipanggil pun, melirik kearah Icha.

"Ya?" sahut Isabel.

"Mmm ... di mana, suami Mbak? Kenapa dia tidak ikut dengan Mbak? Oh ya, nama suami Mbak Isabel, siapa?" tanya Icha.

Setelah mendengar pertanyaan Icha barusan, Isabel langsung panik. Dia teringat bahwa Azam masih tertinggal didalam mobil. Tadi saat sampai rumah sakit dia terlalu buru-buru sampai melupakan Azam.

"Ya ampun ... Mas Azam, aku lupa. Aku melupakan Mas Azam," tutur Isabel. Isabel segera berlari keluar dari ruangan Icha. Dia tidak memperdulikan pertanyaan Icha. Isabel sangat takut terjadi hal buruk pada Azam. Ini sudah hampir 3 jam dia meninggalkan Azam sendiri didalam mobil. Pasti Azam sudah sangat bosan dan kesal. Dan pasti Azam sudah merasakan lapar dan haus, pasti luka dikakinya juga semakin parah. Isabel sangat merasa bersalah kepada Azam, tidak seharusnya dia melupakan Azam seperti itu.

Ditempat lain Azam sedang mencoba untuk membuka pintu mobil. Tapi dia tidak bisa melakukannya. Isabel menguncinya dari luar. Tadi saat sampai rumah sakit, Azam tertidur, jadi dia tidak tahu kalau semua orang meninggalkannya. Mungkin Azam sangat kelelahan sampai tertidur begitu saja. Setelah sekitar 2 jam dia ditinggalkan didalam mobil, Azam pun akhirnya terbangun dari tidurnya. Azam melihat sekeliling dan menyadari dia berada didalam mobil. Tapi dia merasa heran karena hanya tinggal dia sendiri yang berada didalam. Azam mencari-cari ke mana perginya yang lain. Lalu dia tahu bahwa posisinya berada dirumah sakit, jadi pasti semua orang sudah masuk kedalam rumah sakit. Azam berfikir Isabel tidak membangunkannya karena Isabel merasa kasihan padanya. Jadi Azam yakin bahwa Isabel akan kembali lagi dan membukakan pintu mobil untuknya. Sayang sekali ternyata dugaan Azam salah besar, karena Isabel melupakannya. Azam terus menunggu Isabel didalam mobil, hampir 1 jam dia menunggu Isabel.

Isabel berlarian untuk segera sampai keparkiran. Dan setelah berlari cukup jauh, akhirnya Isabel sampai ketempat Azam berada. Isabel segera membukakan pintu mobil untuk Azam. Terlihat Azam sedang menatapnya dengan tatapan yang menyedihkan.

"Isabel, kenapa kamu meninggalkan, Mas? Mas bosan di sini sendiri. Mas lapar dan haus, kaki Mas juga semakin sakit," terang Azam pada Isabel.

Isabel yang mendengar pengakuan Azam, semakin dibuat merasa bersalah. Isabel sangat tidak sengaja melupakan Azam.

"Maafkan aku, Mas Azam. Aku melupakan Mas Azam. Sungguh tadi aku sangat panik, aku tidak ingat apapun selain Icha," tutur Isabel yang langsung menunduk, tidak berani menatap Azam.

"Jika hanya Icha yang kamu ingat, terus ke napa, Bapak yang kamu tabrak tadi bisa ikut masuk kedalam denganmu?" selidik Azam.

"Pak Amir ... tadi Pak Amir keluar sendiri, jadi sekalian aku ajak. Lagian sih, Mas Azam juga diam terus. Bukannya ikut keluar bersama kami. Ini malah diam terus," ucap Isabel.

"Karena tadi, saat sampai di sini, Mas tertidur. Jadi tidak tahu kalau kita sudah sampai," aku Azam.

"Yah ... maaf, aku ga tahu. Sekarang lebih baik kita kedalam. Luka Mas Azam harus diperiksa Dokter. Mas juga pasti lapar, kan? Ayo cepat Mas, mau aku bantuin untuk keluar dari mobil?" tawar Isabel.

"Tidak perlu. Mas bisa keluar sendiri," terang Azam.

Azam pun segera keluar dari mobil. Dia mengikuti Isabel untuk memeriksa luka dikakinya.

Setelah sampai diruangan Dokter yang akan memeriksa kaki Azam. Azam pun segera diperiksa oleh Dokter. Dokter mengatakan luka Azam tidak begitu serius dan sakitnya juga tidak parah, hanya deman biasa. Hanya saja Azam telat untuk mengobati lukanya, sampai mengakibatkan luka dikakinya menjadi infeksi. Dan Azam jadi terus merasakan sakit. Dokter itu pun memberikan obat pada luka Azam. Lalu dia memberikan resep obat untuk ditebus Azam diapotek.

Akhirnya semua urusan Azam selesai, dia telah diperiksa Dokter. Azam memang masih merasakan sakit dikaki dan seluruh tubuhnya, tapi sekarang sakitnya tidak separah sebelumnya. Azam sudah sedikit membaik.

"Isabel, Mas akan shalat asar dulu. Kamu mau, kan, tebus obatnya sendiri?" tanya Azam.

"Apa Mas Azam perlu bantuan untuk pergi kemushola?" tanya Isabel.

"Tidak Isabel. Mas bisa sendiri," ucap Azam.

"Baik lah, kalau begitu," turut Isabel.

Kini Azam dan Isabel pergi berlawanan arah. Azam pergi kearah kanan untuk kemushola, sedangkan Isabel kearah kiri untuk pergi keapotek, menebus obat Azam.

Sesampainya Isabel didepan apotek, dia segera memberikan resep obatnya kepada petugas apotek. Untung lah saat ini apotek sedang sepi, jadi Isabel bisa langsung dilayani oleh petugasnya.

Saat ini Isabel pergi ketempat semula untuk menunggu Azam. Rencananya setelah Azam kembali dia akan langsung mengajak Azam kekantin rumah sakit dan makan bersama di sana. Karena bukan Azam saja yang belum makan, Isabel pun sama, dia belum makan. Hanya sarapan tadi pagi saja. Sekarang sudah sore jadi Isabel kembali merasa lapar.

Tidak butuh waktu lama menunggu Azam, yang ditunggu pun akhirnya datang juga. Azam kembali dengan wajah yang lebih segar terkena air wudhu. Isabel memperhatikan wajah Azam, bukan karena terpesona, hanya saja dia juga ingin seperti Azam, dapat terkena air wudhu.

Azam yang tahu Isabel sedang menunggunya, dia segera berlari. Sontak saja Isabel menjadi panik melihat Azam yang berlari seperti itu, padahal kakinya masih belum pulih betul.

Isabel memelototkan kedua matanya, dia sangat kesal pada Azam. Seperti anak kecil saja.

"Mas Azam!" bentak Isabel.

"Stttt ... jangan teriak-teriak, Isabel! Ini rumah sakit," larang Azam pada Isabel. Azam menempelkan jari telunjuknya diatas bibir.

Isabel pun menyadari kesalahannya. Tapi dia melakukan itu semua juga karena Azam. Azam yang telah membuatnya kesal, sehingga Isabel harus memebentak Azam.

Isabel langsung mengerucutkan bibirnya kesal. Isabel memperlihatkan wajah cemberutnya pada Azam. Azam sangat gemas melihat semua itu. Azam pun tersenyum kecil.