Di sinilah Livia sekarang, di depan gedung besar yang membuatnya tak bisa berhenti berdecak kagum.
"Ini gedung perusahaan Kakek, jadi kamu jangan melihatku seakan aku pemiliknya oke? Aku hanya bekerja di perusahaan Kakek," kata Adian saat melihat Livia menatapnya dengan tatapan memuja, dan dia cukup tau artinya apa.
"Aku tau kok, Mas. Aku hanya tidak bisa percaya Mas akhinya mau berkerja di sini dan meninggalkan profesi Mas yang menjadi dosen."
"Kamu benar, Vi. Tapi aku ingat betul siapa orang yang membuatku tak punya pilihan lain selain harus memilih di antara dua pekerjaan itu kan? Itu semua karena Livia, istri mungil dan penuh perhatian ini." Meremas pipi gembul Livia dengan gemas.
Livia memasang senyum berdosa dan menutup wajahnya dengan tangan.
"Sudah-sudah, ayo sekarang kita masuk ke dalam. Tak perlu lagi mengingat masa yang telah berlalu, jalani yang sekarang." Membuka tangan yang menutupi wajah Livia. "Aku tidak pernah menyalahkan dirimu, Vi.