Wajah Pangeran Rhysand kini memenuhi matanya. Lelaki itu kembali berkata pelan. Ia menyentuh pundak Audrey dengan lembut. "Audrey, permintaanku ini mungkin bisa saja membuatmu tak lagi sempurna."
Audrey melemas seketika.
Gadis itu meremas ujung roknya, membulatkan tekadnya dalam hati. "Ti, tidak apa-apa Pangeran. Aku tahu mungkin aku gila atau apa. Tetapi, aku ingin adanya surat perjanjian dari Pangeran Rhysand kalau aku telah membayarkan hutang tersebut kepada Pangeran Rhysand secara pribadi, sehingga Pangeran tak perlu menagihnya kepada keluargaku."
"Surat perjanjian?" tanya Pangeran Rhysand.
Audrey mengiyakan. Meskipun otaknya tak waras, jiwanya melayang-layang tak tentu arah. Setidaknya ia memiliki perjanjian di tangan bahwasanya Pangeran Rhysand tak akan mengusik keluarganya lagi!
"Betul, Pangeran Rhysand. Sebuah pernyataan yang mengatakan kalau Pangeran Rhysand tak akan mengusik keluargaku lagi. Selamanya." tandas Audrey.