Si perempuan tetap memikirkan sebuah pemikiran yang positif. Dia yakin kalau badai akan berlalu.
Akan tetapi, bagaimana jika badai itu berlalu dengan akhir yang menyedihkan? Hati yang porak poranda dan juga sebuah jiwa yang mati?
Si perempuan memegangi perutnya. Dia membayangkan sosok lelaki yang dicintainya.
Padahal, kalau diizinkan dia ingin sekali membesarkan bayinya sendiri. Dengan segala penuh kasih sayang. Tak rela kalau dia harus memusnahkan anaknya sendiri.
Tetapi kini, dia harus meninggal dengan bayinya.... Rasa sakit yang dahsyat menjalari hati perempuan tersebut.
Seketika itulah, Pangeran Alfonso datang dengan wajah bengisnya.
"Kenapa dia diam saja?!! Cepat bawa ke bagian tengah alun alun!" teriak Pangeran Alfonso.
Dengan adanya titah dari Sang Pangeran, penjaga di sana semakin giat memaksa si perempuan untuk berjalan ke tengah.
Dengan berbagai macam tendangan, barulah si perempuan berjalan separuh mengesot dengan tertatih tatih ke bagian tengah.