Senja masih asik bercengkrama dengan masa lalu, sejujurnya aku pun senang terlebih melihat senja, karena aku tidak pernah berpamitan pada nya saat aku pindah ke Jakarta
Bahkan aku tidak pernah menghubungi nya,
Dia adalah teman terbaik ku selama SMA dulu..dia bahkan pernah mengingatkan ku tentang sikap buruk Dion,
Tapi lagi-lagi aku tak mengindahkan peringatan nya.. justru aku terjebak dalam permainan gila pria itu
Dia mempertaruhkan ku demi sebuah mobil, bahkan rela menghancurkan masa depan ku demi ambisi gila nya
Seandainya aku mendengar kan ucapan senja dulu.. mungkin hal ini tidak akan terjadi
Mungkin pula ayah dan ibu ku masih hidup hingga sekarang,
Aku menghembuskan nafas berat dan menggenggam tangan senja
" Kamu udah nikah" tanya ku berbalik
Senja tertawa lebar cekikikan " belum lah..aku pengen calon suami yang tampan tapi aku tahu diri kalo aku tuh standar" sahutnya
Aku kembali tertawa, senja benar-benar tidak berubah, dia masih ceplas-ceplos seperti dulu