Raiden duduk di sofa berwarna ungu tersebut, diikuti oleh Leyna yang duduk pula di sampingnya. Pandangan mata Raiden terus menatap lekat, ke wajah mungil yang cantik milik Leyna. Yang terlihat pasrah, mengikuti keinginan Raiden saat ini.
"Ah dasar, buaya darat! kau tahu saja barang bagus Raiden. Kau tarik duluan tanpa persetujuan kami terlebih dahulu, hehehee!" seru Om Bernadus sambil tertawa lepas menggoda.
"Baiklah, kalau begitu aku bersama denganmu saja manis! Siapa namamu?" tanya Om Bernadus dengan gayanya yang super genit kepada Carolina. Sambil tangannya langsung merangkul pinggang Carolina, lalu menarik mendekati tubuhnya.
"Namaku Carolina Om!" jawab Carolina sambil tersenyum genit dan bergaya manja. Om Bernadus nampak suka sekali, dengan sikap Carolina seperti ini.
"Kalau begitu, aku bersamamu Ayu!" ujar Virgo sambil tersenyum, dan menggenggam tangan Mbak Ayu. Kemudian mereka berempat duduk di sofa, berjajar dengan Raiden dan juga Leyna.
"Ingin aku setelkan lagu, atau mau pesan makanan dan minuman terlebih dahulu Mas Virgo?" tanya Mbak Ayu sambil tersenyum ramah.
Sebelum Virgo menjawab pertanyaan Mbak Ayu, Raiden terlebih dahulu memotong pembicaraan mereka.
"Sebentar Ayu, masih adakan room lain yang masih kosong?" tanya Raiden.
"Tentu saja masih ada Mas Raiden, room tersebut persis berada di samping room ini. Apakah kau ingin memesan room tersebut untuk digunakan sendiri?" tanya Mbak Ayu.
"Ya aku ingin memesannya untuk aku gunakan, tapi bukan sendiri Ayu. Aku akan menggunakannya berdua dengan Leyna!" jawab Raiden sambil menyeringai dan melirik nakal kearah Leyna.
"Wow, luar biasa langkah yang kau lakukan Bro Raiden! Langsung saja kau mau berpisah dengan kami, dengan memesan ruangan special untuk dirimu heheee," komentar Virgo sambil tertawa menggoda.
"Lakukanlah hal yang sama denganku jika kau memang ingin Virgo, jangan banyak bicara!" ujar Raiden sambil tersenyum tipis, lalu kembali berbicara dengan Mbak Ayu.
"Ayolah Ayu, kau antarkan aku terlebih dahulu ke ruangan tersebut. Setelah itu kau kembali kesini, dan kau Leyna! Ikutlah denganku!" perintah Raiden dengan tegas.
Kemudian Mbak Ayu segera keluar dari dalam ruangan tersebut, diikuti oleh Raiden dan juga Leyna. Di sepanjang perjalanan menuju ke room sebelah, jantung Leyna berdegup dengan sangat kencang sekali.
"Ya Allah! apa yang akan dilakukan lelaki berotak mesum ini terhadap diriku, di room privacy itu nanti? Apa yang harus aku lakukan? Seumur hidupku, pacaran saja aku belum pernah. Apalagi harus melayani seorang lelaki seperti saat ini? Ya Allah, lindungi aku!" jerit Leyna di dalam hatinya ingin menangis.
Hanya beberapa langkah kaki saja, akhirnya mereka pun tiba di dalam room sebelah dan langsung masuk ke dalamnya.
"Ini dia room tersebut Mas Raiden, apakah ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya Mbak Ayu sambil tersenyum dan sedikit melirik ke arah Leyna, yang saat ini terlihat gugup dan nampak sibuk. Sesekali Leyna berusaha menarik rok pendek yang dikenakannya, agar sedikit memanjang ke bawah.
Tapi tentu saja hal tersebut sia-sia saja, karena ukuran rok berwarna kuning tersebut memang sudah memiliki ukuran yang pas, 5 centimeter di atas dengkul.
Parahnya lagi Leyna memiliki bokong yang berisi, sehingga membuat posisi rok tersebut semakin naik ke atas, sehingga semakin memperlihatkan pahanya yang putih mulus.
"Kalau begitu tolong pesankan cemilan dan juga minuman untuk kami Ayu," pinta Raiden sambil tersenyum.
"Kau ingin memesan minuman apa Mas Raiden? Apakah segelas anggur merah atau ...."
"Aku memesan soft drink saja, apakah kau ingin memesan anggur merah Leyna?" tanya Raiden sambil tersenyum tipis, menoleh ke arah Leyna.
"A-aku, minuman apa saja!" jawab Leyna cepat, dengan nada suara yang terdengar gugup sekali.
"Berarti segelas anggur merah kau tidak masalah Leyna?" tanya Raiden sambil tersenyum menggoda.
"Se-segelas anggur merah? Oh, jangan! Maksudku, aku memesan soft drink saja Mbak Ayu!" ujar Leyna nampak terkejut, dengan pertanyaan Raiden tersebut.
"Nah jawablah seperti itu, jadi lebih jelas!" ujar Raiden sambil kemudian duduk di sofa.
"Baiklah kalau begitu, aku akan menyuruh seorang Office Boy. Untuk mengantarkan semua pesanan Mas Raiden kesini, tunggu sebentar ya. Kau bekerjalah dengan baik Leyna!" pesan Mbak Ayu sambil tersenyum, nampak mengingatkan Leyna.
Mbak Ayu bergegas keluar dari room tersebut. Setelah Mbak Ayu keluar, Leyna nampak berdiri gugup penuh kebingungan.
Sedangkan Raiden terus menatap Leyna dengan pandangan mata yang tajam, sambil sesekali tersenyum tipis.
"Kau kenapa Leyna? Seperti orang yang kebingungan saja? Hehee!" tanya Raiden sambil tertawa kecil, dan memeluk kedua tangannya di dada.
"Maaf, apakah Mas Raiden ingin aku setelkan lagu?" tanya Leyna berusaha tersenyum, untuk menghilangkan rasa gugupnya.
"Apakah kau bisa bernyanyi?" tanya Raiden sambil mengerutkan keningnya, sambil tetap tersenyum tipis.
"Tentu saja aku bisa!" jawab Leyna dengan cepat dan penuh percaya diri.
Saat ini Leyna merasa sangat beruntung sekali, karena menjadi seorang guru seni budaya yang memiliki kemampuan bernyanyi dengan baik.
Bahkan dulu sejak SD, Leyna seringkali memenangkan kejuaraan menyanyi jika mengikuti sebuah kompetisi.
"Kalau begitu, aku ingin melihat kau bernyanyi Leyna, sambil duduklah di sampingku! Tapi sebaiknya, kau memanggil aku dengan sebutan "Raiden" saja. Tidak perlu embel-embel "Mas" di depan namaku," pinta Raiden, lebih terdengar seperti sebuah perintah.
"Ba-baiklah ... Raiden!" jawab Leyna sambil tersenyum semanis mungkin, kemudian mempersiapkan sebuah lagu. Yang akan dinyanyikannya saat ini, sesuai dengan keinginan Raiden.
Sebuah tembang lawas dari Group Band Dewa yang berjudul "kangen", menjadi pilihan Leyna untuk dibawakannya.
Setelah lagu siap, Leyna bergegas duduk di samping Raiden, sambil bersiap menyanyikan lagu tersebut.
Pada saat Leyna bernyanyi, Raiden terus memperhatikan Leyna dari ujung kepala, hingga ujung kaki tanpa berkedip.
Saat ini Leyna merasa bulu kuduknya terus merinding, di sertai perasaan gugup yang sangat sulit dihilangkan.
Bagaimana tidak, seorang lelaki asing, berpostur tubuh proporsional, dengan raut wajah indonya yang sangat tampan. Saat ini terus memandangi sekujur tubuhnya, dengan tatapan mata yang sangat liar tanpa bisa di cegah.
Selesai Leyna menyanyikan lagu tersebut, nampak Mas Yopi memasuki room sambil membawa makanan dan minuman pesanan Raiden. Lalu langsung meletakkannya di atas meja, kemudian Mas Yopi kembali meninggalkan ruangan tersebut.
"Apakah kau sudah lama bekerja di tempat ini Leyna? Sudah berapa lelaki yang kau layani di atas ranjang?" tanya Raiden sambil tersenyum jijik menatap kepada Leyna, sebuah pertanyaan yang sangat mengejutkan bagi Leyna.
Sebenarnya Leyna sangat malu, dan terhina sekali mendengar pertanyaan tersebut, yang di tujukan langsung kepada dirinya.
Ingin rasanya Leyna menggampar wajah tampan Raiden, dihadapannya saat ini. Tapi Leyna kembali mengingat wajah Ibunya dan juga adiknya Gendis, yang saat ini berada di ruangan UGD.
Jika Leyna melakukan hal itu, siapa yang akan membantu dirinya mencari uang untuk memenuhi kebutuhan kedua orang, yang sangat berarti dalam hidupnya tersebut? TIDAK ADA! Kecuali dirinya sendiri yang harus berjuang untuk itu.
Menyadari kenyataan yang dihadapinya saat ini, Leyna hanya dapat menatap dengan binar mata penuh kesedihan kearah Raiden. Kemudian berusaha menguatkan hati, dengan tersenyum semanis mungkin lalu menjawabnya.