Chereads / Hello December / Chapter 4 - Menunggu

Chapter 4 - Menunggu

"Jean! dimana Kaneki?!" bentak Tasya lengkap dengan seragam SMA dan tas dipundaknya. Setelah jam sekolah berakhir, rupanya Tasya tidak langsung pulang kerumah, melainkan mampir sebentar ke toko ayahnya untuk melihat pujaan hatinya. Dengan alasan menguncapkan terimakasih pada Kaneki karna sudah mengantarkan bekalnya kesekolah.

"Berisik! apa kau tidak melihatku sedang bekerja?!" bentak seorang pria yang sibuk melayani pembeli.

Jean Nomaguchi, pria tampan berbadan kekar dan tinggi berusia 27 tahun, dia sudah bekerja di toko pak Hendry selama 3 tahun lebih. Tasya dan Jean sudah seperti Tom & Jerry selalu saja membuat keributan saat bertemu. Meskipun Jean tampan, Tasya sama sekali tidak pernah tertarik dengannya, baginya Jean terlihat seperti budak yang bekerja di toko ayahnya, sedangkan Kaneki terlihat seperti seorang menantu yang bekerja meringankan pekerjaan mertuanya mengurus toko miliknya.

"Aku hanya bertanya!" ujar Tasya dengan muka sinisnya.

"Ah sudahlah! mau apa kau kemari?! cebol seperti dirimu tidak pantas berkeliaran dimanapun! kau tau banyak pedopil dikota ini, kau bisa saja diculik nanti, ayok cepat pulang minum susu dan tidurlah! hahaha..." ejek Jean dengan tawa terbahak-bahak.

Tasya memang pendek dan berbadan kecil, tangannya yang mungil dan kakinya yang kecil ditambah pipi yang cabi membuatnya terlihat seperti anak berumur 13 tahun, dan Jean terus mengejeknya dengan sebutan cebol.

"Aku bersumpah akan memecatmu Jean!" ucap Tasya dengan nada marah dan tangan mengepal.

"Eh memangnya kau siapa? bisa memecatku sembarangan! dengar, siKaneki itu sudah pergi pagi-pagi sekali dan belum kembali sampai sekarang, apa kau tidak melihat dari tadi hanya aku yang meladeni para pembeli! dan Bossku itu, maksudku ayahmu, dia tidak membantuku dan pergi entah kemana!" ujar Jean kesal yang mengurus toko sendiri dari tadi pagi.

"Mau kuadukan pada ayahku?!" ancam Tasya dengan kaki yang jingkit dan mata bulat itu melotot menatap tajam muka Jean yang berdiri didepannya, terlihat seperti seekor kelinci yang menakuti serigala. Tentu saja serigala itu tidak takut sama sekali padanya!.

"Dasar cebol?" balas Jean pergi meninggalkan Tasya dan menghampiri pembeli yang melihat-lihat barang ditoko.

SiJean itu memang tidak berguna! kenapa ayah terus mempekerjakannya?! menjengkelkan! batin Tasya. Tak lama setelah pertikaian kecil yang terjadi antara Jean dan Tasya, Kaneki datang! wajah Tasya yang tadinya kesal tiba-tiba berubah tersenyum manis melihat pujaan hatinya itu datang.

"Kaneki, akhirnya kau datang juga," ucap Tasya berlari menghampiri Kaneki yang baru sampai didepan pintu toko.

"Tasya sedang apa kamu disini?" tanya Kaneki heran

"Se--benarnya, aku ingin mengucapkan terimakasih, karna kamu sudah mengantarkan bekalku tadi," ucap Tasya malu-malu.

"Sama-sama, Tasya lebih baik kau pulang dulu dan ganti pakaianmu." Ucap Kaneki. Mendengar Kaneki menyuruh Tasya pulang, Jeanpun sontak bereaksi mendengar tasya seperti diusir secara halus oleh Kaneki.

"Kaneki seharusnya kau berkata seperti ini. Sedang apa kau disini?! pulang sana cebol!. Hahaha..." ejek Jean dengan tawa puas karna telah mengejek musuhnya.

"Jean aku jijik melihat senyummu itu! menjijikan!" gumam Tasya dengan wajah penuh dendam berlari keluar toko dan pergi pulang kerumahnya dengan tangan mengepal dan raut wajah yang penuh amarah!.

"Jean apa yang kau katakan?! dia hanya anak kecil!" ucap Kaneki yang kesal dengan perlakuan Jean.

"Kaneki sudahlah biarkan saja dia, dan kau! kau dari mana? akhir-akhir ini kelakuanmu sudah seperti Boss saja! maksudku pak Hendry, dia pulang dan pergi tanpa permisi, memangnya dia itu siapa? Boss sebuah perusahaan? menjengkelkan!" ujar Jean kesal.

Tiba-tiba seorang pembeli datang menghampiri meraka. "Aku ingin membeli sepatu itu, tolong dikemas segera," ucap seorang wanita yang ingin membeli barang bekas layak pakai disana.

"Baik, barang akan segera dikemas, untuk pembayarannya mari ikut saya kekasir," ucap Kaneki dan pergi meninggalkan Jean.

"Barang disini masih bagus-bagus dan layak untuk dipakai," ucap seorang perempuan yang berdiri didepan kasir menunggu sepatunya dikemas.

Awalnya toko pak Hendy memang menjual barang bekas, seperti sepatu dan pakaian yang sudah tidak muat atau tidak digunakan lagi oleh pemiliknya dan mereka dijualnya ke toko pak Hendry. Tapi setelah Kaneki bekerja di tokonya, pak Hendry mulai menerima barang-barang elektronik yang rusak dan Kaneki perbaiki untuk kemudian dijual kembali dengan harga miring dan bergaransi.

"Ini sepatunya, terimakasih banyak sudah datang kemari, ajak teman-temanmu lain kali. Aku akan memberikanmu diskon nanti," ucap Kaneki pelan.

Sebenarnya selama ini Kaneki selalu memberikan diskon secara diam-diam kepada para pembeli tanpa sepengetahun pak Hendry. Semua itu ia lakukan semata-mata untuk menarik pembeli agar datang ketoko pak Hendry dan menjadi pelangganan tetap disana.

"Baiklah, aku akan mengajak teman-temanku kemari nanti, sampai jumpa," melambaikan tangan dan pergi meninggalkan toko.

"Jean aku akan pergi memperbaiki beberapa barang dibelakang, jika ada telpon dari seorang wanita yang mesin cucinya rusak, tolong panggil aku secepatnya oke!" ucap Kaneki dan pergi kegudang.

Pekerjaan Kaneki memang kebanyakan digudang memperbaik barang-barang rusak disana untuk dijual kembali, tapi sesekali dia juga bekerja dikasir membantu temannya itu yang selalu mengeluh dirinya kelelahan menjaga toko sendirian, padahal pekerjaannya hanya duduk dikasir dan menunggu pembeli membayar belanjaannya.

"Baiklah pergi sana, tunggu! bagaimana aku tau seseorang yang menelpon toko ini mesin cucinya rusak atau tidak?" ujar Jean yang kebingungan.

Sementara itu dirumah pak Hendry.

Bugh!

Tasya membanting tasnya kekursi yang berada di ruang tengah rumahnya, dengan muka kesal dan rambut yang sedikit berantakan. Semua itu efek dari dendam yang membeludak pada Jean yang telah mengejeknya di depan Kaneki, pria yang dia sukai.

"Aku bersumpah jika aku punya kekuatan sihir aku akan mengutuknya!. Aaaaa....!!!" teriak Tasya, mengacak-ngacak rambutnya dengan kedua tangan.

"Ada apa putriku? ada apa dengamu?" ucap ibu Tasya yang panik menghampiri putrinya.

"Ibu, kenapa ayah tidak memecatnya? kenapa ayah masih mempekerjakannya?!" rengek Tasya yang langsung memeluk ibunya.

"Putriku ada apa? siapa yang kau maksud?" tanya ibu Tasya sembari mengelus-elus putrinya didekapannya.

"Itubu siapa lagi kalau bukan Jean! seharusnya ayah memecatnya!" rengek manja Tasya pada ibunya.

"Ada apa dengan Jean? dia anak yang baik. Apa kau tau dia pernah menolong ibu saat membawa barang belanjaan di pasar, dia juga ramah pada pembeli ditoko, dia anak yang rajin dan baik hati, dan kenapa ayahmu harus memecatnya?" mendengar hal itu tasya sontak melepaskan pelukannya.

"Ibu Jean selalu menghinaku! aku tidak suka padanya," rengak Tasya pada ibunya.

"Apa mungkin dia menyukaimu? bisa saja sebenarnya dia menyukaimu dan untuk menutupinya dia bersikap seperti itu padamu," ucap ibu Tasya dengan wajah berseri-seri.

Ya tuhan apa ini? ibuku sepertinya menyukai Jean, bisa-bisanya dia tersenyum seperti itu saat mengatakan si Jean itu menyukaiku, padahal aku sudah bilang kalau dia menghinaku. Harusnya dia marah putri kesayangannya dihina seperti itu!. Batin Tasya dengan ekspresi datar berjalan pergi kekamar dan meninggalkan ibunya.

"Tunggu! Tasya ibu belum selesai bicara! Tasya Jean pria yang baik, percayalah pada ibu--" teriak ibunya Tasya melihat anaknya pergi kekamar.

***

Hari berlalu begitu saja, tak terasa Jam menunjukan pukul 19.00, toko pak Hendry yang berda di pinggir jalan sudah ditutup 5 menit yang lalu, Jean yang kelelahan melayani pembeli seharian mulai membereskan toko dan memakai jaketnya bergegas pulang kerumah untuk istirahat.

"Kaneki, apa kau yakin akan menginap disini?" tanya Jean pada Kaneki yang sibuk membetulkan kipas angin digudang.

"Tentusaja, aku sudah bicara tadi dengan pak Hendry dia juga memberiku kunci tokonya, lagi pula pekerjaanku masih banyak disini," ucap Kaneki yang tidak memalingkan pandangannya sedikitpun dan pokus dengan kipas angin didepannya yang sedang ia perbaiki.

"Baiklah kalau begitu, jangan lupa kunci pintu tokonya dari dalam! Kaneki apa aku harus mengunci pintu rumah juga?" tanya Jean.

Kaneki dan Jean memang tinggal bersama di rumah kecil yang Jean sewa. Awalnya Kaneki tinggal di gudang toko dan tidur dengan barang-barang bekas disekelilingnya. Jean yang kasihanpun mengajaknya tinggal bersama dengan syarat Kaneki harus membayar 60 persen uang sewanya dan ia yang membayar sisanya.

Kaneki dulu tinggal dirumah sewa bersama ayah dan ibunya, setelah kematian ibunya dia tidak punya tempat tinggal dan terpaksa tinggal di markas port mafia, dan saat keluar dari sana iapun tidak punya tempat untuk ditinggali. Semua upah yang ia dapat selama bekerja menjadi anggota port mafia, Kaneki sumbangkan kebeberapa panti asuhan tanpa menyisakan nominal sedikitpun!.

Mulai saat ini, detik ini, aku akan memulai hidup baruku, aku tidak peduli jika masalalu kelam itu terus mengikutiku dari belakang, aku hanya ingin terbebas dari jerat yang mengikat tubuhku selama bertahun-tahun! batin Kaneki dengan langkah kaki yang pergi meninggalkan markas port mafia satu tahun yang lalu.

Dua hari setelah Kaneki keluar dari port mafia dia berusaha mencari pekerjaan, berkeliaran dijalanan tanpa tempat tinggal, saat malam hari kaneki tidur di depan toko, pagi harinya dia terbangun dan melihat pria berdiri dihadapannya. Pak Hendry yang baik hati itupun mengajak Kaneki masuk kedalam toko memberi dia makan dan pekerjaan. Sejak saat itulah dirinya memulai kehidupan barunya yang saat ini sedang ia jalani.

"Kau tidak perlu mengunci pintunya, aku tidak akan pulang. Tunggu, Jean apa wanita itu menelpon tadi?" tanya Kaneki.

"Siapa? ah wanita yang mesin cucinya rusak? tidak ada, semua yang menelpon toko ini kutanyai, apa mesin cuci mereka rusak? mereka semua menjawab tidak," ujar Jean yang berdiri dihadapan Kaneki.

"Baiklah, jika sudah selesai pergilah keluar dan beli makanan didekat toko, jangan buat dirimu kelaparan dan kedinginan sendirian ditempat ini! kalau begitu aku pulang dulu. Selamat malam Kaneki." Ucap Jean dan pergi meninggalkan Kaneki yang sedang memperbaiki kipas angin digudang.

Setelah Jean pergi Kaneki menaruh obeng ditangannya dan meletakannya dimeja, Kaneki tiba-tiba terdiam begitu saja dengan pandangan kosong, dan pikiran yang seakan dihantui rasa penasaran pada perempuan yang ia temui tadi siang!

Siapa dia? kenapa hatiku tidak tenang saat memikirkannya! aku yakin aku pernah melihat wajah itu disuatu tempat! batin Kaneki.

Semua pertanyaan itu pasti akan terjawab seiring bergantinya pagi, siang, dan malam. Kaneki hanya perlu menunggu saat itu tiba, saat dimana dia mengetahui tentang semuanya! Kaneki hanya harus siap menerima kebenaran yang akan terungkap suatu saat nanti!.