Sementara kenakalan adik bungsunya yaitu Badai, selalu membuat khawatir ayah dan ibunya, ia selalu bermain dari ujung hutan ke Ujung hutan lainnya, keingintahuannya akan dunia luar selalu di ocehkan nya kepada sang kakak.
Sementara ayah mereka membuat larangan pada penduduk suku hutan Suci anggrek hitam ini,mereka dilarang keluar terkecuali mendapatkan izin darinya.
mereka tidak pernah tahu suatu hari karena keingintahuan putra bungsu ketua suku ombak ini, akan membawa petaka bagi hutan Suci anggrek hitam, saat ini keseharian mereka penuh dengan riang gembira Negeri aman dan tentram, sepertinya hutan ini seperti sebuah negeri yang tersembunyi sebuah Surga Tersembunyi yang tidak terjamah oleh orang lain ataupun diketahui oleh dunia luar.
Badai Masih berenang di Danau Indah yang berhulu pada sebuah sungai, dengan ujungnya sebuah air terjun yang tinggi, Danau ini berada di dataran tinggi, sementara ujungnya adalah sungai. Sungai itu memiliki sebuah air terjun yang lumayan cukup tinggi, Badai, yang memang memiliki rasa keingintahuan yang sangat besar ini, ia ingin tahu bagaimana rasanya terjun dari atas air terjun yang tinggi itu.
"Badai....???? Apa yang kau lakukan aku bilang berhenti di sana..!!!" teriakan kakaknya yang tidak diindahkan oleh badai anak remaja ini begitu antusias berenang ujung sungai yang berujung sebuah air terjun yang menukik tinggi ke bawah.
"Kakaaaakkk....? Aku ingin melompat dari sini..!" jawab sang adik, ya langsung berdiri di tengah-tengah sungai yang deras itu, pada sebuah batu tinggi yang berada di puncak Sungai, ia ingin terjun menembus derasnya air terjun, lalu ia ingin melompat.
"Badaaaaiiii.....?? berhentiiii.....!!!" teriakan Awan, yang semakin kencang hingga membuat penduduk desa hutan Suci anggrek hitam ini, menoleh kearah mereka, Sebab di sungai itu bukan hanya mereka berdua yang ada, ada sebagian nelayan yang sedang memancing ikan, ikan segar yang berada di sungai itu.
"aku melompaaaattttt...!!! ucap Badai sambil berteriak Langsung Melompat menukik ke bawah dasar kucuran air terjun yang sangat tinggi itu setinggi 20 meter.
Sementara sang kakak sudah sangat khawatir kalau terjadi sesuatu pada adik laki-laki satu-satunya ini, sebab sang ayah hanya memiliki mereka berdua sebagai penerusnya sementara ketujuh Putri, yaitu adik perempuan nya memiliki tugas-tugas lain.
Awan Langsung Melompat ke dalam Sungai berenang dengan cepat mencari keberadaan adiknya yang baru saja melompat dan mencoba menyelam ke dasar air terjun, Ia takut adiknya tenggelam atau membentur batu, sebab Awan tidak ingin kehilangan adik lelaki satu-satunya ini.
"Badai...? Badai...??? Kau di mana Badai...?" teriakan Awan, yang mencari adiknya ini ketakutan kalau Ayahnya tahu bahwa terjadi sesuatu dengan adiknya pasti akan disalahkan , dan Ini bukan tentang rasa takut kalau iya disalahkan, tapi ia sangat menyayangi Adik lelaki satu-satunya ini.
"byuurrr....,, lompatan sang adik, yang keluar dari dalam air mengagetkan kakaknya yang sedang mencari nya saat berenang dan menyelam mencarinya.
" Badai..? Apa kau tidak apa-apa...?kepalamu tidak membentuk sesuatu..?" pertanyaan Awan yang memberondong Badai, yang baru saja keluar dari dalam air ini, sungguh petualangan dan pengalaman yang sangat menyenangkan bagi adiknya ini, di usia ini rasa keingintahuannya sangat tinggi, Badai seperti tidak memiliki rasa takut sama sekali, sedangkan tinggi air terjun itu sekitar 20 meter, mereka yang melihat lompatan Badai pun, sangat ketakutan sebab dasar air terjun itu memiliki bebatuan.
seluruh penduduk berkumpul di pinggiran sungai itu, ingin melihat Putra kepala suku mereka, mereka sangat khawatir akan keselamatan Badai.
" Putra kepala suku..? Bagaimana dengan adikmu Apakah ia baik-baik saja? " tanya seorang lelaki paruh baya yang berprofesi sebagai nelayan, ia sedang menjaring ikan di daratan Sungai tapi ia pun menyaksikan Bagaimana badai melompat dari atas air terjun yang sangat tinggi itu.
" dia tidak apa-apa Paman Jangan khawatir..!" Jawab Awan, yang sedang menarik tangan adiknya ini untuk keluar dari dalam Sungai, awan begitu khawatir akan keselamatan adiknya ini hingga ia marah-marah mengomeli adiknya ini.
" Badai..? Apa yang kau lakukan...? Bagaimana kalau kepalamu membentur batu yang berada di dasar sungai itu.? kalau kau mati apa yang akan kau katakan pada Ayah...?" ucap Awan yang seperti kebakaran jenggot, ia melihat seluruh tubuh adiknya ini membolak-balikkan badannya sementara badai hanya terkikik melihat kekhawatiran sang kakak.
" Jangan tertawa...! aku tidak ingin kau terluka, Awas saja kalau ada luka di tubuhmu Aku tidak akan membantumu lagi, melepaskan diri dari semua masalah yang kau timbulkan..., dan aku akan mengadukan semuanya pada Ayah...!" ancam Awan. sedangkan yang sebenarnya ia sangat khawatir ya takut kalau adiknya terluka langsung menyeret adiknya itu untuk pergi ke seorang dukun di Suku hutan Suci anggrek hitam ini.
" Paman dukun, Tolong lihat badan adikku ini apakah ada tulang yang patah..? Aku tidak ingin Ayah khawatir, apalagi Ibuku akan berteriak dan menangis, kalau tahu anak kesayangannya ini melompat dari air terjun..!" ucap Awan, yang berkata seperti tidak ada jeda dan komanya, Iya sendiri sangat khawatir pada adiknya ini hanya ditutupi dengan ocehannya ini.
" Tenanglah Putra kepala suku, aku akan memeriksa tubuh adikmu..!" jawab Sang dukun sakti ini, ia menerawang dengan kekuatannya pada tubuh Badai seperti memindai. Apakah ada tulang yang patah atau luka dalam yang tidak diketahui.
" Putra kepala suku adikmu tidak apa-apa tapi jangan lakukan itu lagi keberuntungan hanya datang satu kali meskipun hutan suci ini dilindungi oleh kekuatan leluhur kita, kita sendiri harus melindungi tubuh kita agar jangan terluka..!" Ucap Sang Dukun sakti, yang bertugas sebagai dokter di Suku anggrek hitam, yang bertindak sebagai tabib penyembuh yang dapat mengobati penyakit fisik ataupun penyakit magis seperti kesurupan.
" Putra Kedung kepala suku sebaiknya jangan kau ulangi lagi, Lihatlah kakak Tertuamu kamu sangat khawatir..!" ucap Sang Dukun Sakti ini.
" Baik Paman dukun, jawab Badai yang tertunduk, Ia menyesal telah membuat semua orang hawatir dan ia pun meminta maaf kepada sang kakak.
" Kakak maafkan aku "ucap Badai
" aku tidak butuh Maafmu adik...! aku ingin kau Berhenti membuatku khawatir. Apa kau tahu pekerjaanku terbengkalai..? Lihatlah aku belum mengecek seluruh hewan-hewan yang ada di perbukitan..! semua ini gara-gara dirimu, hari sudah semakin sore mengapa kau selalu membuatku khawatir setiap harinya...?" Ucap Awan yang sedang memarahi Badai ini.
tak lama Ia pun bergegas langsung menuju perbukitan Ia melompat dari sisi ke sisi dengan ilmu sihir yang telah Ia pelajari dari gurunya, sebagai seorang calon pemimpin di dalam suku hutan Suci anggrek hitam ini mudah sekali baginya untuk melintas di antara hutan hutan lebat ini, dan langsung menuju perbukitan yang sangat jauh dari sungai, apalagi jauh dari rumahnya sendiri, sementara sang Adik kini berada di rumah dukun sakti.
" Putra kedua kepala suku kakakmu telah menitipkan mu pada ku, jadi Berhentilah membuat onar...!!" Ucap Sang Dukun sakti, ternyata Ia pun sedang kerepotan membuat ramuan herbal untuk penduduk suku hutan Suci anggrek hitam, di musim penghujan penyakit seperti flu, dan demam sudah biasa ia buat ramuan itu.