Setelah pagi menjelang, Tama terbangun dari tidur nya dan memijit - mijit kepala nya yang sangat sakit bukan main. Mungkin dia sudah sangat pengar pagi itu. ia kemudian mulai membuat sup untuk ia santap dan juga menghilangkan rasa pengar nya. Setelah ia menyantap makanan nya ia pun mulai mengambil ponsel nya untuk ia mainkan. saat ia sedang melihat foto - foto di galeri nya ia melihat ada satu foto nya bersama dengan Hany. foto yang begitu terlihat mesra. di foto itu tampak Tama yang sedang merangkul Hany dan kedua nya pun tersenyum lebar menandakan saat itu mereka terlihat sangat bahagia.
Tama mulai mengingat lagi kisah nya bersama Hany. Tama begitu sangat merindukan Hany. kemudian tama mulai melihat media sosial nya dan mencoba mencari tahu tentang Hany. ia pun menemukan akun media sosial Hany dan mulai melihat - lihat nya. disana hanya nampak foto - foto pemandangan dan kegiatan yang Hany lakukan sehari - hari. Tama tidak melihat lagi foto - foto nya disana.
Namun ia melihat satu foto yang lumayan membuat ia sedikit terkejut. ada sebuah foto liontin yang berbentuk hati yang terbuat dari bahan emas. liontin tersebut merupakan pemberian Tama kepada Clara beberapa hari sebelum keberangkatan nya ke kapal pesiar.
Dalam caption nya tertulis " sampai kapan pun hanya kamu satu - satu nya " . kata kata tersebut membuat Tama seketika heran. dari skian banyak foto mereka berdua yang di upload dahulu semuanya terhapus tanpa sisa, namun foto tersebut masih di pajang di beranda nya dan tidak di hapus oleh nya. Tama merasa apakah mungkin sebenarnya Hany masih memikir kan nya atau mungkin foto itu memang tidak sengaja terlewat untuk di hapus.
Tama mulai berpikir dan berasumsi sendiri. Tama ingin sekali menghubungi Hany. terakhir kali ia menyimpan nomor ponsel Hany di ponsel lama nya dan ponsel lama nya kini sudah tidak ada karena ia sudah lama menjual nya.
Akhirnya Tama mencoba berkomunikasi lewat media sosial nya dengan mengirim pesan lewat pesan langsung yang ada di profile media sosial nya Hany. awal nya Tama hanya sekedar menyapa menanyakan kabar. Tama masih menahan diri nya untuk bertanya lebih jauh lagi. ia pun akan menunggu dengan sabar sampai Hany membalas pesan nya tersebut.
****
Hany bangun sangat siang hari itu. memang kemarin ia tidak terlihat sangat mabuk. namun karena ia minum ckup banyak, ia pun merasa pengar karena efek konsumsi alkohol yang berlebihan. Hany kemudian mulai bangun dari tempat tidur dan pergi menghampiri kulkas untuk mengambil sebotol air. nampak di atas meja sebuah mie instan yang di tinggal kan oleh Hilda dan juga secarik pesan yang bertuliskan " silahkan hilangkan pengar mu dengan ini. aku pergi bekerja lebih awal ". melihat pesan teman nya tersebut Hany hanya tersenyum kecil dan mulai memasak mie tersebut.
Saat ia memakan nya, Hany pun mengambil ponsel nya untuk melihat pesan dan panggilan masuk. begitu banyak pesan dan panggilan masuk yang bukan lain dari kantor nya. sebetul nya hari ini Hany harus nya pergi bekerja. namun ia terpaksa izin karena ia merasa tidak sehat hari ini. ada beberapa pesan juga yang di tinggalkan oleh Vino namun Hany tidak langsung membaca nya.
Kemudian ada satu notifikasi dari akun media sosial nya. ia pun penasaran dan membuka nya. setelah ia melihat profil pengirim nya ia cukup terkejut hingga tersedak mie yang sangat pedas. Hany bergegas mengambil air yang minum dan meminum nya dan kembali melihat ponsel nya.
" Ada apa dengan pria ini? kemarin ia sangat menjaga jarak dengan ku. dan ia pun seperti nya berusaha untuk tidak dekat dengan ku lagi. tapi apa sekarang? dia menyapa ku lewat media sosial? atau dia diam diam menguntit ku ya? Ah sepertinya sih da tidak akan sejauh itu. " gumam nya dalam hati.
Kemudian Hany membalas dengan sekedar nya saja. ia menjawab dengan sangat singkat. Hany tidak mau nanti nya terjadi salah paham di antara mereka berdua. setelah selesai makan, Hany merasa sangat bosan dan hendak pergi untuk berjalan - jalan dan mengunjungi cafe tempat teman nya bekerja.
Saat tiba di cafe, Hany menyapa Hilda yang sedang sibuk mengecek stok barang - barang yang ada di cafe nya tersebut.
" Hilda my friend, apa kau sedang sibuk? " tanya Hany yang berteriak dari meja kasir.
" Apa yang kau lakukan di sini pembuat onar? " kata Hilda yang malah bertanya balik ke Hany.
" Aku sangat bosan. mau kah kau menemani ku bermain? " tanya Hany sambil bertingkah seperti anak kecil.
" No! no! no! kau lihat ini? banyak sekali yang harus ku lakukan. hari ini pekerja paruh waktu ku tidak datang karena sakit. jadi terpaksa aku hanya berdua saja hari ini. " jelas Hilda sambil menolak.
" Ayolah kawan,,, hari ini saja. ya.. ya.. ya. " kata Hany yang sedikit memohon.
" Tidak! harus kah aku menutup cafe ini hanya untuk menemani mu bermain? tentu tidak! jika kau bosan kau bisa membantu ku di sini menggantikan pekerja paruh waktu ku. " ucap Hilda lagi.
" Hmmm apa kau akan membayarku juga? " tanya Hany lagi
" Tentu saja. bayaran mu akan sama seperti pekerja paruh waktu. " jelas Hilda lagi.
" Oke! setuju! berikan aku seragam kalau begitu. " tutur Hany.
" Kau bisa mengambil nya di ruangan ku. " celetuk Hilda.
Hany kemudian mengganti baju nya dengan seragam cafe, hari ini ia menjadi pegawai Hilda satu hari penuh. Hilda pun hanya tersenyum melihat tingkah Hany. Hilda menyuruh Hany untuk menghandle di bagian kasir. Hany hanya bertugas untuk menerima orderan dari pelanggan.
Ting.... bunyi bel yang di gantung di atas pintu dan akan berbunyi jika seseorang memasuki pintu atau keluar dari pintu cafe.
" Selamat datang! " teriak Hany dari balik meja kasir nya tanpa melihat ke arah pintu.
" Selamat datang. silahkan pesanan nya. " ucap Hany kepada pelanggan yang baru saja datang.
Hany nampak terkejut. ia sedikit tidak mempercayai apa yang sedang ia lihat di depan mata nya. Hany menatap tanpa berkedip. ternyata yang ada di hadapan nya saat ini adalah Tama. Tama sendiri pun juga terkejut saat itu.
" Hany. " seru Tama.
" Silahkan pesanan nya tuan. " ucap Hany mengalihkan.
" Oh, satu capuccino panas ya. " jawab Tama yang sedikit merasa canggung.
" Satu cappucino panas. ada lagi tambahan nya? " tanya Hany lagi.
" Tidak itu saja cukup. " tutur Tama.
" Baik saya ulangi pesanan nya ya. satu cappucino panas. untuk pembayaran nya mengunakan uang tunai atau kartu? " ucap Hany lagi yang mencoba melayani secara profesional.
" Kartu. ini kartunya. " jawab Tama sambil memberikan kartu debit untuk membayar pesanan nya.
" Baik tuan sudah selesai. silahkan tunggu sebentar. kami akan memanggil lagi jika pesanan sudah siap. " imbuh Hany.
" Baiklah. " jawab Tama lagi sambil pergi ke tempat duduk yang tidak jauh dari meja kasir.
Hany pun kemudian menyuruh salah satu pegawai Hilda untuk menyiapkan pesanan. sambil menunggu di siapkan Hany beberapa kali melirik ke arah Tama tanpa Tama mengetahui nya. ia pun terus berbicara dalam hati nya.
" Akh, ini kebetulan atau memang takdir? mengapa belakangan ini dia sering muncul di depan ku? apakah dia menguntit ku? ah tidak! tidak mungkin! canggung sekali rasa nya. duh menyebalkan sekali! ku harap ia cepat pergi dari sini. " gumam Hany dalam hati nya.
Hilda kemudian keluar dari ruangan nya untuk pergi ke toilet. Hilda melihat Hany yang terlihat sangat cemas dan kemudian menghampiri nya.
" Ada apa Han? " tanya Hilda sambil memegang punak Hany.
" Hah? kenapa? gak ada apa - apa kok. " jawab Hany sedikit kaget.
" Tapi kau terlihat begitu cemas. ada apa sebenarnya? " tanya Hilda yang masih penasaran.
" Sini sini Da. " ajak Hany sambil menarik tangan Hilda ke arah dapur.
" Hilda, Tama datang kesini! entah mengapa akhir - akhir ini aku sering sekali bertemu dengan nya. apakah mungkin dia mengikuti ku? " tutur Hany
" Huss... jangan berpikir sembarangan kamu. bukan kah dia baru kembali tahun depan? dan bukankah hubungan kalian juga sudah berakhir. " ucap Hilda.
" Justru itu. aku sendiri pun merasa aneh. dia tiba - tiba menghilang dan sekarang tiba - tiba dia muncul dan terus mengusik ku. aku merasa sangat canggung ketika berhadapan dengan dia. apa yang harus ku lakukan? " jelas Hany sambil menanyakan kepada Hilda solusi yang tepat untuk nya.
" Baiklah. biar aku yang mengatasi nya. kau pergi saja dan tunggu di ruangan ku. " kata Hilda lagi.
" Baiklah aku percaya pada mu kawan. " pungkas Hany.