Chereads / Jarak Diantara Kita / Chapter 10 - Perasaan Yang Tertinggal

Chapter 10 - Perasaan Yang Tertinggal

Entah mengapa hari itu Tama bisa kembali bertemu dengan Hany tanpa janji bertemu satu sama lain. Tama yang awal nya mampir ke salah satu cafe secara acak hanya ingin membeli secangkir kopi, tiba - tiba di hadapkan lagi oleh masa lalu nya. ketidaksengajaan tersebut membuat situasi yang begitu canggung di antara kedua nya.

Hilda kemudian berada di posisi kasir menggantikan Hany. Hany hanya tidak ingin terjadi kesalahpahaman di antara dirinya dn Tama maka dari itu ia memilih untuk menghindar.

Hilda kemudian memanggil pesanan atas nama Tama. Tama kemudian menghampiri kasir untuk mengambil nya.

" Lho Hilda! km juga disini rupanya. " seru Tama yang terkejut melihat Hilda.

" Ya. cafe ini adalah milik ku. lama tak bertemu. apa kabar Tam? " tanya Hilda basa - basi.

" Tentu saja baik. " jawab Tama dengan ramah.

" Bagus kalau begitu. tadi nya ku harap kau tidak baik - baik saja setelah apa yang kau lakukan pada teman ku. " celetuk Hilda yang menyindir Tama dengan ketus.

Tama merasa seperti tersentil.

" Ngomong - ngomong, bukankah tadi Hany di sini. apakah dia sedang keluar makan siang? " tanya Tama yang berusaha mengalihkan pembicaraan.

" Dia sudah pergi. Hany hanya membantu ku sebentar tadi. " ucap Hilda lagi.

" Mm, baiklah kalau begitu aku pergi dulu ya. terimakasih kopi nya. " pungkas Tama sambil meninggalkan cafe tersebut

" Ya,,, lagi pula kau membeli nya. " sahut Hilda.

Setelah melihat Tama pergi, Hany langsung mengintip ke arah luar dari ruangan kerja Hilda, Hany perlahan keluar karena ingin memastikan Tama sudah pergi dari cafe tersebut.

" Da, apa pria itu sudah pergi? " tanya Hany sambil celingukan.

" Ya sudah. issh... aku tidak tahan melihat nya. mengapa juga kau bisa menjadi kekasih nya dulu. ku kira dia orang baik. " gerutu Hilda dengan kesal.

" Ah sudahlah sudahlah. lagi pula itu semua hanya masa lalu. " pungkas Hany.

" Baiklah, lanjutkan pekerjaan mu aku harus membeli biji kopi ke toko yang tidak jau dari sini. aku titip cafe ini pada mu oke. " ucap Hilda lagi.

" Siap bos! " seru Hany dan kemudian tertawa.

Hany kembali melanjutkan pekerjaan nya. untung saja hari itu tidak terlalu banyak pengunjung, jadi Hany tidak terlalu kesulitan mengatasi nya. Hany sebenarnya sedikit senang karena bisa bertemu lagi dengan Tama. namun karena saat ini ada Vino di samping nya, Hany tidak ingin mengecewakan Vino. karena menurut nya Vino membantu memperbaiki perasaan nya di saat Tama membuat seolah - olah Hany tidak berarti lagi bagi nya.

Hari mulai larut. Hany sudah menyelesaikan pekerjaan nya dan hendak pulang ke rumah. ia pun menunggu Hilda yang sedari tadi tak kunjung kembali ke cafe. tak lama kemudian Hilda pun datang.

" Da, aku pamit ya. mana bayaran ku? " tanya Hany sambil tersenyum.

" Kalau soal uang, teman pun bisa tidak kau anggap tema ya. " ejek Hilda sambil tertawa

" Betul itu! uang dan teman itu adalah sesuatu yang berbeda. lagi pula kau sendiri yang berjanji pada ku. " jawab Hany

" Ya,,, ya,, ya,, aku mengerti. Han, mau minum dulu sebelum pulang? " ajak Hilda.

" No! aku akan pulang kerumah nenek ku. bisa tamat riwayat ku jika aku pulang bau alkohol. " pungkas Hany.

" Ayolaah,, sekaleng saja ya. lagi pula aku masih mau berbincang dengan mu kawan. ya.. ya.. ya. " kata Hilda yang mencoba membujuk teman nya itu.

" Tidak kawan! jangan kau coba mempengaruhi ku ya. oke sudah ku hitung jumlah nya dan pas. thankyou kawan. aku pamit ya. " jawab Hany sambil menerima upah yang di berikan Hilda dan kemudian pergi meninggalkan teman nya itu.

" Huuft,,, payah deh Hany. bagaimana dia bisa meninggalku begitu saja. hmmh haruskan aku minum sendiri saja hari ini? " gerutu Hilda dengan kesal.

" Bos mau minum bersama ku? " jawab salah satu karyawan nya yang sedari tadi mendengar pembicaraan di antara bos dengan teman bos nya itu.

" Kau serius mau menemani ku justin? " tanya Hilda kepada karyawan nya itu.

" Serius lah bos. " jawab Justin dengan semangat.

" Setuju! ayo kita berangkat. " ajak Hilda kepada Justin.

Akhirnya Hilda mendapatkan teman untuk menemani nya minum. Hilda sagat senang saat itu.

****

Tama yang nampak mulai bosan dengan keseharian nya kembali pulang ke apartemen nya dengan perasaan yang gusar. ia merasakan sesuatu yang berbeda. ia kembali meminum beberapa kaleng minuman berakohol agar ia merasa tenang. Tama belum juga bisa melupakan Hany. ia sangat ingin Hany kembali lagi pada nya. namun Tama juga sangat kesal mendengar Hany yang telah memiliki kekasih lagi saat ini. namun ia tidak bisa menyalahkan Hany, karena dia lah yang membuat Hany bisa seperi sekarang ini.

Penyesalan memang selalu datang terlambat. begitulah pepatah yang ku tahu. kali ini aku tak tahu apa yang harus ku lakukan. salahkah jika aku mempertahankan rasa cinta ku pada Hany. sulit rasa nya untuk melupakan dan melepaskan Hany sepenuh nya. apakah aku nampak egois jika aku bersikeras mendapatkan kembali cinta dari Hany? Argkh! entahlah. gumam Tama berbicara dengan diri nya sendiri.

Setelah perjalanan yang di tempuh untuk pulang cukup jauh, akhirnya Hany sampai juga di rumah nenek nya yang ia tempati saat ini.

" Aku pulang. " sapa Hany ketika masuk rumah.

" Dari mana saja kau nak? mengapa baru pulang jam segini. kemarin kau juga tidak pulang. apakah kau menginap di rumah ayah mu? " tanya nenek nya dengan cemas.

" Oh kemarin aku menginap di rumah teman nek. karena aku harus lembur malam itu. karena perjalanan yang cukup jauh jadi aku menginap di rumah teman ku dan berangkat kerja dari sana. " jelas Hany kepada nenek nya.

" Begitu rupanya. apa kau sudah makan malam? mau nenek buatkan sesuatu? " tanya nenek nya lagi.

" Sudah nek. nenek istirahat saja sekarang. lagi pula sudah malam juga. " pungkas Hany.

" Baiklah. kau juga istirahat lah. besok kau harus bekerja lagi bukan. " ucap nenek nya lagi.

" Mhm. " pungkas Hany.

Setelah sedikit berbincang dengan cucu nya itu, nenek nya Hany segera kembali ke kamar nya untuk tidur begitu juga Hany. Hany mandi terlebih dahulu sebelum ia pergi untuk istirahat. Hany kembali memikirkan Tama. Hany beranggapan kalau pertemuan nya dengan tama itu merupakan suatu kebetulan saja.

Mungkin saja kami bertemu hanya karna kebetulan. aku tidak perlu memikirkan hal yang terlalu jauh. kali ini aku tidak boleh terbawa oleh suasana. ingat Vino, Hany! ingat bahwa Tama membuat hati mu hancur berkeping - keping. walaupun demikian, mengapa aku tidak bisa melupakan nya ya? mungkin kah masih ada sedikit perasaan yang tertinggal untuk dirinya? Ah tidak tidak! sadar Hany! sadar! pria itu yang membuat hidup mu menjadi kacau. kata Hany yang berbicara sendiri dan berusaha meyakinkan diri nya sendiri.