Chereads / Jarak Diantara Kita / Chapter 7 - Sebuah Keputusan

Chapter 7 - Sebuah Keputusan

" Apa yang harus ku lakukan sekarang agar Hany bisa memaafkan ku? haruskah ku temui dia di tempat kerja nya dan coba berbicara dengan nya? barang kali ia mau mendengarkan penjelasan ku. " kata Tama dalam hati nya.

Tama terus saja mencari jalan keluar untuk masalah yang sedang ia hadapi saat ini. ia mencoba menghubungi Hany beberapa kali. Awalnya Hany tidak mengangkat nya. Namun dengan kegigihannya Tama yang menelepon terus - menerus sedikit meluluhkan hati Hany dan ia mengangkat nya juga setelah beberapa panggilan Tama yang ia tolak.

" Halo. siapa ini? " jawab Hany sedikit ketus.

" Akhirnya kamu mengangkat nya juga. Hany, bisa kita bicara? aku ingin bertemu denganmu. aku sangat merindukan mu. " kata Tama di telepon.

" Mhm. datang lah ke kantor ku setelah aku selesai bekerja. " sahut Hany.

" Baiklah. apa yang sedang kau lakukan saat ini? " tanya Tama basa - basi

" Habis makan. nanti ku kirimkan alamat kantor ku. bye. " ucap Hany sambil mengakhiri panggilan nya dengan ketus.

" Han, tunggu han. halo! halo! " sahut Tama di telepon.

" ttuuuut,, tuuut,, tuuut..." bunyi nada panggilan telepon yang berakhir.

Tama lagi - lagi gagal mencuri perhatian dari Hany. Tama hanya bisa menghela napas panjang. ia juga merasa sedikit depresi. Ibu dan adik perempuan nya merasa heran melihat tingkah laku Tama yang nampak tak seperti biasanya belakangan ini. Tama begitu sangat merindukan Hany sampai - sampai akhir - akhir ini Tama sulit untuk tidur di malam hari. ia harus menghabiskan beberapa kaleng bir agar ia tidak terjaga semalaman.

Penyesalan Tama begitu dalam sehingga Tama merasakan sesak di dada nya. ia terus saja memikirkan cara agar Hany bisa bersikap seperti dahulu lagi kepada nya. Dari mulai mengirimkan bunga setiap hari sampai mengirimkan beberapa makanan kesukaan untuk Hany dan juga keluarga nya Hany. Dengan Harapan Hany akan luluh lagi kepadanya. Namun tidak kunjung membuahkan hasil.

Mengetahui bahwa Hany telah dekat dengan pria lain yaitu Vino membuat hati Tama sangat sakit. Tama seperti orang yang kehilangan akal. Tama sangat tidak rela Hany bersama pria lain selain dia. Sampai akhirnya Hany pun bersedia untuk menemui nya. Tama akan memanfaatkan waktu bertemu dengan Hany sebaik - baik nya agar Hany bisa menerima ia kembali. Tama berusaha tampil maksimal agar Hany mau memaafkan nya dan bisa bersama kembali.

Hari mulai petang, Tama bersiap untuk menemui Hany di kantornya. Kali ini ia merubah penampilan nya. ia memakai setelan kaos poloshirt merek ternama dan celana jeans panjang berwarna biru dongker serta mengenakan topi baseball. Tama terlihat good looking karena postur badan nya yang bagus serta tinggi. Saat bertemu, Hany terlihat sedikit pangling dengan penampilan Tama.

Jantung Hany mulai merasa berdebar kembali saat bertemu Tama kala itu. Hany menyarankan Tama untuk berbicara di kedai kopi dekat kantornya. Hany yang awal nya tidak merasa apa - apa, tiba - tiba ia menjadi gugup karena berhadapan langsung dengan Tama setelah beberapa tahun tidak bertemu. Hany menjadi sedikit salah tingkah dihadapan Tama. Tama hanya bisa tersenyum saat itu.

" Apa kabar Han? kamu semakin cantik setelah sekian lama aku tidak melihat mu. " sapa Tama sambil melontarkan senyuman manis kepada Hany.

" Ba,, ba,, baik. " jawab Hany terbata - bata karena gugup.

" Tidak usah gugup. apakah aku masih membuat mu berdebar? " goda Tama kepada Hany.

" Tidak! tentu saja tidak. hanya saja penampilan mu kini berbeda, jadi pandangan ku sedikit ter-alihkan. " jawab Hany spontan sambil mengelak.

" Ha ha ha. Kau masih saja seperti dulu. sangat menggemaskan. " sahut Tama lagi sambil tertawa

Hany menjadi salah tingkah dan terus saja menyedot minuman yang sedang ia genggam ditangan nya berkali-kali.

" Apakah kau begitu haus? " tanya Tama lagi menggoda.

" Ah, tidak. " jawab Hany sambil menaruh kembali minuman nya ke atas meja.

" Jadi, apa yang ingin kau bahas lagi dengan ku? " tanya Hany to the point.

Tiba - tiba suasana berubah menjadi lebih serius. Tama pun sempat terdiam sejenak.

" Hei! aku bertanya padamu. bisa kah kau bicara dari pada diam begitu terus? apakah kau akan diam terus seperti ini sampai toko ini tutup? " oceh Hany sedikit tidak sabar.

" Hmm ... Han, apakah di hatimu masih ada aku? " tanya Tama.

" Tentu saja tidak setelah apa yang telah kau lakukan kepada ku selama ini. " jawab Hany dengan tegas.

" Baiklah, aku mengerti. aku akui aku salah, bahkan bisa dibilang aku ini brengsek. tapi, bisa kah kau memberi ku kesempatan kedua? " ucap Tama sambil memohon kepada Hany.

" Kau hanya bisa memohon seperti ini. kau tidak merasakan bagaimana menjadi diriku saat itu. Apa kau tahu bagaimana aku tersiksa dengan perasaan khawatir akan dirimu saat itu? " jelas Hany kepada Tama.

" Ya aku mengerti! aku pun merasakan hal yang serupa seperti mu. ku mohon berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. " tegas Tama

" Disaat aku bisa menjalankan lagi kehidupan ku dan perlahan mulai melupakan sakit hati ku karena mu, tiba - tiba saja kau hadir lagi dan merusak semua jerih payah ku untuk melupakan mu selama nya! Kau pikir aku bisa memaafkan mu begitu saja hah? " ucap Hany dengan mata yang mulai berbinar dan hampir menangis.

" Ku mohon Han, maafkan aku. dan berikan aku kesempatan. aku tidak bisa hidup tanpa dirimu Han! " tutur Tama sambil meraih tangan Hany dan menggenggam nya dengan erat.

" Maafkan aku. aku tidak bisa. lebih baik kita berpisah. menghilang lah lagi seperti dahulu. aku rasa itu yang terbaik bagi kita berdua. " sahut Hany sambil melepaskan tangan nya meninggalkan Tama dan berjalan sambil menitikkan air mata nya.

Tama hanya bisa memandangi Hany dari belakang. ia meratapi kesalahan - kesalahan nya selama ini kepada Hany. Tama begitu sedih dan mengeluarkan air mata tanpa ia sadari. ia tidak bisa mengejar Hany karna ia menghargai keputusan yang telah di buat oleh Hany.

Hany berjalan sambil menangis keluar dari kedai kopi tersebut. Perasaan kesal, marah dan juga benci membaur menjadi satu. Hany tidak bisa membendung lagi air mata nya itu. ia kemudian duduk di bangku halte dan menangis se-jadi jadinya. Hany berharap keputusan yang ia ambil adalah yang terbaik untuk dia dan Tama. Hany juga berharap ia tidak menyesal di kemudian hari.

Tama memutuskan untuk menyerah dan menerima semua keputusan yang telah di ambil oleh Hany. ia tidak mau memaksakan kehendak nya kepada Hany. Tama sadar betul bahwa ia sudah membuat Hany begitu kecewa kepada nya. Menurut Tama tak ada lagi yang bisa di perbuat lagi oleh nya. Tama hanya bisa pasrah dengan keadaan dan mencoba menerima dengan lapang hati.

Saat sadar menjadi pusat perhatian, Hany mengusap air mata nya dan berhenti menangis. ia segera memberhentikan taksi untuk segera kembali pulang karena bus yang dia tunggu tidak kunjung tiba. Sepanjang perjalanan pulang, Hany masih saja terngiang-giang kejadian di kedai kopi tadi. Terbesit sedikit penyesalan dalam diri Hany. Namun Hany selalu mengesampingkan nya. Hany berusaha meyakinkan diri nya lagi bahwa keputusan yang ia ambil sudah tepat. Dia berharap keputusan berpisah adalah keputusan yang terbaik bagi dirinya dan juga Tama.