Hari ini kebetulan akhir pekan, seperti biasanya Hany hanya bermalas – malasan di rumah. Berbeda dengan Hilda, Hilda mulai di sibukkan dengan persiapan nya karena dia hendak pergi berkencan dengan kekasih nya. Untuk urusan kafe, sudah dia serahkan kepada para pegawainya sehingga Hilda bisa berkencan tanpa gangguan. Hany merasa sedikit iri kepada Hilda karena setiap akhir pekan dia selalu saja pergi berkencan dengan kekasih nya.
Hany teringat kembali dimana saat – saat dia bersama Tama. Dia dan Tama selalu pergi berkencan di saat akhir pekan. Entah hanya sekedar menonton film bioskop ataupun berjalan – jalan ke taman kota. Hany merasa sangat merindukan Tama kala itu. Sejujur nya, dia merasa sedikit menyesal mengapa dia mengakhiri hubungan nya dengan Tama saat itu.
Kadang Hany berharap bahwa dia bisa memutar kembali waktu. Rasanya dia ingin menarik kata – kata nya kembali saat itu. Perasaan ego di dalam dirinya sangat begitu besar sehingga dia tidak bisa menahan nya lagi.
" Han, aku pergi dulu ya. " ucap Hilda berpamitan kepada Hany.
" Mmm. " sahut Hany dengan tidak semangat.
" Keluar lah sana! Supaya pikiran mu lebih jernih dan bisa mendapatkan kekasih baru. " celetuk Hilda.
" Aiissh ... pergi sana, jangan mengusik ku terus. Jika kau masih saja berbicara, aku akan mengikuti mu dan terus menempel pada mu. " kata Hany sambil memandang Hilda dengan tatapan yang dingin.
" Tidak!! Baiklah aku akan pergi. Sampai jumpa. " pungkas Hilda.
Hany kemudian melihat – lihat ponsel nya. Dia ingin mengajak seseorang untuk menemani nya menghabiskan waktu. Awal nya dia ingin mengajak Samuel, tapi dia merasa malu semenjak kejadian Samuel mencium dirinya. Tiba – tiba saja Satria menghubungi nya.
" Wah, kebetulan sekali dia menelepon ku. " gumam Hany dan kemudian menjawab panggilan dari Satria.
" Halo Sat, wah kebetulan sekali kamu menghubungi ku. Mau kah kau menemani ku bermain seharian? " tanya Hany tanpa berbasa – basi.
" Hah? Apa? " tanya Satria yang terkejut mendengar Hany mengajak nya pergi.
" Mau tidak? Cepat putuskan sekarang! " desak Hany lagi.
" Tentu saja. Memang senior ingin berkunjung kemana? Apakah pergi ke taman bermain? " jawab Satria dengan gugup.
" Tidak perlu banyak bertanya. Jemput aku kira – kira 30 menit lagi. Oke? " sahut Hany.
" Oke, baiklah. " pungkas Satria.
Setelah menutup telepon nya, Hany pun segera bersiap – siap begitu pula dengan Satria. Satria mulai berdandan dengan sangat baik agar dia di puji ketampanan nya oleh seniornya itu. Satria sangat senang saat dia bersama dengan Hany. Jantung nya selalu berdebar dengan kencang saat dia berada di hadapan Hany. Akan tetapi Hany sendiri tidak merasakan hal yang sama dengan Satria. Karena Hany menganggap Satria sebagai teman baiknya.
Setelah beberapa waktu berlalu, Satria pun datang untuk menjemput Hany. Hany mulai menunjukkan arah kemana mereka akan pergi. Karena cuaca pada hari itu sangat cerah, Hany pun mengajak nya untuk pergi ke pantai dan memakan hidangan laut yang ada di sana. Satria tidak henti – hentinya tersenyum menatap Hany. Dia tidak menyangka bisa menghabiskan akhir pekan bersama senior yang sangat di kagumi nya tersebut.
Setelah sampai di parkiran, Hany segera turun dari mobil dan berlari ke arah pantai. Dia mulai menghirup wangi lautan yang sangat khas serta mulai memejamkan kedua mata nya dan mendengar suara desiran ombak yang membuat pikiran nya merasa tenang. Satria pun menghampiri nya dengan perlahan – lahan.
Satria terus memandangi Hany yang sedang merentangkan kedua tangan nya dan menutup mata nya seolah sedang menunggu seseorang yang datang untuk memeluk nya. Satria begitu terpesona dengan Hany. Kemudian Hany mulai membuka kedua mata nya dan melihat ke arah Satria.
" Hei, apa yang sedang kau lihat? Apakah ada sesuatu di wajah ku? " tanya Hany sambil memeriksa bagian wajah nya.
" Ah, tidak. Hanya saja kau terlihat cantik senior. " jawab Satria sambil tersipu malu.
" Kepala mu cantik! Ayo aku kan mentraktir mu hidangan laut yang sangat lezat di sini. " ucap Hany sambil mengajak Satria.
Hany kemudian membawa Satria mendatangi restoran dengan hidangan laut terlengkap yang dahulu sering dia kunjungi bersama Tama. awal nya Hany tidak menyadari nya, sampai seorang wanita paruh baya pemilik restoran tersebut menegur nya dan berkata bahwa pria yang dibawa oleh dirinya kini berbeda.
Mendengar hal tersebut, Hany hanya bisa mengangguk dan tersenyum saja. Satria mulai merasa kebingungan sendiri.
" Duduklah. " ajak Hany kepada Satria.
Satria pun duduk berhadapan dengan Hany dan mulai melihat buku menu nya. Satria pun terlihat takjub melihat apa yang ada di dalam buku menu yang di lihat nya.
" Woah, benar – benar lengkap senior! Luar biasa. " ucap Satria dengan terkejut.
" Apa ku bilang, hanya di restoran ini yang menyediakan lengkap. Dan juga porsi nya yang jumbo. Di jamin perut mu akan meledak setelah memakan nya. " sahut Hany sambil tertawa kecil.
" Hebat kau senior. " pungkas Satria.
Setelah makanan tiba, mereka pun mulai menikmati nya. Di sela – sela makan, Satria mulai bertanya kepada Hany maksud perkataan pemilik restoran tadi. Hany pun kemudian mulai bercerita kepada Satria mengenai Tama. bagaimana hubungan nya yang rumit saat itu bersama Tama, dan berapa lama mereka bersama. Hany mencurahkan semua isi hati nya kepada Satria. Setelah cukup mendengarkan keluh kesah Hany, muncul lah perasaan tidak menyenangkan dalam diri Satria. Seperti perasaan tidak suka saat Hany yang selalu menyebut nama Tama di setiap ceritanya.
" Senior, apakah di hati mu saat ini masih ada pria yang bernama Tama itu? " tanya Satria tiba – tiba.
Hany terdiam sejenak mendengar pertanyaan Satria yang di layangkan kepada nya. Satria terus menatap Hany yang terdiam.
" Baiklah, jika memang kau tidak bisa menjawab nya aku tidak akan menanyakan pertanyaan konyol seperti ini lagi. " kata Satria lagi.
" Tidak! Tidak ada lagi perasaan ku untuk dia. " jawab Hany dengan tegas.
" Baiklah, aku mengerti. " pungkas Satria sambil tersenyum – senyum sendiri.
Satria merasa memiliki peluang untuk mendekati Hany, dia tidak ingin terburu – buru untuk mengatakan perasaan nya, karena terlihat bahwa Hany yang masih terluka karena cinta pertama nya itu. Satria pun kemudian menyuruh Hany untuk kembali menghabiskan makanan nya.
" Wah, perut ku seperti mau meledak. " seru Satria sambil mengelus – elus perutnya yang kekenyangan.
" Sudah ku bilang kan. Pasti kau sangat kekenyangan. " sahut Hany.
" Lalu, mau kemana kita sekarang senior? " tanya Satria kepada Hany.
" Hmm ... bagaimana kalau kita bermain sebentar di pantai lalu kembali? Aku masih ingin menikmati pantai selagi kita di sini. " pinta Hany kepada Satria.
" Baiklah. Ayo. " ajak Satria.
Mereka berdua kemudian kembali ke pantai. Mereka menghabiskan waktu sampai melihat matahari terbenam bersama. Kemudian saat mereka hendak kembali, tiba – tiba saja mesin mobil Satria tidak bisa di nyalakan. Satria mulai panik saat itu. Kemudian mulai mencari bantuan orang – orang di sekitar pantai.
" Lalu bagaimana sekarang? Apakah kita terjebak di sini? " tanya Hany yang mulai cemas.
" Haruskah kita mencari penginapan? Orang itu bilang tidak ada bengkel di sekitar sini. Dan montir pun tidak akan datang malam ini, mungkin besok pagi dia baru datang. " kata Satria lagi menjelaskan.