*****
Kiya berjalan gontai menjauhi meja reepsionis itu, tangannya merogoh ponsel yang berada di saku bajunya. Tangannya terlihat menggeser layar ponsel itu ke kanan dan ke kiri sebelum akhirnya menempelkannya di telinga.
Suara operator yang menyapa membuat perempuan itu menghela nafas kecewa, dia tidak dapat menghubungi keluarga Raka. Apa yang sekarang harus dia lakukan?
Kakinya melangkah ke luar rumah sakit itu, air mata menggenang di pelupuk matanya. Dia mendekat ke arah tong sampah yang berada di depan rumah sakit itu, tangannya yang memegang sebuket bunga terulur ke atas tong sampah, tak sampai hati perempuan itu melepaskan genggamannya lalu akhirnya dia berlalu dari sana.
Kini Kiya tidak tahu harus melakukan apa, dia merasa separuh di dirinya kini menghilang. Dia menyadari kalau kini dirinya jatuh cinta yang teramat dalam, namun terkesan terlambat, karena dirinya harus lagi-lagi merasakan kehilangan dalam bentuk apapun itu.
*****