"Jadi kamu sama Bryan udah official?" Fay sama sekali tak percaya dengan apa yang Kalea katakan.
Jam sudah menunjukan pukul dua belas malam, Kalea yang hari ini pulang ke unit apartemen pun langsung menghubungi Fay meminta sahabatnya datang.
Dan sebuah hal yang mengejutkan yang Fay dapatkan, ternyata Kalea sudah berpacaran dengan Bryan selama beberapa hari ini.
"Kok baru ngasih tau sekarang, sih?" gerutu Fay.
Kesal karena Kalea menutupi sebuah kabar berita ini darinya padahal Fay adalah teman dekat Kalea.
"Kamu tau sendiri, aku tuh kerja sibuk beberapa hari ini juga perusahaan sedang coba pake sistem baru jadi wajar aja kalau aku baru cerita sekarang," kata Kalea.
Fay langsung mengerlingkan matanya menggoda Kalea sementara itu Kalea hanya tersenyum tipis.
Sebetulnya Kalea ingin menceritkan juga tentang kondisinya saat ini dengan Bryan, ada sebuah masalah yang tiba-tiba saja terjadi.
Padahal Kalea dan Bryan baru saja meresmikan hubungan keduanya, tetapi Kalea tak bisa mengungkapkan semuanya kepada Fay.
Akan aneh jika baru saja berpacaran Kalea sudah mengeluh dan Fay mungkin akan berkata panjang lebar karena Kalea belum berpengalaman dengan yang namanya hubungan.
"Gimana rasanya pacaran sama lelaki idaman kamu, Kale?" Fay sangat penasaran sekali.
Kalea yang ditanya seperti itu pun tersenyum kemudian membuka suaranya. "Hmmh, gimana ya? Ini masih baru beberapa hari sih, jadi belum tau ke depannya kayak gimana. Kita lihat aja nanti."
Fay langsung memutar kedua bola matanya jengah. "Nggak ada perasaan gimana-gimana gitu?"
Kalea tersenyum untuk menutupi hal yang sebenarnya terjadi, ketika Bryan mengatakan cinta kepadanya Kalea justru tak menyangka sama sekali.
Jantungnya berdegup cukup kencang kala itu dan ternyata Bryan cukup peka dengan rasa suka Kalea terhadapnya.
"Duh, kayaknya berbunga-bunga banget. Buktinya ampe nggak bisa ngomong," ujar Fay.
Kalea tertawa kencang. "Eh tapi, kenapa sekarang kamu nggak kencan sih? Kalian 'kan pasangan baru harusnya lebih sering ngedate dong biar tau sifat masing-masing."
Mendengar Fay berkata seperti itu membuat Kalea jadi berpikir, mungkin selama ini Kalea hanya melihat Bryan dari satu sisi dan belum melihat sisi Bryan yang lain.
Menjadi bawahan Bryan di pekerjaan tak lantas Kalea mengetahui semua kehidupan Bryan, apa yang laki-laki itu sukai dan tidak.
Terbukti selama Kalea sering menginap di rumah Bryan pun yang Kalea tau hanya tentang pekerjaan dan kebiasaan Bryan itu pun hanya seujung kuku.
"Bryan lagi sibuk, terus aku juga butuh barang-barang aku dong Fay. Lagian aku juga nggak mesti stay terus di rumah Bryan," kata Kalea mencari alasan.
Fay langsung mengerlingkan matanya kembali. "Takut, ya? Atau jangan-jangan udah.." kalimat yang Fay ucapkan itu langsung terhenti begitu saja karena Kalea langsung menepuk paha Fay dengan kencang.
"Eh, jangan fitnah ya?!"
Suara ringisan Fay terdengar, Kalea memang memukul pahanya cukup kencang hingga paha Fay yang semok itu benar-benar terasa perih.
"Aku belom selesai ngomong loh, Kal." Fay memanyunkan bibirnya tetapi Kalea tidak peduli.
"Lagian ngomongnya, kita nggak segila itu," bantah Kalea.
Fay hanya tertawa saja. "Sekarang sih belum, tapi nggak tau ya kalau nanti."
"Sialan!" Kalea tertawa kencang.
Pulang ke apartemennya memang membuat mood Kalea kembali membaik, setidaknya permasalah Kalea dengan Bryan bisa ia lupakan untuk beberapa saat.
"Soal hubungan aku sama Bryan, kamu jangan bilang sama siapapun ya, Fay."
Kepala Fay langsung mengangguk, tentu saja Fay paham bahwa dengan posisi Kalea mungkin gosip yang tak menyenangkan akan terdengar di telinga Kalea dan Bryan.
Saat ini saja Kalea sudah digosipkan yang tidak-tidak oleh satu perusahaan dan jika hubungan Kalea dan Bryan itu terdengar mungkin bisa saja Kalea di mutasi kembali.
Meskipun jabatan Bryan cukup kuat tetapi ketentuan perusahaan tak akan bisa diganggu gugat.
***
Pagi ini Kalea terburu-buru, karena berangkat dari apartemen miliknya. Dari semalam Bryan tak menghubungi Kalea sama sekali maka Kalea mencoba untuk mengalah dan melupakan semua permasalah yang terjadi di antara Bryan dan dirinya.
Kalea mengirimkan pesan kepada Bryan, pagi ini Kalea menawarkan kopi kepada kekasihnya.
Balasan dari Bryan pun Kalea dapatkan, sambil tersenyum Kalea langsung memasukan ponselnya ke dalam tas kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Fay tidak ikut bersamanya, karena pagi ini ia akan mendampingi Richard untuk bertemu dengan beberapa anak grup perusahaan.
Mungkin ada beberapa yang harus mereka bahas karena ada dua anak perusahaan yang kondisinya tidak stabil.
Jalanan ternyata cukup lenggang, Kalea tiba di gedung Sunrise dengan cepat lebih dari dugaan Kalea.
Setelah keluar dari mobil Kalea langsung menuju kedai kopi yang berada di lantai dasar, Kalea juga membeli dua buah toast untuk mengganjal perutnya pagi ini.
Kopi dan toast sudah berada ditangannya maka sekarang Kalea segera menaiki lift menuju ruangan Bryan.
Kondisi kepala Bryan masih terasa nyeri tetapi mulai berangsur-angsur membaik, pagi ini Bryan sudah mendapatkan pesan dari Kalea.
Pintu seketika terbuka, sosok Kalea terlihat dan tersenyum kepadanya. "Morning," sapanya.
"Morning," balas Bryan sambil tersenyum.
Lelaki itu membuka jas miliknya dan menggantungkannya terlebih dahulu kemudian menghampiri Kalea dan memberikan sebuah kecupan di pipi.
"Sarapan?" tawar Kalea.
Bryan langsung mengangguk, lantas Kalea dan Bryan langsung duduk di kursi. Baru saja keduanya menikmati satu gigit toast milik mereka masing-masing.
Ipad milik Kalea yang tergeletak di atas meja terus saja berbunyi, email dan beberapa pesan penting tentu saja mulai masuk ke dalam ipad tersebut.
Bryan dan Kalea menatap satu sama lain kemudian keduanya tertawa kencang, seperti ini lah pagi mereka.
Seolah masa kemarin tak pernah ada sama sekali, baik Bryan dan Kalea pun menghabiskan toastnya dan segera bekerja.
Waktu berlalu, Kalea mendapatkan pesan dari Nicko. "Bry, Nicko sepertinya tidak bisa berangkat," beritau Kalea.
Bryan yang sedang melihat grafik saham pun langsung melirik ke arah Kalea yang duduk di sofa sambil membaca pesan yang Nicko kirimkan.
"Yasudah, kalau gitu kita berdua yang berangkat," ucapnya.
Kalea tersenyum kecil. "Beneran?"
Bryan langsung menganggukan kepalanya. "Tapi waktunya harus diperpanjang, disana cukup panas jadi aku nggak mungkin ngajak kamu kerja terus, aku juga butuh jeda."
suara tawa Kalea terdengar memenuhi seluruh ruangan Bryan, ini memang sangat langka sekali.
Biasanya Bryan akan mempersingkat jadwal dinasnya, akan tetapi semua berubah karena sebuah hubungan.
"Serius? Bry, mungkin semua orang akan langsung ngerasa aneh karena kamu berubah," kata Kalea.
Bryan mengedikan kedua bahunya, kemudian melepaskan kacamata yang membingkai hidungnya.
Lelaki itu menghampiri Kalea dan duduk di sampingnya. "Aku mau kita punya waktu disana, aku yakin kamu juga nggak ngerasa bebas pacaran sama aku selama berada di kantor, jadi kita harus punya tempat agar bisa leluasa."
Kalea tersipu malu. "Kalau bisa kita harus sering-sering pergi dinas," sambung Bryan kemudian.
"Dasar, mau kamu."
"Memang."
Kalea kembali tertawa, Bryan memang menjadi aneh semenjak berstatus menjadi kekasihnya.
Namun Kalea menyukai Bryan yang seperti ini, terlihat sangat menyenangkan meskipun sisi Bryan yang dingin pun tetap Kalea sukai.
"Jadi kita harus berangkat kapan?"
Bryan terdiam sebentar, lantas menarik ipad yang berada di genggaman tangan Kalea.
Bryan melihat satu persatu jadwal pekerjaannya ada beberapa hal yang bentrok dan itu harus Bryan bicarakan dengan Richard.
Belum lagi ada dua anak perusahaan yang sedang turun dan membutuhkan suntikan dana.
"Minggu besok nggak bisa, padet banget ajdwal," gerutu Bryan.
Dalam hati Kalea wanita itu langsung menyahuti ucapan Bryan, 'jadi selama ini nggak sadar?' tapi semua itu hanya Kalea katakan dalam hati.
Saat ini Kalea hanya menatap Bryan dengan gemas, melihat mulutnya yang terus mengguman karena kesal Kalea langsung memberikan sebuah ciuman di wajah Bryan.
Bulu-bulu jambangnya yang tumbuh itu bersentuhan dengan bibir Kalea dan itu terasa sangat menggelikan.
"Kamu kerja kayak kejar setoran tau Bry, hari libur aja nggak ada sekarang kamu ngomel-ngomel kayak gini," ucap Kalea.
Lantas ipad yang berada tangan Bryan pun Kalea ambil kembali. "Aku bisa atur jadwal kamu Bryan, jadi kamu ingin pergi dinas dan berkencan selama berapa hari?"
Seulas senyuman hadir di bibir Bryan. "Satu minggu," ucapnya.
"Hah?!" Kalea langsung kaget mendengarnya.
"Bisa, kan?" tanya Bryan sambil memiringkan wajahnya.
Kalea melihat layar ipad kembali. "Tapi malam ini kita harus lembur, beberapa divisi harus aku hubungi juga."
"Good girls," bisik Bryan.
Keduanya saling menatap satu sama lain entah siapa yang memulainya lebih dulu.
Bryan dan Kalea kini sedang melumat bibir mereka, keduanya berciuman cukup panas erangan dan desahan samar keluar dari mulut Kalea.
Bryan semakin menggila, tangannya meraba bagian punggung Kalea lantas satu tangan Bryan meremas bagian buah dada Kalea dengan sangat lembut.
"Hmmh, Bry." Kalea mendesah.
Rasa geli dan nikmat menjalar menjadi satu ketika bibir Bryan menciumi leher Kalea dengan sangat pelan.
Sialnya Bryan dan Kalea harus berhenti saat itu juga karena ada yang mengetuk pintu ruangan.
"Shit!" Bryan langsung mengumpat.
Kalea langsung merapihkan rambutnya dengan cepat bukan hanya itu saja, Kalea juga harus melihat dirinya di cermin takutnya bibir Kalea membengkak karena ulah Bryan.
"Masuk," suara Bryan terdengar lantas.
Kalea sudah duduk sambil melihat ipad sementara Bryan duduk di kursi kebesarannya dengan wajah yang terlihat sangat kesal.
Ternyata Gustav yang datang, karena ada sebuah laporan yang harus Bryan periksa karena Richard tak bisa menyelesaikannya.
"Apa ini?" tanya Kalea ketika Gustav duduk di kursi yang tak jauh darinya.
"Laporan, keuangan anak perusahaan digelapkan," beritau Gustav.
Bryan langsung menghela napasnya. "Bagaimana bisa?" tanyanya.
Gustav hanya terdiam, karena kejadian detailnya memang ia juga tak paham. Richard dan Fay masih berada di jalan sementara laporan yang Gustav terima sudah ia print karena Richard mengirimkannya lewat email.
"Sepertinya ini udah lama," kata Kalea.
Melihat dari laporan yang Gustav berikan kepada Bryan sepertinya itu sangat besar masalahnya.
Gustav tak berani menatap Bryan karena dari auranya saja laki-laki sudah kesal sekali, Kalea tau apa penyebab Bryan sekesal itu karena keduanya sedang menikmati ciumannya tetapi harus terganggu oleh Gustav.