Karena telah di mutasi dan menjadi seorang personal asisstant, Kalea jadi mengetahui tempat tinggal Bryan Scott.
Kalea juga di beri akses penuh untuk menyambangi rumahnya, bahkan Kalea juga yang mempersiapkan semua kebutuhan Bryan Scott mulai dari baju hingga makan pagi siang dan malam.
Kalea jelas menyukai pekerjaan seperti ini, tanpa di gaji sekali pun Kalea sepertinya akan rela-rela saja.
Kalea tersenyum ketika Bryan menjelaskan semua tentang rumahnya, lelaki yang bersikap dingin dan irit bicara itu mengenalkan Kalea kepada seorang asisten rumah tangga yang sudah paruh baya.
Sambil tersenyum wanita bernama Maria itu menganggukan kepalanya, sambil menatap Kalea lekat-lekat karena ini pertama kalinya Bryan membawa seorang wanita sebagai personal asistent.
"Jadi kalau pekerjaanku banyak kamu juga harus menginap di rumahku, satu lagi jika ada business trip berati kamu juga harus ikut," Kalea hanya menganggukan kepalanya.
Jelas Kalea senang sekali jika harus ikut berpergiaan dengan Bryan kemana pun, kadang-kadang Kalea selalu berkhayal jika Bryan bisa jatuh hati kepadanya.
Namun lelaki itu hanya akan bersikap dingin tanpa senyum sedikit pun, Bryan sangat tertutup sekali kepada siapapun.
Ia hanya akan banyak bicara jika menjelaskan sesuatu kepada Kalea atau pun yang lainnya, setelah itu Bryan akan mengunci mulutnya rapat-rapat.
"Siapkan semua jadwalku seminggu ke depan," suara Bryan membuyarkan lamunan Kalea.
"Baik Bryan," sahut Kalea sambil menganggukan kepalanya.
Dalam hatinya Kalea merutuk karena bisa-bisanya ia berkhayal seperti itu, tapi otak kecil Kalea sepertinya tak mempermasalahkannya.
Lagi pula semua berawal darri khayalan bukan? Anggap saja begitu. Kalea kemudian menggelengkan kepalanya kemudian segera menuju ruangan kerja Bryan dan mengambil sebuah ipad.
Kemudian segera melihat jadwal pekerjaan Bryan selama seminggu ke depan, setelah Kalea memahami jadwal kerja Bryan. Kalea mencoret beberapa agenda yang sekiranya tak penting.
Kalea akan mendiskusikan kepada Bryan terlebih dahulu, kini Kalea keluar dari ruangan kerja Bryan lantas menuju kamar pribadi Bryan sebelumnya sudah tentu Kalea mengetuk pintu terlebih dahulu.
Setelah mendengar suara Byan menyuruh masuk, Kalea segera mendorong pintu hal pertama yang Kalea lihat adalah Bryan yang baru saja meminum obat.
"Kamu sakit, Bry?" tanya Kalea sedikit khawatir.
Bryan menggelengkan kepalanya, "No!" seru Bryan singkat padat dan jelas.
Kalea menganggukan kepalanya, ingin sekali matanya menatap obat yang Bryan minum tetapi lelaki itu segera memasukannya ke dalam laci kamarnya.
"Ada apa?" tanya Bryan sambil menaikan satu alisnya.
Kalea membuka ipadnya terlebih dahulu, kemudian segera bersuara. "Ada beberapa jadwal kamu yang saya hapus, beberapa undangan pernikahaan anak pejabat, itu karena jadwal kamu bentrok dengan jadwal meeting kantor," Kalea memperlihatkan ipad yang di pegang olehnya.
Bryan hanya menganggukan kepalanya, "Okey, ada lagi?" tanya Bryan.
"Kita berangkat ke kantor setengah jam lagi," Kalea kemudian membungkukan kepalanya, ia segera mengambil kemeja dan celana Bryan serta dasi dan jasnya.
Seulas senyuman terbit di wajah Kalea, ia sudah seperti seorang istri yang mempersiapkan pakaian suaminya.
Bryan kini sedang berada di kamar mandi, Kalea meletakan baju dan celananya milik Bryan kemudian segera turun ke lantai bawah.
Hari pertamanya menjadi personal asisstant sedikit membuatnya keteteran, seharusnya Kalea dan Bryan sekarang sudah makan.
Tak mau terlambat, Kalea meminta Maria untuk membuatkan dua sandwich dan dua botol jus untuk Kalea abwa mungkin nanti Kalea akan sarapan di dalam mobil.
***
Bryan melangkahkan kakinya ke dalam gedung sunrise corp, semua tatapan kini tertuju kepada Kalea karena di tunjuk menjadi personal asisstant Bryan Scott.
Tentu saja banyak yang iri kepada Kalea namun wanita itu tak mau ambil pusing, ini mungkin berkah baginya tapi sekaligus musibah juga untuk Kalea karena yang tak menyukainya semakin banyak.
Tetapi Kalea selalu santai, paling mentok ia mengatakan. Ya resiko orang cantik pasti banyak yang tak suka, seperti itulah Kalea.
Ketika Bryan memasuki lift khusus, Richcard juga kebetulan menaiki lift yang sama Bryan hanya menganggukan kepalanya.
Perasaan cemas Bryan tak datang kembali karena ada Kalea disisinya, "Selamat pagi pak Richcard," sapa Kalea sopan.
"Pagi Kalea, jadi PA wajahnya makin cerah aja," goda Richcard.
Kalea hanya tersenyum kecil, Bryan tak sedikit pun melirik ke arah Richcard sama sekali.
Lelaki itu memang tak pernah berkomunikasi dengan siapapun, terkecuali sedang membahas pekerjaan.
Kalea juga sempat melirik Richcard yang melirik ke arah Bryan, tetapi lelaki itu hanya acuh saja.
Ada rasa penasaran yang menggelitik hati Kalea, membuatnya terus menatap Bryan sampai pintu lift terbuka.
Richcard keluar terlebih dahulu, kini tersisa Bryan dan Kalea yang keluar dari lift secara bersamaan.
Setelah masuk ke dalam ruangan kerja, Bryan langsung membuka dokumen yang sudah bertumpuk di mejanya.
Kalea duduk di sofa dekat kaca yang memperlihatkan gedung-gedung yang menjulang tinggi sambil melihat email yang masuk.
"Kalea, mulai besok kamu yang harus membuatkan kopi, jangan office boy lagi," kata Bryan.
Kalea yang sedang menatap ipad pun langsung menganggukan kepalanya, "Baik Bryan," sahut Kalea.
Dari awal Bryan tak mau di sebut dengan embel-embel pak atau mr, ia ingin di sebut nama saja.
Kalea hanya menyetujui apa yang di inginkan oleh atasannya itu, kini keduanya di sibukan oleh pekerjaan.
Kalea sibuk membaca satu persatu email yang masuk, ternyata menjadi seorang personal assistant membuatnya cukup menguras otak dan tenaga Kalea.
Pukul sebelas siang, Kalea bangun dari duduknya. "Siang ini makan siang di restoran jepang, disana sudah saya reservasi sekaligus bertemu dengan klien," terang Kalea.
Bryan yang sedang membubuhkan tanda tangan menatap Kalea sejenak, "Berapa orang yang datang?" tanya Bryan.
"Dua orang pak, direktur dan personal asisstennya, keduanya laki-laki," jelas Kalea.
"Kamu temani saya, jangan keluar sedikit pun jika kamu ingin ke toilet lakukan sekarang saya nanti nggak mau di tinggal sendiri," tukas Bryan.
Kalea menganggukan kepalanya, kebetulan ia memang ingin buang air kecil maka Kalea segera ijin untuk pergi ke toilet sebentar.
Setelah kepergian Kalea, Bryan mengambil obat di dalam lacinya terlebih dahulu kemudian segera meminumnya.
Sementara Kalea yang sedang berada di toilet langsung menatap cermin, ia memperbaiki riasan di wajahnya sekaligus menambahkan lipstik yang mulai luntur.
Setelah di rasa cukup Kalea keluar dari toilet dan segera bersiap membawa dompet dan ipadnya, ponselnya telah berbunyi.
Sepertinya klien telah datang lebih dulu, Bryan terlihat sedang memakai jas miliknya Kalea buru-buru langsung mengekor di belakang Bryan untuk segera menuju restoran yang sudah ia reservasi sebelumnya untuk melakukan makan siang dan bertemu dengan klien.
Ketika keluar dari ruangan Bryan, Kalea berpapasan dengan Fay, wanita langsung saja menggelengkan kepalanya melihat senyuman Kalea yang lebar.
***
Bersambung