Diam, menenangkan segala kegundahan yang bahkan tak mampu dia jelaskan, jika untuk cinta semuanya sudah selesai, Senja bahkan menemukan laki-laki yang jauh lebih baik dan menghargainya.
Pertanyaan yang selalu jadi pencarian utama do otaknya tentang Biru adalah, kenapa lelaki itu bisa berubah sedemikian rupa dengan cepat.
Yang dulu dia kenal hanya Biru dengan sejuta kebaikannya, lelaki sabar yang luar biasa, dan orang yang paling bisa membuatnya merasa nyaman.
Namun sekarang apa yang terjadi, hanya ketakutan yang membelit paru-parunya, menciptakan rasa sesak yang luar biasa, membuatnya merasa tidak nyaman setiap berdekatan dengannya.
"Kok sakit banget Bi?, Kamu yang aku perjuangin malah berubah jadi kamu yang paling aku benci"
Berulang kali Senja meneteskan air mata, namun rasanya masih sama, dia benci jika harus mengakui jika dulu dia pernah dengan sangat mencintai Biru.
"Kenapa" Senja berteriak, memukul stir mobilnya kuat.