Tak lagi ada kabar, seperti hari-hari selanjutnya berjalan tanpa beban, Senja tetap di tempatnya, memperhatikan Biru yang sedang memanaskan motornya dari depan kamarnya, lagi dan lagi laki-laki itu bungkam, bahkan ketika melihatnya pulang penuh perbanpun Biru tak menanyakan satu patah katapun.
Hanya sang Ibunyalah yang terlihat khawatir, dia tetap diam dengan luka-luka yang masih jelas terlihat, kaki lelaki itu terlihat pincang, namun ketika Senja mendekatinya ingin menanyakan apakah ini karena pertengkarannya dengan Laut 3 hari yang lalu namun lagi Biru malah menghindarinya.
Ada rasa bersalah yang hadir menyelinap dalam hatinya, membela Laut dan tak menghawatirkannya, padahal jelas-jelas Birulah yang selalu menolongnya sampai saat ini.
"Kak Senja ini nasi kuning, tadi Kak Biru beli tapi gara-gara harus buru-buru kesekolah di aku yang disuruh anter"
"Makasi Oji"
"Sama-sama Kak, Oji berangkat sekolah dulu, semoga cepat sembuh"
"Hati-hati Oji, semangat belajarnya"
