"Ini Kak Biru jaketnya"
"Wah di mandiin ama farfum ya?"
Satu jam sudah lamanya, Biru dan Atta sibuk dengan dunia mereka, bahkan Biru tak segan-segan melontarkan lelucon receh yang tentu saja bisa membuat Atta tertawa.
Mereka seperti sepasang kekasih yang humoris, Biru dengan prilaku anehnya, serta Atta dengan sikap recehnya, mereka cocok sekali.
"Kok lo sama gue beda Bi"
"Lo ngomong apa Sen?"
"Ah gue? Gak gak ngomong"
"Oh gue kira lo ngomong ke gue"
Tapi seakan tidak terlalu peduli, Biru kembali mengabaikan Senja, mulai mencari topik yang akan dia tertawakan kembali bersama Atthala.
Perasaan tidak suka itu seakan mulai menguasainya, membuat Senja jengah berada disana, entahlah ini sangat aneh rasanya.
"Lah Kakak mau kemana??"
"Mau mandi, kenapa?"
"Gak apa-apa, sana bau"
"Eh adik durhaka"
Atthala tertawa, kali pertama Biru terpesona oleh tawa yang lain selain Senja, walaupun mereka dari rahim yang sama namun memiliki daya tarik yang berbeda.
"kak Biru suka film apa?"
