Malam ini dia kurang beruntung, Jennie menggenggam tangannya hanya enggan untuk berbicara, bukan masalah permintaan Senja yang membuatnya terdiam, hanya saja wajah babak belut Albani cukup menyakiti perasaannya.
"Sayang"
"Kamu seharusnya lawan Papa bukan ngalah kayak gini"
"Aku gak mungkin lawan Papa kamu sayang"
"Kenapa enggak? Seharusnya dia tau kan kapasitasnya, kamu tu suami aku, dia gak berhak ngehajar kamu kayak gini, tanggung jawab dia sebagai orang tua itu selesai sampai anak wanitanya menikah"
"Iya, nanti aku lawan, pakai jurus kameha-meha"
"Aku gak becanda Ayah"
"Makan aja yuk, emosi mulu nanti asam lambung"
"Gak ada hubungannya"
"Eh darah tinggi deng"
"Nyebelin banget sih"
Albani mencium gemas bibir wanitanya itu, membuat Jennie bersemu merah, kebiasaan yang telah lama menghilang itu tiba-tiba hadir lagi, seketika mampu menghiburnya dalam kesedihan ini.
"Papa bakal nikahin kita secepatnya sebelum dia pulang ke London"
"Hmm"
