"Ya Allah buk, jangan lagi"
Jennie meluruh dilantai, dia menyadari hal gila itu, tapi hatinya terlanjur terluka, dia lelah dan menyiksa Senja adalah satu-satunya pelampiasannya, karena wajah Senja mirip sekali dengan Albani, lelaki brengsek yang sudah menghancurkan hidupnya.
"Saya butuh sendiri, kalau anak itu mau pergi biarkan saja"
Selanjutnya dia berjalan gontai menuju kamarnya, kepalanya seakan ingin pecah, belum lagi semua tenaganya terkuras habis, wajah pucat itu menghiasi kaca riasnya, menampilkan dirinya yang tak lagi terurus, kenapa tidak ada yang mengertinya? Bahkan menanyakan bagaimana kondisinya hari ini pun tidak ada, padahal sudah ingin mati rasanya menahan segala sakit yang menyerang seluruh tubuhnya.