Jam dinding berdetak menandakan waktu sudah mulai berganti, malam ini sangat dingin, hujan yang tak kunjung henti dengan sesekali petir menyambar bumi cukup membuatnya ketakutan.
Dulu sekali, dia akan berlindung di dalam pelukan Albani, kala hujan datang, tapi sekarang dia harus puas memeluk dirinya sendiri dan menikmati ketakutan itu sampai mati.
Ruang rawat Atthala sudah dipindahkan, lebih nyaman memang tapi tidak untuk hatinya, selama sepuluh tahun lamanya rasa itu semakin hari semakin meremas kuat jantungnya, rasanya sesak sekali namun dia tidak bisa melakukan apapun untuk menghalau perasaan menyakitkan itu.
Menangis, mungkin hanya itu yang bisa dia lakukan, walaupun tak terhitung sudah berapa banyak air mata yang dia buang sia-sia untuk laki-laki itu, tapi tetap saja kala meningat semuanya dia masih sangat terluka.