Pagi ini Bintang berniat ke bandara dengan keberangkatan pukul 11:30, ia sudah chek out hotel pukul 10:00, saat peejalanan menuju bandara tiba-tiba taxi online yang di tumpangi Bintang berhenti karena sedang ada beberapa ibu-ibu menjemput anaknha yang sekolah TK. Namun pandangan Bintang tertuju pada gadis kecil yang duduk di kursi depan sekolah untuk menunggu jemputan.
"Pak, saya turun sini aaja," ucap Bintang sembari memberikan dua lembar uang berwarna Biru.
"Tapi, pak...." belum selesai sopir itu berbicara, Bintang telah keluar dari mobil dan membawa kopernya.
Bintang menghampiri gadis itu.
"Stella ya?" sapa Bintang dengan ramah.
"Iya, om siapa?" tanya Stella dengan polosnya.
"Om teman ayah kamu," jawab Bintang.
"Oh, teman ayah Lucas. Kenapa Om disini?"
"Karena om lihat kamu sendirian, jadi om ingin temani kamu sampai ayahmu menjemputmu."
"Ayah nggak pernah jemput Stella, kecuali kalau mama sakit."
"Terus stella di jemput siapa dong?"
"Mama." gadis itu berbicara dengan polosnya. "Eh itu Mama," ucap Stella saat melihat mamanya berhenti dengan motor meticnya.
"Sayang, kamu bicara dengan siapa?" tanya Ulan saat menghampiri Stella.
"Sama om temannya Ayah."
"Maaf, anda siapa ya?" tanya Ulan, namun tidak mendapatkan jawaban, Ulan tidak dapat mengenali Bintang karena ia memakai masker dan topi. Sedangkan Bintang masih tertegun dengan Ulan yang sangat mirip dengan Bulan.
"Mas, anda siapa?" ulan mengulangi pertanyaannya.
"Oh maaf, saya teman Lucas."
'DEGH'
Tiba-tiba Ulan kaget mendengar suara itu. Ia tidak langsung menyahuti jawaban Bintang, perasaannya campur aduk dan tidak bisa di jelaskan.
"Bintang." tiba-tiba mulutnya terbuka dengan sendirinya. Bintang yang mendengar ucapan Bulan berlahan membuka topi dan Maskernya karena ia tahu itu memang Bulan bukan seseorang yang mirip dengan Bulan.
"Masih hafal dengan suaraku?" tany Bintang.
"Kenapa kamu disini?" tanya Bulan dengan nada bergetar.
"Aku menghadiri acara Nathan, tapi ini akan kembali ke jakarta."
"Jakarta? Bukan kah papa juga bekerja di jakarta Ma?"
Mendengar ucapan Stella, Bintang bingung sedangkan Bulan segera menutup mulut anaknya.
"Stella, ke motor dulu ya."
Stella dengan nurut menunggu di atas Motor.
"Bukankah Lucas di sini? Kenapa Stella bilang papanya bekerja di jakarta."
"Hm, Lucas seorang dokter, jadi dia sering ke luar kota."
"Berarti benar Lucas suamimu?"
"Ya."
Sektika wajah Bintang menjadi mendung. Ia bagaikan di sambar petir di siang hari. Ia ingin memeluk Bulan namun mendengar kenyataan itu ia tak kuasa menahan kekecewaannya.
"Oh, kalau begitu aku pergi dulu, penerbanganku sebentar lagi."
"Hati-hati." Bulan meninggalkan Bintang yang masih mencari taxi, ia pun sudah tidak bisa menahan air matanya, Sepanjang jalan pulang, Bulan berderai air mata, ia terisak sesekali menyeka air matanya.
Begitu pula Bintang, setelah mendapatkan taxi. Bintang menuju Bandara, ia sudah bertekad untuk melupakannya. Dan ingin membuka lembaran baru untuknya. Perjalanan tidak memakan waktu lama, Lima belas menit kemudian Bintang sudah berada di lobby bandara, ia membayar taxi dan hendak melakukan chekin. Namun perhatiannya teralihkan dengan sosok berkacamata dengan seorang wanita berjalan bersama.
"Lucas!" teriak Bintang saat memastikan bahwa itu Lucas.
"Pak Bintang," sahut Lucas.
Belum sempat mengenalkan wanita di sampingnya, sebuah kepalan tangan mendarat di pipinya.
"Lo bajingan! Lo udah punya anak istri masih selingkuh!" Bintang melampiaskan kemarahannya kepada Lucas.
"Heh lepasin dia!" teriak wanita itu
"Lo diam saja, dia bajingan, Lo tahu dia sudah punya anak dan istri." bentak Bintang
Keamanan yang berjaga melerai kedua pria itu.
"Lepasin, gue kasih pelajaran Lo."
"Heh, anda yang laki-laki tidak tahu diri. Menyia-nyiakan wanita baik demi harta." Lucas teriak dengan di tahan satu oihak keamanan.
"Lo nggak kenal gue, jangan sok tahu Lo."
"Kalian ikut saya ke kantor." para satpam menggiring kedua pria itu ke pos. Sedangkan Wanita yang bersama Lucas mengikuti di belakang.
Mata Bintang masih memerah menandakan amarah besar menyelimutinya, begitupula Lucas. Namun Lucas masih bisa menahan diri dari pada Bintang. Sedangkan Bintang nafsu untuk memberi pelajaran pada Lucas.
"Duduk dengan tenang!" perintah kepala keamanan dari bandara.
"Jelaskan dengan detail masalahnya," lanjut kepala keamanan bandara tersebut.
"Orang ini yang menyerang duluan." wanita yang bersama Lucas membuka suara.
"Karena Lo jadi pelakor." Bintang menyahuti ucapan wanita itu.
"Pelakor? Anda jangan mengatakan saya pelakor." wanita itu mulai emosi pada Bintang.
"Tolong diam, bicara sesuai giliran."
Petugas keamanan melerai Bintang yang beradu mulut dengan teman wanita Lucas.
"Tolong anda jelaskan siapa dia?" tanya petugas keamanan kepada Lucas.
"Dia tunangan saya," jawab Lucas.
Mendengar jawaban Lucas Bintang naik pitam, ia menyerang Lucas dengan dua kali pukulan di wajahnya.
"Agrrh" pekik kesakitan Lucas, sembari memegangi ujung bibirnya yang mengeluarkan darah.
"Lo, emang bajingan." umpat Bintang.
"Tolong anda tenang." petugas keamanan kembali memegangi Bintang.
"Tunjukkan indentitas kalian," pinta petus keamanan yang berdiri di samping Bintang.
Karena insiden itu Bintang ketinggalan pesawatnya. dan itu mengharuskannya untuk tinggal di semarang lagi.
Nathan dan Bulan yang mendengar kabar bahwa antara Bintang dan Lucas terjadi perselisihan segera menuju bandara. Bulan mendengar sedikit penyebab pertengkaran antara mereka membuatnya merasa was-was.
Bulan dan Nathan datang bersamaan untuk menjemput Lucas dan Bintang. Setelah menanda tangani dokumen. Bintang dan Lucas di perbolehkan pulang.
Bulan memilih menghindari Nathan dan Bintang. Bintang melihat keakraban antara wanita yang bersama Lucas dan Bulan. Beberapa kali Bintang menghadang Bulan. Namun di hindari oleh Bulan dan di hentikan oleh Nathan, karena jika terlibat keributan lagi akan semakin panjang masalah dan Nathan menghindari itu. Begitu pula Bulan ia tidak ingin membuat keributan ini semakin runyam dengam cara menghindari Bintang.
"Dia benar-benar Bulan?" tanya Nathan.
"Iya, makanya aku harus kasih tahu dia kalau suaminya sedang selingkuh." Bintang masih mencoba mengejar Bulan.
"Lo bisa bicara dengan dia lain waktu, jangan sekarang." hadang Nathan dan segera menyeret Bintang keluar, dan masuk kedalam mobil.
"Lo kenapa sih? Kasihan Bulan di selingkuhin," ucap Bintang yang sudah duduk di jok belakang mobil Nathan.
"Lo tahu situasi nggak sih? Lo habis di tahan di pos keamanan Lo mau di giring ke kantor polisi?"
Bintang terdiam dengan menahn amarah yang tersisa, nampak jelas bahwa Bintang sedang mengkhawatirkan Bulan bahkan saat keluar dari Bandara berpapasan dengan mobil Lucas.
"Lo nggak usah lihatin mereka. Lebih baik lo hubungi Raka kalau lo nggak jadi pulang." Nathan mengalihkan perhatian Bintang.
"Selama lo disini nginep di rumah gue aja," lanjut Nathan.
Bintang menerima saran Nathan dan segera menghubungi Raka, beberapa kali mencoba menghubungi Raka namun tidak ada jawaban. Akhirnya Bintang memutuskan untuk mengirim pesan pada Raka.