"Apa yang ingin anda bicarakan?" tanya lucas saat mereka sampai di sebuah taman rumah sakit.
"Ini sedikit sensitif, tapi ini sangat mengganggu pikiranku setelah pertemuan di acara Nathan." Bintang menjawab dengan menghela nafas panjang.
"Apa? Terlihat serius sekali."
"Apa anak kecil kemarin anakmu?" tanya Bintang.
"Iya,"
"Berarti wanita yang menunggumu di mobil, adalah istrimu?"
"Ulan? Apa kamu kenal dengan dia?" tanya Lucas yang menaruh curiga dengan pertanyaan Bintang.
"Dia mirip dengan seseorang di masa lalu saya. Tapi sudahlah, mungkin hanya mirip." Bintang merasa putus asa mendengar bahwa wanita yang mirip Bulan itu sudah menikah.
"Apa nanti malam anda ada acara?" tanya Lucas untuk merubah suasana hati Bintang.
"Tidak,"
"Kalau begitu datanglah kerumahku untuk makan malam."
"Aku rasa tidak perlu, saya ingin istirahat di hotel saja sebelum kembali ke jakarta." tolak Bintang.
"Ini undangan wajib, Anda bisa mengajak Nathan." ucap Lucas dan menepuk bahu Bintang. Lucas berdiri dan meninggalkan Bintang sendiri di taman Rumah sakit.
"Semakin mencari tahu semakin sakit hati, secepat itu kamu melupakan aku," batin Bintang yang merasa sakit dengan kenyataan yang ia ketahui.
Bintang menarik ponsel dari saku celananya, ia menekan beberapa nomor di ponselnya dan menekan tombol telepon berwarna hijau.
"Lo dimana?" tanya Bintang pada seseorang yang di telepon nya.
"Lo ikut gue nanti malam, Lo jemput gue di hotel." Bintang mematikan panggilannya setalah mendengar persetujuan dari orang tersebut.
Bintang menarik kakinya yang lemas tak bertenaga untuk menuju mobil. Ia merasa separuh nyawanya telah hilang, jika begini ka memilih tidak bertemu lagi dengan Bulan jika harus tahu dia sudah menikah dan punya anak. Sebelumnya ia tidak mengharap banyak akan kembalinya Bulan, namun ia tidak berharap betemu Bulan dengan setatus istri orang. Memang belum pasti itu Bulan, namun hatinya mengatakan bahwa itu benar Bulan hanya berbeda dalam panggilan nama saja.
Sepanjang perjalanan menuju Hotel. Bintang tidak dapat mengontrol emosinya, ia memukul-mukul setir dan kepalanya. Sesekali ia berteriak dalam mobil yang sedang melaju dengan kecepatan sedang. Hingga sesampainnya di Hotel, Bintang mempelampiaskan kekesalannya dengan melempar bantal guling keudara.
"Lo nggak tahu lan, gue mencoba melupakan Lo, terus kenapa kita bertemu dengan status Lo istri orang, Lo nggak tahu betapa sakitnya gue." Bintang berteriak dengan memporak porandakan tempat tidurnya,
"Arghhh," teriak Bintang
"Secepat itu Lan." Bintang masih menyesali semua yang telah terjadi. Ia masih berharap itu bukan Bulan, tapi hatinya yakin itu Bulan.
***
Malam telah tiba, Nathan menunggu Bintang yang keluar dari hotel. Bintang menerima pesan dari Nathan bahwa ia telah menunggu di depan hotel. Bintang bergegas menghampiri Nathan yang masih berada di dalam mobil.
"Lo kenapa kelihatan lemes sih?" tanya Nathan saat lihat Bintang duduk di sampingnya.
"Dahlah, Lo jalan aja. Ntar juga tahu sendiri," jawab Bintang yang acuh tak acuh.
Tanpa bertanya lebih banyak, Nathan menyalakan mesin mobilnya dan mulai melaju ke rumah Lucas. Perjalanan cukup jauh karena berbeda wilayah dengan hotel tempat Bintang menginap.pperjalanan sangat hening, Bintang menata hati dan mentalnnya. Dan Nathan enggan menanyakan sesuatu dengan Bintang saat melihat raut wajah Bintang tidak seramah biasanya.
Dua puluh menit perjalanan akhirnya sampai di rumah Lucas, Nathan terlihat biasa saja. Berbeda dengan Bintang yang terlihat pucat dan jantungnya berdegup kencang.
"Lo yakin nggak apa-apa?"
"Nggak, lo jangan banyak tanya." Bintang semakin gugup mendengar pertanyaan Nathan.
"Lo pucat, Bin." Nathan mendesak Bintang, namun tidak mendapatkan jawaban, Bintang malah berjalan lebih dahulu ke rumah Lucas.
Belum mengetuk pintu tiba-tiba Lucas membuka pintu rumahnya.
"Oh kalian," seru Lucas saat melihat Nathan dan Bintang berdiri di depan pintu. "Mari masuk, maaf rumah saya tidak sebagus yang lain." Lucas mengajak Bintang dan Nathan ke dalam.
"Ah, jangan begitu." Nathan menepuk bahu Lucas.
Nathan duduk di ruang tamu bersama Lucas, sedangkan Bintang masih berdiri mencari sosok yang menjadi alasannya untuk menerima undangan Lucas.
"Bin," panggil Nathan saat melihat Bintang masih celingukan dan matanya masih berkeliling memandang kesana-kesini.
"Apa sih?" Bintang gugup, tangannya terasa basah karena keringet dingin.
"Sorry guys, Ulan dan Stella sedang pergi ternyata. Tapi jangan khawatir, Ulan sudah siapkan makan malam kita," ucap Lucas saat keluardari balik ruangan.
"Oh, nggak apa-apa," sahut Nathan dengan ramah. Berbeda dengan Bintang ia nampak kecewa saat mendengar wanita yang ia cari tidak ada di rumah.
"Mari kita makan saja, siapa tahu nanti mereka segera pulang." Lucas mengajak Bintang dan Nathan ke ruang makan.
Lucas dan Nathan terlalu larut dengan percakapan mereka, Bintang memperhatikan foto keluarga yang tidak jauh dengan tempat duduknya. Di sana nampak foto Lucas, stella dan seorang wanita yang benar-benar mirip dengan Bulan. Sehingga Bintang sangat yakin bahwa itu Bulan dan dia telah menikah dengan Lucas dan Stella adalah anak mereka. Hal itu membuatnya memutuskan untuk kembali ke jakarta esok hari. Ia tidak ingin semakin sakit hati dan mengganggu rumah tangga Bulan dan Lucas.
Malam semakin larut, Bintang dan Nathan berpamitan pulang, tidak lupa Bintang berpamitan untuk kembali ke jakarta esok hari. Dengan alasan ada pekerjaan yang mendadak. Lucas dan Bintang saling tukar nomor telepon.
Saat sedang keluar dari perumaan yang di tempati Lucas, Bintang melihat mobil yang berpapasan dengannya itu adalah mobil Bulan dan Stella. Nathan yang melihat reaksi Bintang saat melihat mobil itu menaruh curiga dengannya.
"Lo kenapa sih?" tanya Nathan.
"Tadi, gue berfikir istri Lucas akan menemui kita, ternyata tidak ada," jawab Bintang.
"Lo kenapa mikirin istri Lucas?" tanya Nathan dengan nada curiga.
"Lo udah ketemu istrinya Lucas belum? Coba Lo lihat foto ini." Bintang menunjukkan foto keluarga Lucas, stella dan ulan.
"Ha? Itu Bulan?" Nathan terkejut dengan apa yang di tunjukkan oleh Bintang.
Nathan sekarang seperti Bintang, seeakan tertegun dengan kenyataan bahwa Bulan telah menikah dengan Lucas. Jika stella sekarang berumur empat tahun setengah, maka setelah meninggalkan Bintang, Bulan menikah dengan Lucas. Hal itu yang berada di pikiran kedua pria itu. Dan sekarang Nathan mengerti perasaan Bintang, Nathan merasa kasihan pada Bintang.
Malam itu di Bintang dan Nathan tidak banyak bicara saat menuju hotel, dan Nathan enggan menanyakan apapun untuk Bintang karena ia tahu suasana hatinya sedang tidak baik. Hingga sampai di depan Hotel Bintang hanya melambaikan tangannyaa tanpa mengucap apapun. Tatapan iba terlihat dari mata Nathan. Ia
"Lo yang sabar, kalau Lo butuh sesuatu hubungi gue." Nathan mengirimkan pesan pada Bintang yang baru saja masuk kedalam hotel.
Nathan segera menceritakan semua pada Raka, agar Raka bisa membatu Bintang untuk melupakan Bulan. Dan Rakapun sama terkejutnya dengan Nathan saat mendengar cerita iniitu untuk pertama kalinya.