Chereads / Antara Cinta Dan Dendam / Chapter 22 - 22. Terungkap.

Chapter 22 - 22. Terungkap.

" Kalian podoh, siapa yang menyuruh kalian kembali ke markas hah!!! ?"

" Tuan bukankah Anda yang menyuruh kami pergi ke markas "

" Katakan siapa di anatara kalian yang menerima pesan dariku!!??? "

" Saya tuan " dengan perasaan takut, anak buah Brian memberikan ponselnya yang berisikan pesan dari nya "

Brian melihat pesan yang terkirim dari ponselnya, seketika matanya membulat saat membaca pesan.

' Kalian hari ini pergilah ke markas, lakukan latihan seperti biasa ' Isi pesan yang di terima salah satu anak buah Brian.

" Ben panggil semua pelayan kesini !"

"Baik Tuan "

tidak berapa lama semua berkumpul di ruang tamu termasuk Bi Rima dan pak Tardi sang sopir.

Dari awal Bi Rima yang sudah curiga dengan Jessi namun tak ada keberanian untuk menyatakan pada Tuan Brian.

" Apa kalian tau kenapa kalian aku kumpulkan disini " Suara lantang Brian bergema keseluruh ruangan, mereka yang berada di depan Brian merasakan aura membunuh Brian yang kembali keluar. para pengawal tau betul bagaimana seorang Brian yang sudah di penuhi amarah apapun akan di hancurkan termasuk membunuh.

" Bi Rima katakan apa yang terjadi ?"

" Tuan Brian maafkan Bibi "

" Katakan Bi jangan menguji kesabaranku "

" Tuan Bibi benar-benar tidak tau apa yang terjadi, tadi pagi non Jessi menyuruh Bibi pergi untuk membeli barang keperluannya. setelah itu Bibi tidak tau apa yang terjadi di rumah Tuan "

" Pergi kemana Bi, selain membeli keperluan Jessi ?" desak Brian ia curiga dalang di balik penculikan Zahra adalah orang dalam terlebih pesan yang dikirim melalui ponselnya.

" Bibi pergi ke restoran membeli makanan yang di pesan non Jessi "

" Jika hanya pergi ke restoran, kenapa Bibi pulang sampai sore begini ??" cecar Brian

" Tempat yang di maksud nona Jessi. membutuhkan setengah jam dari satu tempat ke tempat yang lainnya Tuan, sehingga Bibi pulang sampai sore kebetulan di jalan macet itu yang membuat Bibi telat "

"Baiklah kalian pergi, lakukan penjagaan seperti biasanya "

" Baik Tuan "

" Ben ikut aku "

Brian pergi ke ruang kerja bersama Ben. pikirannya tidak dapat berfikir dengan jernih, yang ada dalam pikirannya saat ini bagaimana kondisi anak yang berada di dalam kandungan Zahra.

" Tuan apa Anda berfikir seperti yang saya pikirkan ?"

" Entahlah Ben aku tidak tau, Jessi tidak mungkin melakukan itu, tapi bukti-bukti mengarah padanya "

" Apa perlu saya selidiki Tuan ?"

" suruh orangmu mengikuti kemanapun Jessi pergi "

" baik Tuan, jika tidak ada yang lain saya undur diri "

" Tunggu Ben..."

" Bagaimana proyek yang berada di Bali ?"

" Semua lancar Tuan "

" Sekarang pergilah "

" Permisi Tuan.."

" Hhmm..."

" Tuan maaf saya lupa untuk memberikan amplop ini "

" Apa itu ?""

" Saya tidak tau Tuan, amplop ini sudah ada di tumpukan surat yang lain "

Brian menerima amplop coklat dengan cepat membukanya.

di dalam ada sebuah surat dan dua lembar foto ibu nya yang telah meninggal, dengan perasaan yang tidak karuan Brian membaca isi dalam surat tersebut.

' Erick Brianna wisongko apa kamu merindukan wanita yang berada di foto ini '

Usai membaca isi surat tubuh Brian bergetar, wajahnya berubah pucat.

Ben yang melihat perubahan pada sikap Tuannya dengan cepat menopang tubuh tuannya.

" Tuan Brian apa yang terjadi "

" Ben katakan dari mana kamu dapatkan amplop ini "

" amplop itu berada di tumpukan dengan surat yang lain tuan, apa yang terjadi tuan ?"

" Ben cari tau dari mana amplop ini di kirim, mengapa mereka mengirim fto ibuku "

" Ben pergilah aku ingin sendiri "

" Tapi Tuan wajah Anda sangat pucat "

" Aku tidak apa-apa, lakukan tugasmu. malam ini aku ingin bukti itu ada di mejaku"

" Baik Tuan, saya permisi "

setelah kepergian Ben, berlahan tubuh Brian luruh, dengan sekuat tenaga Brian berjalan kearah sofa namun perutnya kembali bergejolak yang sejak tadi dia tahan di depan para pengawalnya. dengan langkah gontai Brian berjalan kearah kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.

Tok..tok..

" Tuan Brian Bibi bawakan makan malam "

" Hhmm.."

"Apa Tuan menginginkan sesuatu ?"

" Tidak Bi "

" Baiklah Tuan jika ada yang Tuan inginkan panggil Bibi "

" Iya Bi terima kasih "

Bi Rima bukan hanya sekedar pelayan senior tapi juga seorang yang mengasuh Brian dari kecil. Bi Rima adalah saksi hidup seorang Erick Brianna wisongko. namun saat kedatangan seorang pelayan pria yang bernama Robin yang bertugas menjadi kepala keamanan membuat Brian berubah. Brian remaja yang menurut berubah menjadi Brian yang penuh dendam dan sikap dinginnya telah membuatnya menjadi pembunuh.

" Bi Rima..." Bi Rima yang tersentak saat seseorang menyentuh pundaknya.

" Asisten Ben ada apa nak ?"

" Apa Bibi melamun ?"

" Tidak nak, ada apa ?"

" Apa Tuan Brian, ada di ruang kerjanya "

" iya Tuan Brian tidak keluar sama sekali "

" Baiklah Bi saya pergi dulu "

" Iya nak Ben "

Ben berjalan menuju ruang kerja Brian, tanpa mengetuk pintu Ben menerobos masuk ke ruang kerja.

" Apa kamu tidak bisa mengetuk pintu ?"

"Maaf Tuan saya sengaja "

" Bosan hidup kamu !!!"

" Hahaha....Saya masih bujang ting-ting Tuan "

" Bukan urusanku "

" Katakan ada apa ?" Ben mengeluarkan sebuah amplop coklat besar dan di berikan pada Brian.

" Apa semua yang aku inginkan ada disini Ben?"

" iya Tuan "

Brian membuka amplop dan mengambil berapa foto terlihat bagaimana mobil yang membawa Zahra di dorong ke dalam jurang dan terbakar, di foto lainnya terlihat seorang wanita yang menggunakan jubah hitam dan di foto lain memperlihatkan plat mobil yang terparkir tidak jauh dari posisi wanita berdiri. tangan Brian mengepal kuat kemarahannya tidak lagi terbendung, dengan langkah lebar Brian keluar dari ruang kerjanya menuju kamar tamu berada di bawah. dengan kasar Brian mendorong pintu hingga menimbulkan suara yang keras.

Braakkk....

Jessi yang berada di dalam kamar terlonjak kaget. saat Brian mendorong pintu dengan kasarnya dan menatap wajah Brian yang merah. dengan sekuat tenaga Brian menarik tangan Jessi dengan kasar dan mendorongnya ke tembok Jessi meringis kesakitan saat tubuhnya terbentur ke tembok, Jessi berusaha mengangkat wajahnya namun tiba-tiba Brian memberikan tamparan yang keras hingga pipih Jessi membentuk lima jari Brian yang besar.

" Brianna apa yang kamu lakukan ? ini sakit kenapa kamu melakukan kekerasan kepadaku ?"

" Kamu layak mendapatkannya Jessi bahkan aku akan membunuhmu "

" Brian apa.!! kamu akan membunuhku ?"

" Atas dasar apa kamu akan membunuhku Brian!!??"

" Masih berani bertanya "

Plakkk....

Brian menampar wajah Jessi kali ini tubuh Jessi jatuh ke lantai terlihat bibirnya mengeluarkan darah.

" Apa yang kamu lakukan pada Zahra ?"

Mendengar pertanyaan dari Brian tubuh Jessi bergetar wajahnya terlihat pucat keringat dingin membasahi tubuhnya.

" Katakan wanita jalang!! " bentak Brian di depan wajah Jessi.

" Aku tidak melakukan apa-apa Brian, mereka yang menculik Zahra apa kamu tidak melihat bagaimana tubuhku terluka "

" Wanita sialan katakan apa yang kamu lakukan pada Zahra atau kamu ingin merasakan bagaimana rasanya di perkosa oleh para pengawalku "

" Tidak Brian. jangan lakukan itu " tubuh Jessi semakin bergetar ketakutan. dia tau jika Brian tidak pernah main-main dengan ucapannya.

"Aku membunuhnya Brian!! " Teriak Jessi didepan Brian

" Sekarang aku puas membunuhnya Brian, aku tau kamu menghianatiku bahkan aku tau dalam kebencianmu ada cinta yang tumbuh di hatimu Brian. apa aku benar Brian katakan Brian!!!?"

Jessi berteriak histeris didepan Brian, kecemburuannya pada Zahra telah membutakan hatinya. terlebih wanita itu tengah mengandung anak Brian kekasihnya. meski Brian mengatakan benci pada Zahra namun sorot matanya terpancar rasa cinta pada Zahra.

" Kamu benar Jessi aku mencintai Zahra. aku mencintai ibu yang akan melahirkan anak untukku. dan kamu sudah membunuh anakku !!!" suara Brian yang tinggi membuat penghuni di rumah Brian mendengarnya Bi Rima tersenyum akhirnya pengakuan itu keluar dari bibir tuannya. namun berlahan air matanya luruh mengingat kekasih tuannya telah membunuh istri dan calon anaknya.

" Kamu lupa Brian bagaimana perjuanganku bersamamu, apa kamu lupa apa yang sudah aku berikan padamu ?"

" Perjuangan apa yang kamu lakukan Jessi, dengan kamu tidur dengan laki-laki lain itu kamu sebut dengan perjuangan. kamu bertanya apa yang kita lakukan ? sekarang aku tanya apa yang pernah kita lakukan hah !!??"

" Iya aku pernah tidur dengan laki-laki lain, tapi ingat Brian kamu yang pertama untukku "

" Hahaha....apa kamu bilang pertama, kamu pikir aku bodoh hah "

" BEN..."

" Singkirkan wanita jalang ini dari hadapanku, jangan biarkan dia masuk kerumah "

" Baik tuan " Dengan sigap Ben menarik tangan Jessi dan membawanya pergi.

"Brian aku pastikan kamu akan menyesal "

" Asal kamu tau Brian aku puas membunuh wanita sialan itu bahkan aku puas membunuh anakmu hahaha...." Brian yang tengah emosi dengan cepat mengambil pistol yang berada di salah satu anak buahnya dan sekali tarik pelatuknya peluru menembus tepat di dada Jessi darah mengalir dengan derasnya Ben yang memegang tubuh Jessi terkejut dengan gerakan cepat Brian.

Dua hari setelah kejadian penembakan Brian pada kekasihnya yang terungkapnya dalang penculikan Zahra hingga membunuh calon anaknya. kini brian kembali

kekantor sorot matanya yang tajam sikap dinginnya kembali seperti dulu bahkan lebih kejam dari sebelumnya.