Sudah tiga hari semenjak dirinya sadar, selama itu juga Zahra tidak pernah bertemu dengan Tuan muda. yang dia tau hanya dari pelayan jika Tuan muda sebulan sekali pulang.
Seperti pagi ini dirinya sudah berdiri di balkon hanya sekedar melihat ombak, rambutnya yang panjang di biarkan tertiup angin.
" Non Zahra..." suara bi Mina, membuat cara terkejut dan menoleh ke arah belakang di mana bi Mina tengah berdiri tidak jauh darinya dengan suara lembut dan senyumnya yang tidak pudar dari bibirnya.
" Iya Bi.." Zahra, tersenyum melihat. wajah wanita paruh baya yang selama ini menjaganya bahkan Zahra menganggapnya sebagai orang tuanya sendiri.
" Sudah waktunya sarapan non." kata Bi Mina pada Zahra. senyum wanita paruh baya pada Zahra.
" Bibi kenapa sarapan Zahra di antar kesini?" Zahra, yang merasa tidak enak hati. karena bi Mina mengantarkan sarapannya ke kamar Zahra.
" Tidak apa-apa non, Tuan muda tidak ingin non Zahra kelelahan, kasihan bayi yang ada di dalam kandungan non." kata Bi Mina, pada Zahra.
" Bi boleh Zahra bertanya.." kata Zahra, dengan berhati-hati.
" Silahkan non, mau tanya apa?" jawab bi Mina.
" Seperti apa Tuan muda...?" Bi Mina menatap Zahra dengan tatapan sendu. hatinya teriris mengingat bagaimana Tuan mudanya menceritakan telah mencintai seorang wanita yang telah lama dekat dengan, bahkan ia sampai merubah identitasnya demi wanita yang sangat dia cinta. demi bisa menjaganya ia rela hidup sederhana.
" Bi Mina...." panggil Zahra saat melihat, Bi Mina. terlihat melamun saat dirinya menanyakan wajah tuan muda.
" Eh! non Zahra..." kata Femina dirinya terkejut saat Zahra menyentuh pundaknya.
" Kenapa Bibi melamun?" tanya Zahra, iya yakin bi Mina tengah melamun saat dirinya menanyakan kan tentang tuan muda.
" Tidak non..." Bi Mina mengelak jika dirinya telah melamun.
" Katakan ada apa Bi?" tanya Zahra, yakin jika Bi Mina menyembunyikan sesuatu darinya.
" Non Zahra jika sudah selesai sarapan Bibi ingin mengajak non jalan-jalan di taman, bibi yakin non Zahra pasti suka." Bi Mina mengalihkan topik pembicaraan dengan mengajak Zahra untuk berjalan-jalan di taman belakang mansion milik Mario.
" Bi, ada apa. kenapa bibi tidak menjawab pertanyaan Zahra?" Zahra yang ingin tahu terus mendesak Bi Mina. agar mengatakan seperti apa tuan muda.
" Tidak apa-apa non, Tuan muda sangat baik dia juga tampan seperti artis non." mendengar penuturan dari bi Mina membuat Zahra terkekeh. Mereka saling tersenyum Zahra menggelengkan kepalanya saat Bi Mina menyebutkan jika Tuan mudanya mirip artis.
Kini mereka berada di taman samping yang mengarah ke pantai. Zahra menikmati pemandangan yang indah. Di salah satu kamar mewah Tuan muda memandang Zahra dari Balik tirai kamar.
' Zahra apa kamu akan membenciku jika tau siapa aku, apa kamu akan tetap bersamaku jika tau kebenarannya. maafkan aku Zahra biarkan sementara seperti ini. aku berjanji setelah anakmu lahir, aku akan menceritakan semuanya padamu Zahra, tapi sampai saat itu tiba biarkan aku melihatmu dari jauh seperti ini hanya ini yang bisa aku lakukan Zahra, dengan cara ini aku bisa tetap mencintaimu tanpa harus mengatakannya padamu Zahra aku akan selalu berada disampingmu apapun yang terjadi nanti dan kamu adalah wanita pertama dan terakhir yang akan selalu singgah di hatiku yang paling dalam. tidak ada seorangpun yang mampu menggantikan posisimu dalam hati ini selamanya hanya Zahra Adelia Putri yang mampu bertahta dalam hatiku yang paling kata Mario dalam hati. pandangannya tidak lepas dari sosok wanita cantik yang tengah berjalan di atas pasir putih.
Setelah puas menatap Zahra dari kamarnya, Tuan muda bersiap kembali ke kota, dan kembali bertugas terlalu banyak pekerjaan yang ditinggalkan hanya demi Sahara bahkan perusahaan ia serahkan kepada orang kepercayaannya dan rela untuk bolak-balik antara kota dan mansion yang jaraknya cukup jauh dan hanya demi melihat wanita yang ia cintai dalam keadaan baik-baik saja.
Di perusahaan Brian yang menerima amplop coklat yang berisikan tentang ibunya, kembali terlihat emosi.
Darahnya mendidih saat membaca, tentang siapa yang telah membunuh ibunya. tangannya terkepal kuat, mengingat seseorang yang telah Menghancurkan keluarganya apakah dirinya harus melihat saat Ibunya dipukul oleh ayahnya hanya karena seorang wanita yang tidak lain ada keluarga ginga saat ini sangat ia benci, Ryan meremas amplop coklat yang ada dalam genggaman nya hingga tak berbentuk dan melemparkannya ke tempat sampah yang tidak jauh dari tempat duduknya.
seketika ingatannya pada wanita yang telah dihancurkan bahkan kini ia sangat merindukan wanita itu yang tengah mengandung putranya namun ia mengira jika wanita yang telah meninggal saat kebakaran terjadi